"Dasar anak ga tau diri!!! Sudah berapa kali mama bilang sama kamu Faiz jauhi Salsa" Teriak Wina di hadapan Faiz yang sudah terduduk lemas.
Wina dan Reno langsung bergegas kekantor setelah mendengarkan kabar bahwa Safira kembali kerumah orangtuanya dan mengatakan Salsa hamil anak Faiz.
"Maaf mah, aku di jebak" ucapnya dengan tertunduk lesu.
"Seharusnya kamu papa usir dari keluarga ini Iz, tapi Safira masih berbaik hati sama kamu. Dia masih memikirkan masa depan anak yang dikandung Salsa makanya di memohon untuk pembatalan surat perjanjian itu" Ucap Reno menggengam erat taggannya menahan diri untuk tak memukuli Faiz lagi,
"Nikahin Salsa, setelah Safira lahiran ia akan mengurus perceraian kalian"
"Enggak mah, tolong bujuk Safira biar terus sama Faiz mah" mohon Faiz yang tertunduk di kaki Wina.
Hati ibu mana yang tak sakit melihat putranya menangis seperti ini, Namun apa daya perlakuan Faiz sudah sangat keterlaluan pada Safira.
"Ayo Pa lebih baik kita pergi" Ucap Wina meninggalkan Faiz yang masih tertunduk lesu.
__________
Faiz kini telah sampai di kompleks perumahan Safira. Berharap bisa menemuinya saat ini. Ia menatap ke arah rumah besar tersebut, sudah satu minggu sejak kepergiannya. Tak satu pun pesan Faiz yang di balas oleh Safira.
Setelah kejadian itu Faiz selalu berusaha menemui Safira namun selalu saja di halangin oleh orang tua Safira bahkan Faaz juga mengusir kala melihat dirinya di sekitar rumah keluarga Malik.
Faiz tersenyum saat melihat sosok yang selama ini ia rindukan keluar dari pagar, bergegas ia turun dan mengikuti wanita tersebut. Safira berhenti di sebuah taman duduk di taman tersebut sambil memandangin beberapa anak kecil yang sedang bermain.
"Udaranya sejuk ya"
"Faiz ngapain disini lagi?" Safira terkejut akan kedatangannya.
Ingin rasanya Safira segera pergi dari sini. Namun lagi lagi Ia tak bisa, ntah dorongan dari mana yang membuatnya seakan tak ingin melewatkan moment bersama dengan Faiz.
"Saf, Maafin aku ya. Kamu masih marah kan sama aku" Faiz mendorong pelan ayunan yang di naiki Safira.
"Enggak"
"Kenapa cuek"
"Males bicara aja"
"Kok gitu"
"Ya mana aku tau"
"Anak kita gimana"
"Dia baik"
Faiz berdiri di hadapan Safira. Ia dapat melihat pancaran rasa kecewa itu dari sorot mata Safira,
"Emm kalau aku gak harus nikahin salsa gimana?"
"Maksudnya? jangan jadi orang jahat deh Iz" ucap Safira langsung bangkit dari ayunan.
"Ya tapi aku gak yakin kalau Salsa tuh mengandung dan aku juga gak yakin kalau aku melakukan itu sama dia" Faiz segera memegang tangan Safira untuk mengentikan langkahnya.
"Sudah lah Iz jangan mempersusah keadaan"
"Tapi aku gak bisa menikah dengan Salsa Saf"
"Kenapa? bukannya dulu lo yang mau nikah sama dia, Kenapa sekarang berubah"
"Maaf atas tindakan ku Saf, Aku mulai Cinta sama kamu Saf, aku selalu nyaman saat berada dekat kamu. Beda jika berada dekat Salsa" Faiz menggengam tangan Safira, Ia senang karena ternyata tak ada penolakan dari Safira.
" jangan jadi egois Iz. Itu anak lo dan dia butuh lo"
"Enggak gue cuman mau lo sama anak dikandungan lo Saf, gue mau sama sama kalian terus. Gimana nasib dia nantinya"
"Ga usah menyesali perbuatan yang lo ciptain sendiri Iz, anak gue akan aman, setidaknya anak yang aku kandung ini jelas siapa ayahnya walaupun ia besar tanpa seorang ayah disampingnya" Ucapan Safira berhasil menusuk Faiz.
"Tapi Saf ga mau pisah dari kalian. Aku mohon Saf kembali denganku. Aku mohon" ucap Fauz bersimpuh dihadapan Safira sambil menciumi tangan Safira.
"Maaf aku ga bisa" ucap Safira sambil berlalu dari hadapan Faiz meninggal kan faiz yang tengah tertunduk disana, pria itu menangis tampak dari bahunya yang bergetar saat ini
_________Safira berusaha menjalani aktifitasnya seperti biasa, kini ia tengah berbelanja ke supermarket. Sebenarnya Dania sudah melarangnya berbelanja sendiri seperti ini namun Safira tetap kekeh ingin pergi sendiri dengan alasan ingin menyegarkan pikiran.
"Aduhhh" bahu seseorang tak sengaja menabrak Safira membuat beberapa cemilan yang hendak ia masukkan troli jatuh berserakan. Safira langsung tertunduk mengutip cemilan ringan tersebut.
"Maaf maaf" Ucap orang tersebut, Safira langsung mendongakan pandangannya ketika mendengar suara orang yang ia kenali.
"Riza" Safira langsung berdiri melihat pria dihadapannya.
"Safira, maaf aku ga tau kalau itu lo" Riza gugup itulah yang dapat Safira lihat.
"Lo kemana aja Za? Kenapa menghilang begitu aja?" Padangan lurus Safira membuat rasa penyesalan di hati Riza semakin besar. Air mata wanita itu sudah siap untuk tumpah.
"Sorry Saf, gue ga tau harus ngomong apa sama lo. Gue cuman takut ga bisa bahagia in lo" jelasnya tertunduk.
"Terus apa menurut lo gue bahagia sama dia Za?" tanya nya lagi. Tak ada jawaban dari pria itu, tatapan Safira beralih pada tangan pria itu. Membuat Safira teringat akan dirinya yang pernah melihat Riza masuk butik.
"Siapa dia Za?" tanya Safira yang membuat Riza kebingungan.
"Maksud kamu?"
"Siapa wanita beruntung itu?" Riza melihat arah pandang Safira, terlihat gadis itu yang tengah memandang jari manis nya yang telah dilingkarin sebuah cincin.
"Kamu disini ternyata Za" Ucap seseorang dari balik punggung Riza membuat kedua orang tersebut langsung melihat kearah oranh itu.
"Safira lo disini?" Ucap gadis itu terbata.
"Iya Bil, jadi dia orangnya Bil" Tanya Safira yang di angguki Nabila dengan wajah yang tersipu malu.
Sakit sekali melihat kenyataan ini, seharusnya Ia sudah menyadari hal ini. Seharusnya ia sudah berfikir dari awal bahwa sahabatnya ini juga berhak bahagia bersama impiannya, Safira yang egois hampir saja menyakiti hati Nabila jikalau rencananya saat itu terjadi.
"Selamat ya Za, Bil. Aku pamit duluan, jangan lupa undang aku" Ucapnya pergi menjauh dari kedua sejoli yang masih membisu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU ISTRIKU [selesai]
General FictionDijodohkan?? memangnya masih masih ada perjodohan di jaman serba modren seperti ini. Awal pertemuan karna kesalah pahaman dan berakhir menjadi suami istri, sungguh takdir yang tak terduga, bukan?