Rio berjalan ditemani bibi ji eun, udara taman dekat apartemannya sungguh segar saat di sore hari, Rio terlihat sudah terbiasa dengan tongkat nya, setidaknya dia bisa mengingat setiap langkah yang dibuat.
"Bi mari kita duduk, bibi pasti lelah mendampingi lelaki buta sepertiku" Rio berucap.
"Nak Rio tidak usah begitu bibi tidak lelah menemani nak Rio jalan-jalan, lagipula ini kan pekerjaan bibi" Rio tersenyum, setidaknya adanya bibi ji eun yang hampir 1 bulan merawatnya, membuatnya merasa lebih baik, Rio sudah menganggap bibi ji eun ibunya sendiri.
Bibi ji eun membantu Rio untuk duduk, lantas ia ikut duduk dan memperhatikan taman yang penuh dengan anak-anak yang bermain.
"Bi apakah bibi pernah patah hati?" Rio bertanya
"Patah hati? Setiap orang pasti pernah merasakan itu, dan bibi merasakan patah hati saat masih muda dulu"
"Benarkah? Apa yang membuat bibi patah hati?"
"Waktu itu mendiang suami bibi menyelingkuhi bibi dengan sahabat bibi sendiri, saat itu bibi sangat kesal, sedih dan kecewa, karna bibi patah hati bibi memutuskan hubungan" bibi ji eun berucap dengan pandang yang tengah membayangkan masa lalu.
"Benarkah? Bagaimana bibi bisa menikah dengan suami bibi, jika bibi sudah memutuskan?" Bibi ji eun tersenyum sedikit.
"Tepat setelah beberapa bulan putus, dia datang kembali, meminta maaf dan menyesali semua perbuatannya, bibi awalnya terus menolak karna bibi tidak mau disakiti kedua kalinya, namun dia selalu datang, dan berusaha meyakinkan bibi jika dia sudah berubah dan menyesali semuanya, suami bibi membuktikan semua perkataannya, hingga akhirnya hati bibi luluh, dan menerima nya kembali, namun alasan utama bibi menerimanya, karna bibi sadar jika bibi masih sangat mencintai suami bibi"
Rio terdiam sejenak,lantas ia kembali bertanya.
"Jika dulu bibi sudah tidak mencintainya, apa bibi masih mau menerimanya ?"
"Nak Rio, jika bibi tidak mencintainya sudah pasti bibi tidak akan menerimanya kembali meskipun dia sudah berusaha untuk menebus keselahannya, apa nak Rio sedang patah hati?" Bibi ji eun bertanya, Rio terdiam lantas tersenyum dan menggeleng.
"Dulu tapi sekarang tidak, bibi setelah aku mendengar cerita bibi aku menyadari sesuatu, terima kasih bi" ucap Rio, bibi ji eun tersenyum.
"Iya nak Rio"
"Cinta memang rumit dan aneh, terkadang aku tidak mau merasakan perasaan itu, jika bisa aku ingin terlahir sebagai robot"
•
•
•
"Aku tak menyangka Rio akan berkata seperti itu, kalo aku jadi chaeyoung akupun akan memilih untuk berhenti" jennie berucap setelah mendengar curahan hati lisa tentang chaeyoung dan Rio.
Jisoo hanya diam memperhatikan ke dua orang yang sedang berbincang, dia memilih untuk berdiri lantas pergi menuju tempat orang yang tengah dibicarakan.
"Yakk jisoo unnie kau mau kemana??"
"Minta ayam kali ajah chaeyoung punya"ujar jisoo.
•
Jisoo melihat chaeyoung yang terdiam dengan earphone di telinganya, pandang gadis itu melihat kearah jendela, dengan perlahan jisoo mendekati dan duduk diranjang.
"Unnie?" Menyadari jisoo chaeyoung segera mematikan musik, tidak biasanya jisoo datang menghampirinya seperti ini.
"Kenapa kau? Apa kau masih memikirkan lelaki yang tidak berguna itu?" Jisoo berucap dengan pandang yang mulai kembali melihat layar psp.
![](https://img.wattpad.com/cover/168008206-288-k928016.jpg)