sequel - chapter 4

744 94 2
                                    

mata kuliah dari jurusan yang dean ambil tidak semuanya mudah dan menyenangkan, kimia dasar contohnya. dean benar benar lupa kalau ia akan bertemu dengan materi gizi yang pastinya berhubungan dengan kimia.

ia sangat benci harus duduk di barisan kedua, sedangkan matanya kini sudah mulai melemas, berat sekali rasanya.

salahnya sendiri karena baru tertidur sampai pukul 4 pagi.

tapi bukan sepenuhnya salah dean, karena penyebab semua ini adalah pemuda bermarga lee yang terus saja berkeliling di dalam pikiran dean.

"arghh," racau dean sambil memegangi kepalanya agar tidak mengantuk.

"sebentar lagi selesai, sabar ya." kata lia berbisik padanya.

dean mengangguk menurut, ia terus berusaha melawan rasa kantuknya yang luar biasa.

10 menit berlalu, akhirnya dean berhasil melewati masa krisis dimana dosen menjelaskan hal-hal yang tidak ingin didengarnya ditambah dengan otot matanya yang semakin melemas.

"tolong kalian buat laporan seperti yang saya beritahu tadi ya, sampai bertemu minggu depan." setelah itu suara yang berasal dari sepatu sang dosen menggema mengarah ke pintu kelas.

detik berikutnya, terdengar riuhan dari beberapa teman kelas dean.

"makan yuk? abis ini masih ada kelas ga?" ajak lia pada dean yang sudah menenggelamkan wajahnya di antara lipatan lengannya.

dean menggeleng.

"ayo makan, mau cobain crepe di kantin ga? katanya enak banget."

dean langsung mengangkat kepalanya, "ayo! mau!"

suasana di lorong fakultasnya tidak kalah ramai dengan kelasnya, begitu mereka berdua sampai di kantin, lia langsung mengambil alih untuk memesan crepe yang dimaksudnya. ia tau kalau dean lumayan pemalu.

"lo apa? gue blueberry." tanya lia pada dean yang tengah membaca menu kantin.

"eh ada nutella? gue mau nutella!" katanya agak antusias sambil menepuk-nepuk bahu lia.

lia tertawa renyah melihat tingkah dean, "yaudah iya, nutella ya, excuse me mam—"

***

kini dean tengah berada di taman kampus, menunggu sang kakak yang katanya akan menjemput dengan lia yang masih setia duduk di sebelahnya.

"de,"

"yaa?"

"lo ada cowo?"

pertanyaan lia membuat dean sedikit terbatuk.

"hng ya gitu, lo ada?"

"gaada, cowo itu monster." balas lia enteng.

dean terdiam, masih menatap lia dengan tatapan kagetnya dengan pikirannya yang sudah berlarian kesana kemari.

lia yang menyadari akan tatapan dean, segera menyangkal, "gue masih normal hey kalem!" kemudian kedua ta tertawa canggung. "cuma gitu—"

"trauma?" potong dean.

"sejenis itu."

tak ada balasan lagi, dean larut dalam pikirannya, pikirannya campur aduk. sampai tidak sadar kalau lia sudah menegurnya berkali-kali karena melihat mobil yang biasa mengantar jemput dean sudah berada di sebrang kampus.

pembokat × lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang