18

2.5K 318 16
                                    

kini dean duduk di kasur kamarnya, sedang mengobati lebam di wajah jeno. doyoung? abangnya itu masih menyelesaikan urusannya dengan felix.

"shh sakit tolol." gumam jeno.

dean mengerucutkan bibirnya kesal, "makanya diem! merem aja gitu, anteng."

lebamnya lumayan lebar, banyak, atau apapun itu. ada di bagian pelipis, dagu, pipi.

tiba-tiba dean merasakan sepasang mata menatapnya intens seperti akan memakannya hidup-hidup. siapa lagi kalau bukan jeno? gadis itu merasa jeno ingin ia berterima kasih karena telah rela baku hantam demi dirinya.

"m-makasih btw, udah bantuin gue dari felix." ucapnya gugup dan pelan.

"hm." jeno hanya berguman sekilas.

setelah selesai dengan urusannya, dean merapihkan kotak p3k dan air kompresan ke tempat semula. sebelum ia bangun dari duduknya, jeno menarik tangannya.

chu~

"makasih."

setelah itu jeno beranjak dari kasur dan keluar kamar, meninggalkan dean yang masih mematung

—sambil meraba bibir bawahnya gemetaran.

***

2 hari setelahnya, tepatnya di sekolah, dean mendapati felix yang memakai hoodie dan masker sedang duduk di kursinya dan menundukkan kepalanya.

untung keadaan sekolah masih sepi, hanya ada 2 sampai 3 murid yang baru datang.

dean menghampiri felix tanpa rasa takut, ia berpikir positif, mungkin felix ingin berdamai?

"ngapain felix?" tanya dean pelan.

kepala felix menengadah, matanya bertemu dengan manik cantik milik dean. langsung saja lelaki itu berdiri dan menunduk sedalam-dalamnya.

"m-maafin gua dean. g-gua udah kurang ajar parah sama lo, gua—"

"udah gapapa, gue tau kok, lo cuma mau kenalan sama gue tapi lo malu kan karena gue ngeliat lo nganuin cewe waktu itu? dan lo tetep mau deket gue tanpa harus bahas bahas soal itu? bener ga?" potong dean panjang lebar.

"k-kok tau?" felix menatap dean kaget dan lelaki itu semakin gugup.

"tenang, bang doy udah cerita semalem." ujar dean seraya tersenyum tipis.

doyoung kembali ke rumah pukul 3 pagi, untung saat itu dean belum tidur karena tengah asik menonton drama korea episode yang hampir klimaks.

doyoung mengetuk pelan pintu kamar dean, takut kedua orang tuanya yang sudah pulang itu mendengar.

"masuk bang."

"kok tau?" tanya doyoung lalu masuk ke dalam kamar adiknya.

"masa iya mama mau kesini subuh subuh buta?"

doyoung hanya tersenyum lebar, menunjukkan gigi kelincinya.

"gua udah ngobrol banyak sama felix, gua ga ribut kok, tenang aja gua mah dewasa."

"najis bang, cepet cerita."

setelahnya doyoung menceritakan semuanya dari awal ia mengajak felix berbincang dengan pelan tampa menggunakan kekerasan, sampai felix berjanji tidak akan melecehkan dean lagi.

"l-lo jadinya maafin gua?" tanya felix takut.

dean mengangguk mantap. "gue maafin ya, bukan lupain. tapi gue ga benci sama lo kok, tenang aja." gadis itu tersenyum lebar dan menepuk-nepuk bahu felix.

felix menatap kagum gadis yang lebih pendek darinya itu, hatinya sangat cantik, tidak hanya parasnya ternyata. wajahnya terlihat sangat imut tapi ucapannya sangat dewasa, sangat berbeda dari pandangan felix saat bertemu pertama kali dengannya, marah-marah seperti anak sma kebanyakan, mencari perhatian.

"makasih de! makasih banyak!"

"iya felix, udah sana ke kelas, tar kita difitnah yang ngga ngga lagi."

"siap de, sekali lagi makasih ya!" felix berteriak kegirangan sambil berlari keluar kelas dean, tangannya melambai-lambai.

"hmmm." balas dean dengan gumaman, senyuman tipis, dan lambaian tangan.

***

hari ini dean kembali ke rumah jeno. melanjutkan rutinitasnya seperti minggu kemarin.

kebetulan kedua orang tuanya kembali ke china, dan kali ini mereka benar-benar akan pergi 3 bulan.

bunyi percikan air keran dari wastafel dan tumpukan-tumpukan piring memenuhi dapur, gadis itu benar-benar telaten membersihkan semuanya.

"heh, budak."

dean tidak menoleh, karena dia tidak merasa kalau dirinya budak di rumah ini. hanya seseorang yang membantu di rumah sahabat orang tuanya.

"pembantu."

"woy."

plak!

"apa sih je—"

"berani, hm?"

jeno memajukan wajahnya ke wajah dean, seringaian tipis muncul begitu jeno melihat wajah dean perlahan merona.

"kenapa? pengen gua cium lagi ya?" ucapnya sarkas.

"a-apaan sih, sok tau. udah sana lo, gua mau nyuci piring." usir dean.

anehnya, lee jeno malah tersenyum sampai membuat matanya membentuk sebuah sabit, lalu ia mengelus surai pendek dean.

"yang bener ya, calon jbu rumah tangga."

setelah itu, jeno terkekeh pelan dan pergi meninggalkan dapur.

"anjing, jeno sialan!" dean mematikan keran air sambil mengumpat pelan, sangat pelan. "gatau apa gue udah lemes? ya tuhan, dingin dingin bikin merona mulu tuh anak."

"ayo de, gawe lagi gawe! phokhusss!"


jeno memasuki kamarnya, mengambil kunci mobil lalu keluar dari rumahnya dengan senyuman penuh arti.

***

udah un, besok mtk, double update,
dasar suram.

tbc

pembokat × lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang