Setelah Salsa sudah lebih mendingan memutuskan untuk pulang, di sepanjang jalan Faiz selalu menatapnya horor sedangkan Safira tak memperdulikan tatapan tersebut.
Dari kejauhan mata Safira menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya, Ia melihat seorang anak kecil tengah terduduk di bawah pohon.
"Hai kamu kenapa nangis?" ucap Safira ikut duduk disamping anak itu.
"Hiks... Boneka aku kak hiks..."
"Loh boneka kamu kenapa dek"
"Boneka aku dilemparkan ke atas pohon sama temen-temen aku, kak" ucap anak itu sembari menujuk atas pohon.
"Wah malah tinggi lagi" batinnya.
"tunggu ya kakak coba bantu ambilin" Ucap Safira sambil berjalan mencari sesuatu.
Safira menemukan sepotong kayu yang cukup panjang lalu ia berusaha menggapai boneka itu tapi usahanya gagal.
"Gimana kak bisa?" ucap gadis kecil itu.
"Ehemm kayaknya ada yang perlu bantuan nih" Asal suara tersebut sontak membuat Safira dan gadis kecil itu langsung melihat kebelakang.
"Eh Riza. Loh kok kamu bisa disini. ga ikut balik sama yang lain" ucap Safira saat tak melihat yang lain.
"Iya tadi aku ikutin kamu pas kamu ke sini"
"Ohh gitu,yaudah tolongin kita dong ambilin bonekanya"
"Oke tunggu bentar ya" ucap Riza lalu memanjat pohon tersebut, tak butuh waktu yang lama ia sudah turun dengan membawa boneka itu.
"Boneka aku" anak itu berlari dan meraih bonekanya.
Sungguh miris menurut Safira setelah ia melihat boneka gadis kecil itu. Ia memiliki banyak boneka yang bagus tapi tidak dengan gadis kecil itu.
"Dek nama kamu siapa" ucap Riza.
"Nama aku Syakila kak"ucap gadis kecil berumur 3 tahun itu.
"Kalau abang namanya Riza sedangkan ini namanya Safira" ucap Riza menunjuk kearah dirinya dan Safira.
"Kakak mau nanyak, boleh?" ucap Safira sambil terjongkong didepan Syakila dan Syakila menjawabnya dengan anggukan.
"Tapi jangan marah ya, emm kakak mau tanya boneka kamu emang gak ada yang lain ya" sambung Safira sambil berbicara secara hati-hati agar Syakila tak tersinggung.
"Enggak kak" ucap Syakila menggelengkan kepalanya.
"Tunggu ya" ucap Safira teringat pada sesuatu .
"Saf kamu mau kemana" teriak Riza yang melihat Safira pergi.
"Sebentar" Sahut Safira terus berlari menuju villa yang tak jauh dari mereka.
Ia masuk kedalam villa sambil sedikit berlari. Semua orang yang berada diruang tamu heran melihat tingkah Safira. Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil boneka yang ia bawa.
"Saf tunggu, mau kemana?" cegah Lestari menghentikan Safira.
"Aduh nanti aja deh aku ceritain. Aku keluar sebentar ya kasian ada yang udah nungguin Safira soalnya" ucap Safira kembali melanjutkan langkahnya.
"Yaudah deh tapi jangan lama-lama bentar lagi kita mau makan malam" teriak Lestari yang masih dapat Safira dengar.
"Hei maaf ya lama. Nih" Safira menyerahkan boneka tersebut.
"Ini untuk Killa, kak?" Safira menganggung menjawab pertanyaan anak tersebut.
"Beneran,Makasih ya kak" ucapnya kegirangan namun hanya sebentar.
"Loh kenapa kamu gak seneng sama hadiah pemberian kak Safira" ucap Riza yang melihat perubahan ekspresi Syakila.
"Bukan gitu kak,tapi Kila gak punya uang" ucapnya sambil mengulurkan boneka itu lagi
"Hahaha ya ampun Kila,kakak gak ada nyuruh kamu bayar kok" sahut Safira.
"Beneran kak, Makasih banyak kak" ucap Syakila lalu memeluk Safira
"Iya sama-sama sayang" Safira membalas pelukan Syakila.
"Kamu belum makan ya Kila" Sambung Safira saat mendengar suara perut dari Syakila.
"Enggak kok kak, Kila tadi udah makan" ucap gadis itu sambil tertunduk.
"Masa, tuh perut kamu bunyi lagi kita makan yuk" ajak Riza sambil menggendong Syakila.
"Tuh kan baik banget sih" batin Safira
"Ayo Saf" Ucap Riza yang melihat Safira masih termenung.
"Eh iya" buru buru Safira berjalan di samping Riza.
"Berasa kayak anak sama orangtua. Semoga kita bisa kaya gini ya Mput" batin Riza yang sebenernya juga memiliki perasaan pada gadis tersebut.
Mereka berjalan bersama hingga sampai divilla. Riza membuka pintu villa ternyata yang lain sudah pada menunggu mereka.
"Za kamu habis jalan sama Safira" tanya Nabila dan di jawab dengan anggukan oleh Riza.
"Eh bukan gitu maksudnya Bil, tadi tuh kita ga sengaja nemuin anak ini belum makan" Ucap Safira gugup saat melihat raut perubahan dari wajah Nabila.
"Memangnya dia, Saf?" tanya Lestari yang penasaran.
"Dia Syakila, tadi aku jumpa sama dia pas dia lagi nangis, bonekanya dia dilempar ke atas pohon sama temen-temennya, terus Aku sama Riza berusaha bantu dia deh. kayaknya dia belum makan makanya aku bawa kesini" jelasnya pada yang lain
"Yaudah kalau gitu biar aku ambilin makannya dulu ya" ucap Lestari pergi menuju dapur.
Tak lama setelah itu Lestari pun keluar dengan membawa sepiring nasi, Riza langsung mendudukan anak tersebut. Syakila memakan makanannya dengan lahap sepertinya benar dugaan Safira jika anak itu belum makan.
"Loh kok gak dilanjutin makannya, ga enak ya" ucap Aura saat melihat Syakila menghentikan acara makanannya padahal dari tadi Syakila makan dengan lahapnya.
"Enak kok kak"
"Terus kenapa kok gak dihabisin" sahut Nabila yang ikut duduk.
"Kak Syakila bungkus aja makanannya, boleh?"
"Kok gitu" ucap Safira ikutan duduk.
"Nanti kalau makannya Syakila habisin ayah sama kakak gak makan dong" Hati mereka mencelos mendengar ucapan anak tersebut.
"Yaudah kamu tenang aja ini kamu habisin makanannya. Nanti kakak akan bungkusin untuk kakak sama ayah kamu, oke" ucap Lestari mengajukan jempolnya.
Syakila kini telah selesai dengan makananya, Lestari pun telah membungkus 2 nasi untuk dibawa pulang oleh Syakila. Gadis kecil itu pun berpamitan pergi, mereka sudah menawarkan untuk di antar karena sudah hampir petang namun Syakila menolak ajakan mereka.
"Bi, bibi tau ga rumah anak kecil itu?" tanya Lestari pada Bi Minah yang baru keluar dari dapur.
"Rumah Syakila ya non, tau non" Sahut Bi Minah, Bi Minah sempat melihat anak itu disini.
"Bisa antar kami kesana bi?" Ucap Putri yang berada dibelakang Lestari.
"Bisa non bisa" Sahut Bi Minah sambil meletakan piring yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU ISTRIKU [selesai]
Aktuelle LiteraturDijodohkan?? memangnya masih masih ada perjodohan di jaman serba modren seperti ini. Awal pertemuan karna kesalah pahaman dan berakhir menjadi suami istri, sungguh takdir yang tak terduga, bukan?