mungkin mulai sekarang, mulai dari chapter ini gua bakal bikin 1 chap cuma 500-600 kata.
dean marah, ngambek lebih tepatnya.
dean ngambek, karena jeno terus memaksanya untuk beristirahat di uks sampai jam pulang.
"gue ga kenapa-napa ih, gue cuma takut. gue ga sakit jenooo," ucap dean.
"ck, tar kalo lo kenapa kenapa gue yang repot!
dean mengangkat sebelah alisnya, "kalo lo ga mau repot ya gausah peduliin gue! gue bisa urus diri sendiri!"
dean pergi berlalu, tapi belum sampai ambang pintu, jeno sudah berbicara lagi.
"terserah."
dean kembali berjalan pergi dari uks dan berjalan menuju kelasnya.
"kemarin baik, sekarang judes lagi. dasar ga jelas!"
sampai dikelas ia melihat haechan yang sedang menyapu kelas, masih lengkap dengan blazer osisnya.
"ngapain lo?"
"nyimeng." jawabnya judes. "ya menurut elu aja bambang."
"sante dong juleha."
haechan menaruh sapunya di belakang pintu kelas, "balik ama siapa?"
"pacar lah."
"pacar? sejak kapan tolol?"
"ck, elah." dean menyodorkan ponselnya ke hadapan haechan.
haechan hanya manggut-manggut mengerti, lalu menyampirkan tasnya yang banyak isinya itu."lo ga balik?" tanya dean.
"mau rapat dulu."
"gausah cape cape chan, lagian lo udah mau un juga ih."
haechan berbalik dan tersenyum simpul, dielusnya puncak kepala dean, "santai, gua ga lemah kayak lo."
"bangsul."
dean juga menyambar tasnya yang tergeletak di atas meja lalu segera keluar kelas, baru aja dia keluar lorong, tangannya udah ditahan.
"hati-hati sama jeno."
dahinya perlahan mengerut, "kenapa?"
"pokoknya hati-hati aja."
dean mengangguk mengerti lalu membiarkan haechan pergi.
"dasar anak aneh."
***
malamnya, dean sibuk mencuci piring setelah selesai makan malam dengan kedua orang tua jeno—mereka yang mengajak.
jeno, anak itu sedang sibuk balapan.
besok hari sabtu dan dirinya akan pulang ke rumah. jadi semua pekerjaan ia selesaikan hari ini.
ini masih pukul 11 malam, masih siang menurutnya, sebelumnya dean sudah izin untuk belajar di ruang tengah. tenang, semua lampu kamar di lantai 2 dan peralatan yang digunakan dengan listrik sudah ia matikan, untuk menghemat. ya walaupun keluarga jeno tidak masalah soal listrik karena mereka tajir.
"kalo mau makan biskuit jeno di kulkas makan aja ya sayang, dia mah gitu, udah dibeli suka ga dimakan sampe basi. kan sayang ya," ujar yuri sebelum masuk ke dalam kamar.
"oh, kalo mau setel tv setel aja. gausah sungkan ya cantik!"
"iya tante, makasih banyak tante!"
"iya sayang."
setelahnya dean mendudukkan dirinya di karpet ruang tengah dengan tumpukkan buku di depannya.
"hhh, ayo belajar!"
dean mengerjakannya dengan tenang dan serius, seakan soal-soal yang ia pelajari sangat mudah dipahami.
tak sadar jarum jam pendek sudah menunjuk ke angka 12 dan jarum panjangnya menunjuk angka 6—dan jeno belum pulang.
apa sudah biasa bagi kedua orang tuanya kalau jeno suka pulang tengah malam?
tiba-tiba terdengar suara deru motor besar dari teras, itu jeno.
dean berjalan menuju pintu dan membukakannya.
"minggir."
jeno terlihat sangat kucel dan rambutnya berantakan, dean juga melihat lebam kecil di sekitar tulang pipinya.
"lo kenapa jen?"
"bukan urusan lo."
dean mengekori jeno sampai ruang tengah. untung buku-bukunya sudah ia bereskan.
"minum ya?"
jeno melirik dean sinis, "apaan si, gausah sok baik."
dean makin tidak mengerti dengan lelaki di depannya ini. kemarin baik, bahkan mengajari dean cara memilih semangka yang bagus, sekarang? boro boro.
"lo apaan sih? kemarin lo baik, ngajak gue belanja pula, sekarang lo jadi judes lagi." protes dean.
"baiknya gue, bukan berarti gue baik sama lo."
"gue suka belanja, makanya gue baik sama lo kemaren," jeno beranjak dari duduknya dan berjalan ke lantai atas. "gausah kepedean."
"yaelah gue kira dia balapan mau belain gue dari felix." dean juga ikut beranjak.
"udah geer aja ah haha."
***
💓CEK WORK AKU YANG
"LIMERENCE"
YA YOROBUN.💓tbc🤟🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
pembokat × lee jeno
Fanfiction❝emang lo siapa ngatur-ngatur gue?❝ -jeno. [semi-baku] started° may 2018. ©petitejar.