"Yah Bun Safira pamit dulu ya Yah Bun" ucap Safira.
Mereka kini berada di teras rumah dengan seorang supir yang membantu memasukan beberapa koper dan barang Safira kedalam mobil Faiz.
"Jaga kesehatan kamu ya sayang, jangan terlalu kecapean" Ucap Dania sambil memeluk tubuh Safira.
"Siap Bun, Bunda juga jaga kesehatan ya Bun" Safura melepaskan pelukannya dari Dania.
"Yah"
"Aduh anak Ayah sudah besar. Jaga kesehatan dan tetep lanjutin kuliah kamu ya" ucap Rama yang juga memeluk Safira.
"Siap Ayah" jawab Safira sambil mengangkat tangannya seperti orang hormat.
"Saf" kini Lestari yang memeluk tubuh Safira, lalu mencium kening adiknya tersebut.
"Ya ampun gak nyangka, adek kakak yang julitnya minta ampun udh nikah dan sekarang mau pergi dari rumah ini. Tetep jadi adik kakak yang paling baik ya Saf" Lanjut Lestari sembari melepaskan pelukkannya.
"Iya sayangku" ucap Safira.
"Dan buat lo, Iz. Lo harus jaga Safira baik-baik kalau gak lo akan ber-urusan dengan gue. Abang lo sendiri" Ujar Faaz menepuk pundak Faiz.
"Yang adek lo tuh sebenernya gue apa dia sih Az" jawab Faiz sembari membantu mengangkat barang Safira.
"Ya Safira lah" Ucap Faaz berpindah posisi disamping Safira.
"Terserah deh, sudah selesai Yah Bun Faiz sama Safira pamit dulu ya" ujar Faiz setelah siap memasukan barang Safira.
Faiz lalu berjalan menghampiri Dania dan Rama, menyalim tangan mereka dan mengajak Safira menuju mobil. Lalu mobil mereka bergerak menjauh dari halaman rumah keluarga Malik
__________
Safira dan Faiz baru saja sampai dirumah mereka. Rumah yang seharusnya Faiz bangun dengan harapan akan tinggal bersama dengan Salsa kekasihnya.
"Nih kamar lo" ucap Faiz menujukan sebuah kamar pada Safira.
Alasan Faiz ingin segera pindah adalah agar bisa tak sekamar dengan Safira persetan dengan perjanjian yang dibuat oleh papanya, yang penting saat ini dia bisa berjauhan dengan gadis di hadapannya ini. Setidaknya Ia bisa tenang dikamarnya seorang diri.
"Kenapa tu muka? Gak suka sama ni kamar" tanya Faiz yang melihat ekspresi Safira.
"Ga ada kamar lain ya, ga ada nuansa nya masa cuman putih doang" tunjuk Safira yang menuju ke arah dinding yang hanya berwarna putih.
"Ada. Tapi sama doang kaya gini, yaudah kalau lo ga suka warnanya ntar gue panggilin orang buat dekor kamar lo. Nanti lo tinggal bilang mau kamar ya kaya gimana" Jelas Faiz.
"Boleh nih" ucap Safira sangat antusias. Faiz tak menjawab ia hanya menaikkan alisnya sebelah sebagai tanda.
"Tapi nanti kalau kamarnya masih di dekor aku tidur di mana" tanya Safira lagi
"Ya disofa ruang tamu lah" jawab Faiz.
"Jahat amat si lo Iz, kan lo bilang masih ada kamar lagi, gue tidur di situ ya" ucapnya memelas.
"Nggak" tolak Faiz mentah mentah.
"Masa lo tega sih Iz. Iya ya Iz gue tidur di kamar itu" bujuk Safira.
"Enggak kalau gue bilang enggak ya enggak" Ucap Faiz dengan menampilkan eksperesi datarnya.
"Astaga Iz parah banget sih". Safira sudah cukup kesal dengan laki laki dihadapannya ini.
"Biarin, lagian kemaren aku tidur juga di sofa kan!!" ujar Faiz
"Jadi balas dendam ceritanya nih nih" ucap Safira yang dibalas anggukan oleh Faiz lalu pergi.
"iss" ucap Safira sangat geram kepada Safira.
Safira kembali melanjutkan aktivitasnya merapihkan beberapa barang yang Ia bawa. menyusunnya satu persatu.Setelah selesai membereskan barangnya Safira memutuskan untuk kedapur mencari sebuah cemilan.
"Faiz tuh ngeselin banget sih masa iya sih selama kamar ini di renovasi aku tidur di sofa ruang tamu" gerutu Safira sambil menuruni anak tangga.
"Akhirnya kamu nelpon aku juga. Aku tuh udah kangen banget sama kamu. Kamu kemana aja sih. Kok nomor kamu gak aktif-aktif" Langkah Safira terhenti saat mendengar suara seseorang.
Ia dapat melihat Faiz sedang berjalan dari arah dapur menuju pintu. Karna rasa penasaran jadi ia memutuskan untuk mengikuti Faiz dan berdiri di sebalik pintu, namun Ia tak dapat mendengar siapa yang di telpon oleh Faiz.
"Loh kamu baik-baik aja kan kok kamu nangis sih" ucap Faiz yang berada di sebalik pintu.
"Wahh aku kamu nih, pasti selingkuhan" ucap Safira dalam hati.
"Mau ngomong apa?"
"..."
"Yaudah kalau gitu aku kesana sekarang" Ridho menutup teleponnya lalu berjalan masuk kedalam rumah lagi.
"Ngapain lo disini. Nguping ya lo" ucap Faiz ketus saat melihat Safira yang ternyata berdiri dibalik pintu.
"Apa-an sih, Iz? Enggak kok kak tadi tuh gue mau keluar mana gue tau lo ada diluar" ucap Safira meyakinkan.
"Awas ya kalau sampai macam-macam" Acam faiz sembari memberikan tatapan mematikannya kepada Safira sehingga membuat Safira tak mempunyai nyali.
"Loh, lo mau kemana?" tanya Safira saat melihat Faiz mengambil kunci mobil. Tak mungkin pria itu kekantor di jam 6 sore gini.
"Bukan urusan lo" ucap Faiz tetap berjalan sambil mencangking jaketnya.
"Aneh banget" ucap Safira berusaha acuh lalu melanjutkan aktivitasnya menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU ISTRIKU [selesai]
Ficção GeralDijodohkan?? memangnya masih masih ada perjodohan di jaman serba modren seperti ini. Awal pertemuan karna kesalah pahaman dan berakhir menjadi suami istri, sungguh takdir yang tak terduga, bukan?