Hujan deras tiba tiba saja turun membuat Safira kedinginan, ia juga lapar dan ketakutan.
"Ya allah harus berapa lama aku disini? Kapan mereka dateng untuk nolong aku? Udah makin malem. Safira laper lagi." ucapnya sambil terus menangis ditengah hujan dengan kardus yang sudah ikut basah.
"Tapi kalau aku disini terus kapan orang bisa bertemu dengan aku" monolognya lagu.
"Aku harus pergi" Safira keluar dari kardusnya, hujan masih cukup deras. Belum jauh ia berjalan ia melihat ada 2 orang yang sedang duduk di bangku halte yang tak jauh darinya.
"Astaga gila mereka belum pergi juga apa sih yang mereka mau. Aku harus kabur sebelum mereka liat aku" ucapnya sambil mengelap mukanya sesekali yang basah oleh air hujan. Padangannya tak jelas tapi Ia yakin betul itu Preman tadi.
"Bos cewek yang tadi kayaknya"
Sial nya salah satu dari dua orang itu melihat keberadaan Safira.
"Tuh kan ketauan. KABURRRRT" ucap Safira langsung berlari sekencang mungkin. Ia melihat ada tikungan lalu ia berbelok bersembunyi di balik pohon.
"Huh capek kayaknya udah gak ngejer deh duh malah gue nyeker lagi" ucapnya melihat ke arah kakinya yang sudah sangat sakit sekarang
"Woy jangan kabur lo" terdengar suara seseorang yang ia rasa itu suara preman.
"Astaga gak capek-capek ya mereka ngejer gue" ucapnya sudah sangat ngosngosan
Safira segera mengambil ancang ancang ingin berlari lagi namun tangannya seperti ditarik oleh seseorang dari balik pohon besar yang ada didekatnya.
"Akhhh...." seseorang itu langsung membekap mulutnya Safira.
"Syuttt diem" ucap pria tersebut.
Tubuh Safira kini berada diantara pohon dan tubuh orang tersebut. Mata mereka saling bertatapan selama beberapa detik dan jarak yang hanya beberapa senti saja. Langsung saja Pria itu menjauhkan tangannya dari mulut Safira.
"Udah aman ga usah deket deket" ucap Pria itu sedikit mendorong badan Safira.
"Dih geer banget, siapa juga yang mau deket deket sama situ. Pede lu" ucap Safira dengan sewotunya.
"Oh ya" Faiz melipat tanganya didepan dadanya menanggapi ucapan Safira acuh.
"Eh kok lo bisa tau gue disini, atau jangan jangan lo sekongkol sama mereka ya karena dendam sama gue kan" tuduh Safira pada Faiz mengingat kemarin Faiz terlihat begitu kesal padanya.
"Sembarangan aja lu, udah ditolongin juga ga bersyukur"
"Eh tungguin" ucap Safira berlari mengejar Faiz yang berjalan mendahuluinya.
"Ngapain lo ngikutin gue, mobil lo mana?" tanya Faiz,
Ia menghentikan langkahnya melihat penampilan wanita di depannya. Hujan sudah mulai mereda sisa beberapa rintik hujan saja membuat nya dapat dengan jelas melihat penampilan wanita itu sekarang. Safira sangat acak acakan saat ini bahkan Ia tak mengenakan alas kaki sama sekali.
"Mobil gue dirampok sama preman tadi jadi itu gue gak bisa pulang" ucap gadis itu sambil menunduk.
"tunggu maksdunya lo kenak ngerampok nih" Safira memanggutkan kepalanya mengiyakan ucapan tersebut.
"Mampus itu akibat elo udah buat meeting gue gagal. Kenak karma kan lo"
"Iss Enak aja lo kalau omong" ucap Safira dengan refleks memukul lengan Faiz. Sedangkan Faiz hanya diam menanggapi pukulan yang tak seberapa itu.
"Makanya jangan belagu jadi cewek, yauda ayo gue anter" Ucap Faiz, Ia tak setega itu meninggalkan Safira sendirian dengan keadaan seperti ini. Faiz langsung saja membalikan badannya kembali menuju mobilnya yang tak jauh dari sini.
"Woy, lambat amat si lo jalan cepetan dikit bisa gak" teriak Faiz yang melihat Safira tertinggal jauh di belakangnya.
"Iya iya mobil lo dimana sih"
"Tuh depan sana" Ucap Faiz melanjutkan perjalanannya tanpa melihat kebelakang.
Tak ada sautan dari gadis itu, Faiz kembali menoleh kebelakang. Ia terkejut melihat Safira yang entah sejak kapan sudah tergeletak di jalanan, Faiz langsung berlari mengahampiri gadis itu.
"Lo ngapain tidur di jalan sih" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi Safira namun tak ada pergerakan dari gadis itu.
"Wah pingsan nih cewek, emang ya nih orang tuh ngerepotin aja kerjaannya" Gerutu Faiz sambil mengangkat tubuh Safira membawanya menuju mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU ISTRIKU [selesai]
Narrativa generaleDijodohkan?? memangnya masih masih ada perjodohan di jaman serba modren seperti ini. Awal pertemuan karna kesalah pahaman dan berakhir menjadi suami istri, sungguh takdir yang tak terduga, bukan?