Bab 21

2.3K 144 30
                                    

Safira ia kini sedang temenung diatas sebuah gedung berlantai 5. Ia masih teringat dengan kata-kata Faiz.

"AKU BENCI SAMA KAMU IZ. AKU BENCI" teriak kencang Safira.

"Aku benci sama kamu Iz. Aku kira kamu mau berusaha seperti aku usaha untuk menerima kamu Iz. Tapi apa aku tetep ga ada di hati kamu Iz. Ga pernah" ucap Safira menangis sengguggukan.

Flashback

Safira kini ia sudah didepan pintu ruangannya Faiz. Ia ingin mendorong pintu namun ia mendengar suara seseorang sedangkan berbicara di dalam ia sangat penasaran siapa yang sedang berbicara dengan Faiz saat ini.

"Kamu tau kan kalau aku gak cinta sama Safira. Aku cuma cinta sama kamu. Aku mohon Sal jangan tinggalin aku lagi ya" Ucap seorang pria dari dalam yang bisa ia yakinin itu suara Faiz.

"Iya aku gak akan pernah ninggalin kamu, Iz".

Safira berusaha menguatkan hatinya saat ini, Ia mengambil masker yang ada di dalam tas nya lalu kemudian melepas kuciran rambutnya membiarkan rambutnya tergerai.

"Makasih Sal" ucapnya tanpa sadar sudah ada orang di depan pintu

"Permisi pak. Saya dari catring Kirana mau mengantarkan pesanan bapak" ucap seseorang yang baru saja masuk kedalam ruangannya..

"Tapi saya tidak memesan apapun?"

"Mungkin bapak lupa atau ada orang yang memesankan makanannya untuk bapak" Faiz tak menjawab Ia masih berfikir siapa yang mengantarkan makanan padanya.

"Ya sudah saya permisi dulu ya pak" ucap orang itu membalikkan badannya.

"Tunggu". Mendengar ucapan Faiz orang itu yang berniat membuka pintu kembali menutup pintu dan membalikkan badannya. Ia melihat Faiz yang berjalan mendekatinya.

"Ah ya sudah kamu bisa pergi sekarang" lanjutnya tak berhasil mengenali orang tersebut.

"Sampai segitunya rasa ketidakpeduliann kamu sama ku ya iz, bahkan kamu ga bisa mengenali aku sekarang" Guman Safira sangat pelan sembari keluar dari ruangan ini.

Safira setelah sampai didepan pintu Safira langsung membuka masker yang ia pakai sebelum, Safira langsung lari keluar kantor itu.

"Hai Saf" sapa seseorang pada Safira.

"Eh kamu Ra" Ucap Safira sambil langsung menghapus air matanya.

"Loh kamu nangis. Ada apa? Cerita sama aku"

"Faiz Za. Dia jahat sama aku Za" adunya pada Aura.

"Oke oke kamu tenang dulu kita ceritanya disana aja disini gak enak diliatin karyawan lain" ajak Aura menuju bangku taman yang ditunjuk oleh Aura tadi.

"Oke sekarang Kamu bisa cerita. Kenapa emang sama Faiz, dia apain kamu Saf?" ucap Aura khawatir.

"Faiz ga pernah berusaha mencintai ku Ra. Dia masih aja mencintai Salsa" ucapnya menahan tangis yang sudah membendung dipelupuk matanya.

"Sialan, Kamu tau ini dari mana Saf, Faiz yang bilang sendiri sama kamu?" ucap Aura ikut emosi.

"Jadi tadi tuh aku berniat untuk nganterin bakwan buat Faiz karna kata bibi Faiz suka bakwan isi udang" ucap Safira melanjutkan semua hal yang ia lihat tadi.

"Salsa di dalam ruangan Faiz? What jadi ini alasan gue di pindahin ke kantor cabang, biar cewek ganjen itu bisa seenaknya keluar masuk kantor. Ayo buruan gue temenin labrak dia Saf" Ujar Aura menggebu gebu. Sahabatnya satu ini memang paling tidak bisa menahan emosinya.

"jangan ra,ini kantor kamu bakal dapat masalah nantinya" Ujar Safira menahan pergelangan tangan Aura.

"Saf, lo kok bisa sabar banget liat lakik lo berdua sama cewek lain. Jambak Saf jambak" ujar Aura benar benar greget liat sahabatnya yang hanya bisa nangis doang seperti ini.

Ya memang sebelum pernikahan Faiz dan Safira, Ia telah di pindahkan ke kantor cabang dan hanya sesekali kekantor pusat contohnya seperti ini. Ternyata inilah alasan nya ia dipindahkan ke kantor cabang.

"Gue juga mikirin dia ra, kalau gue labrak mereka sekarang yang ada jelek nama perusahaan. Akan berdampak buruk juga kalau beritanya sampai menyebar Ra" ucapnya sembari mengahapus air mata yang telah membasahi pipi gadis itu.

"Terus lo berbuat apa setelah ini"

"Entah. Gue juga bingung Ra. Mungkin gue akan terus ikuti kemana arah takdir gue berjalan Ra. Moga-moga aja diujung jalan itu ada sebuah keajaiban yang bisa membuat aku bahagia"

"Intinya lo bakal diem aja gitu atas kelakuan Faiz"

"Ya Mungkin, sampai sejauh mana gue bisa bertahan, setidaknya gue sudah berjuang biar ga ada penyesalan sedikit pun diakhir nanti untuk gue Ra" ucap Safira berusaha tegar.

Safira memandangin ibukota dari atas sini, padangannya kini tertuju pada seseorang yang ia kenali.

"Riza,kan? Ngapain dia ke butik ya? Butik pengantin lagi. Apa dia mau nikah ya? pantes aja ya dia menjauh dari gue, jadi ini alasan lo Za. Apa aku temuin dia aja ya." monolognya sendiri.

"Ga ga cukup nasib lo aja yang menderita Saf, biarin Riza bahagia dengan pilihannya dan jangan ganggu Riza paham" ucapnya berusaha tegar memandang Riza yang sudah masuk kedalam butik.

____________

Aura kini berada di dalam ruangan Faiz, sebenernya ingin sekali ia mencabik wajah itu saat melihat nya pertama kali, namun apa daya ia tak punya kuasa.

"Halo semua" sapa Lestari yang baru saja memasuki ruangan Faiz bersama Faaz.

"Loh Safira enggak ada disini ya Iz"

"Enggak emang dia kemari" sahutnya yang mengalihkan pandangannya ke arah Lestari dan Faaz yang sudah duduk di sofa bahkan sebelum ia mempersilahkannya untuk duduk.

"Bapak aja yang ketutup matanya, tadi tuh Safira kemari tapi langsung pergi setelah nganter Bakwan" ucap Aura ketus akhirnya ia bisa mengeluarkan unek unek yang ia simpan sejak tadi.

"Bakwan????" tanya Faiz bingung.

"Iyaa orang yang nganter bakwan tadi tuh Putri" ucap Aura benar benar geram sekarang.

"Tapi kenapa dia pakek masker dan dia juga bilangnya kalau dia karyawan sebuah catring"

"Tuh sama binik sendiri ga tanda, dia begitu karna liat bapak berdua sama Salsa" ucap Aura memberitahu semua yang terjadi, ingin sekali Ia menendang Faiz saat ini.

"Udah gila lo" ucap Faaz langsung menerjang Faiz dengan sebuah pukulan. Faiz tak melawan saat beberapa kali Faaz memukulnya ia tau ini salahnya.

"Iz aku gak mau tau. Pokoknya kamu cari Safira sekarang dan kamu bawa pulang dia" ucap Lestari dengan wajah merah padam.

"Tapi aku mau nyari dia kemana?" ucapnya sambil kesusahan untuk bangkit.

"Ya terserah lo mau nyari dia kemana. Yang aku mau dia kembali tanpa lecet sedikit pun. Paham" ucap Lestari emosi lalu ia pergi dari ruangan itu.

"Kabarin kita kalau Safira sudah ketemu" ucap Faiz dengan penuh penegasaan ikut keluar ruangan bersama Aura.

"Sial, kenapa lo gak tanda kalau itu Safira sih Iz" gerutu Faiz segera bergegas mengambil kunci mobilnya.

JODOHKU ISTRIKU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang