Tangis yang memenuhi suasana hening, hanya deru ombak yang menemani, taburan bintang yang memperhatikan, dan sinar bulan yang menerangkan, namun hati itu masih merasakan denyut yang tak dimengerti.
Foto yang hampir saja tenggelam kedalam lautan, kini tergemgam erat dalam pelukan, merindukan orang yang tersayang yang kini sudah ditinggalkan, kenapa dia baru menyadari? Hati yang sudah pergi mana mungkin akan kembali.
Dipanggil lirih nama lelaki itu, hingga ia terduduk diatas hamparan pasir,menekuk lutut dan memeluknya, lantas menangis sejadi-jadinya, kenangan yang terus teringat semakin menyadarkan nya, jika apa yang dilakukan tidak benar adanya.
Nasi sudah menjadi bubur, kemana lelaki itu pergi? Sedang apa dia? Maaf, aku merindukanmu. Kata-kata itu terus berputar dalam pikiran, memberi kesan lebih mendalam saat kenangan bagaimana lelaki itu menjaga, memperhatikan dan selalu ada. Sedangkan dirinya berubah dan memberi luka.
Teringat senyum lelaki yang terus ditunjukan meski dirinya memberi luka, lelaki yang selalu ada meski dirinya sudah berubah, lelaki yang masih terus memperhatikannya meski dirinya sudah berkata untuk berpisah.
"Aku ingin menghabiskan masa hidup ku bersamamu Rio, itu adalah mimpi terbaruku"
"Itu mimpi terbarumu? Bahkan mimpi pertama dan terakhir ku adalah menikahimu, membuatmu bahagia dan tentunya menghabiskan waktu ku bersamamu sampai tua nantinya."
Ia bahkan lupa dengan mimpi dimana ia ingin menghabiskan waktunya dengan lelaki itu, dia benar-benar merasa menjadi yang terburuk. Tangisannnya semakin menjadi. Rio maafkan aku.
Bisakah aku menarik kata-kataku? Dan melihatmu lagi? Aku tau aku sangat jahat, aku tau semua hal konyol yang telah kulakukan, aku menyadari jika semua yang kulakukan salah.
Rio...aku merindukanmu...sangat dan selalu.
•
•
•
Gadis itu terdiam memandang langit malam dibalkon rumah, bayangan lelaki manis itu tak henti-hentinya datang dan mengingatkannya akan kenangan yang membawa rasa yang mendalam.
"Apa kau sedang ada masalah chaeng?" Suara sang kaka membuyarkan segala lamunan, ia melirik sang kaka yang memandangnya dengan senyuman.
"Anniya...hanya saja aku sedikit gugup untuk worldtour ku nanti" chaeyoung berucap namun alice tau adiknya hanya mengelak dengan apa yang sedang ia pikirkan.
"Aku tau kau berbohong, bicara lah, aku ini kaka mu, percaya padaku mungkin aku bisa membantu masalahmu" chaeyoung terdiam lantas ia menghela nafas.
"Kaka, ku pikir aku memilih jalan yang benar namun aku menyadari jika jalan yang sedang kujalani ini salah." Alice mengerutkan dahinya, dia kurang mengerti apa yang adiknya katakan.
"Apa ini ada hubungannya dengan Rio?" Chaeyoung terdiam, lalu ia melihat alice.
"aku melakukan kesalahan yang besar, namun aku tidak tau harus berbuat apa, perasaanku juga tak menentu, aku tidak tau apa yang hatiku inginkan dan siapa yang sebenarnya yang ku cintai" sepertinya alice mengerti arah pembicaraan adiknya ini, dia cukup kecewa mendengar siapa yang sebenarnya ku cintai , bukan kah itu menandakan jika adiknya mendua?.
"Kau mencintai orang lain selain Rio? Apakah itu penyebab kalian putus?" Tanya alice, chaeyoung mengangguk jujur, menyembunyikan sesuatu pada kakanya adalah hal yang percuma, karna alice selalu tau dan selalu benar.
"Aku menghancurkan hatinya, aku bahkan lebih jahat dari pada penjahat, aku benar-benar mengerikan" butiran air mata mulai memenuhi matanya dan berakhir jatuh mengalir melintasi kedua pipi.