Bab 27

2.2K 105 3
                                    

Safira kini tengah berjalan menuju ruangan Faiz, Senyuman merekah di bibirnya. Ia sudah tak sabar memberi kan sebuah kabar pada Faiz. Wanita itu membawa bekal yang Ia buat tadi, sudah dua minggu sejak kejadian itu, Sikap Faiz masih sudah benar berubah menjadi sangat manis padanya.

Safira membuka pintu ruangan itu sedikit melihat Faiz sedang membelakanginya dan bersama seorang wanita jadi ia memutuskan untuk diam dulu.

"Terus kapan lo mau tanggung jawab Iz" Ucap Salsa.

Safira membeku ditempat, kakinya lemas, Apa maksud dari ucapan wanita itu?

"Sal, aku ga mungkin bisa tanggung jawab sama anak itu Sal, kamu kan tau aku sudah menikah" ucap Faiz tak menyadari kehadiran Safira.

"Gila ya kamu Iz, ini anak kamu. Kamu tega buat dia lahir tanpa Ayah, aku kecewa sama respon kamu Iz" Ucap Salsa menabrak tubuh Faiz.

"Safira" ucap Faiz yang terkejut kala membalikan badannya melihat Safira.

"Bener apa yang di ucapain Salsa, Iz" ucap Safira penuh tekanan.

"Maaf Saf, aku ga ada niatan nyakitin kamu Saf"

"Hah ga ada lo bilang. gila ya lo, dengan lo ngelanjutin hubungan dengan dia itu udah nyakitin gue IZZZ" teriaknya sakit sekali rasanya dada safira saat ini.

"Gue pikir hubungan kita sekarang udah lebih baik Iz, Gue kira lo udah berubah dan mau nerima gue, ternyata ini akan akalan lo biar bisa terus sama dia, tega lo" ucap Safira berjalan mundur menjauh dari Faiz.

"Saf tunggu" ucap Faiz mencekal tangan Safira.

"Lepasin" ucapnya yang memberontak di dalam pelukan Faiz.

"Gak kamu harus dengerin penjelasan aku dulu" ucap Faiz sambil tetap menahan tubuh Safira.

"Penjelasan apa? Safira kalah, lo bisa bebas sama Salsa Iz. lo bisa talak gue sekarang Iz" ucapnya Safira yakin.

"Kamu ngomong apa sih Saf, sampai kapan pun aku gak akan pernah menceraikan kamu, paham" ucap Faiz membalikkan badan Safira menghadap nya.

"Kenapa, lo takut dengan perjanjian itu? jadi ini juga lo manis sama gue, lo tenang aja Iz gue bakal usahain dan ga akan makan harta yang menjadi hak lo" Ucap Safira dengan tatapan benci

"Bukan gitu Saf"

"Terus!!!"

"Ayo pulang kita bahas dirumah" ajak Faiz yang tak mendapatkan perlawanan dari Safira.

Dalam mobil Safira tak bersuara, Air matanya terus saja mengalir, beberapa menit telah berlalu akhirnya mereka sampai dirumah mereka.

"Saf tunggu dulu Saf" ucap Faiz mengejar Safira

"Kamu apa apaan si Saf, keluarin semua sekarang juga" ucap Faiz saat melihat Safira memasukkan baju nya kedalam koper.

"Bukannya lo seneng ya bisa bersatu sama Salsa. bukannya lo cinta mati sama Salsa. Ya kan JAWAB" ucap Safira dengan emosi yang sudah tak terbendung.

"Enggak Saf, akugak bisa kehilangan kamu. Aku sayang banget sama kamu Saf, plis ijinin aku perbaiki semuanya aku dijebak sama dia Saf" ucap Faiz memeluk erat tubuh Safira..

"Lepasin Lepassss" ucap Safira menangis di pelukan Faiz.

Safira sangat kecewa dengan Faiz saat ini, ingin sekali Ia memberontak tapi tubuhnya seakan enggan berjauhan dengan Faiz, dan ingin terus berada dalam dekapan Faiz.

"Maafin gue Saf, maaf" ucap Faiz menciumi puncak kepala Safira.

Tak ada pergerakan ataupun perlawanan dari wanita itu, Faiz melihat sejenak ke wajah Safira ternyata gadis itu telah menutup matanya. Hembusan nafas yang tenang dari wanita itu meyakinkan Faiz bahwa Safira sudah tertidur.

"Kenapa gue pergi malam itu kerumah wanita ular itu sih" gumannya sambil mengingat kejadian yang menimpanya saat ini.

Faiz mengangkat tubuh Safira meletaknya diatas tempat tidur mereka menyelimuti gadis itu. Lalu ia kembali berjalan kearah pakaian dan tas Safira yang berserakan ia merapihkan satu per satu barangnya

"Hah? tes kehamilan punya siapa ini" Ucap Faiz terkejut melihat sebuah tes kehamilan dari dalam tas Safira.

Faiz mengecek dalam tas Safira dan melihat selembar surat kedokteran, senang campur aduk yang Faiz rasakan saat melihat surat tersebut. Faiz kembali berjalan mendekati Safira naik keatas tempat tidur.

"Maafin papa ya dek, papa jahat udah buat mama kamu selalu nangis" Ucap Faiz menangis mengingat perbuatannya,

Ia mengelus pelan perut Safira yang masih rata itu. Perlahan Faiz ikut tidur di samping Safira, memeluk dan mengelus punggung Safira. Menghirup dalam aroma rambut Safira yang menjadi candu untuknya beberapa minggu terkahir.

_________

Setelah Faiz berangkat ke kantor Safira segera mengemasi pakaiannya, Ia ingin segera kembali kerumah orang tuanya sekarang.

"Maafin mama udah jauhin kamu sama papa ya nak"

Safira berjalan keluar kamar sesekali ia menghapus air mata yang senatiasa mengalir dipipinya.

"Loh non Safira mau kemana non"

"Maaf bi, Safira ga bisa terus di sini, tolong sampaikan perminta maafan Safira sama Faiz ya bi, Safira mau balik kerumah orang tua Safira aja bi" Ucap Safira sambil menangis terseduh seduh.

"Ya Allah apa yang terjadi non, kenapa bisa jadi seperti ini?" Bibi mengelus surai panjang Safira, membawa Safira dalam pelukan menenangkan.

"Aku ga bisa ceritain sekarang Bi, nanti setelah sampai taksi aku akan telpon bibi buat ceritain semua" Ucapnya melepaskan pelukan nya.

"Safira harus buru buru pergi sebelum Faiz kembali bi" Sambungnya lagi.

"Yasudah non, sini bibi bawain kopernya. Ayo sama sama kita cari taksi" Ucap Bibi sembari mengambil koper tersebut dari tangan Safira.

Tak butuh waktu lama Safira kini sudah berada di dalam taksi, sesuai janjinya tadi Safira segera menelpon Bibi menjelaskan alasannya pergi.

Safira menatap pagar yang menjulang tinggi itu, mobil taksinya langsung memasuki perkarangan rumah mewah tersebut. Setelah membayar Safira langsung bergegas turun.

Banyak pertimbangan sebelum Ia benar benar harus kembali ke kediaman masa kecilnya, kediaman keluarga Malik yang selalu membawa ketentraman untuknya. Pintu rumah itu pun terbuka menampakan seorang wanita paruh baya yang tengah terkejut akan kehadiran.

"Bunda, Safira boleh kan numpang dirumah Bunda" Ucapnya pilu meratapi nasibnya dan anaknya kelak

"Masuk sayang, ini rumah kamu selamanya rumah kamu" Dania langsung membawa Safira masuk kedalam rumah, menyeret kopernya dan menutup pintu tersebut.

"Bun, Faiz udah hamilin orang bun" tangis Safira pecah.

Dania langsung memeluk tubuh Safira yang terlihat akan tumbang. Wanita itu meraung menumpahkan semua rasa sesak di dadanya.

JODOHKU ISTRIKU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang