24

1.9K 279 6
                                    

warning, harsh words.

***

rooftop lah tujuan utama jeno, lelaki itu terus menggenggam lengan dean selama berjalan, membuat gadis yang mengikutinya dari belakang itu menatap bingung.

kebingungannya bertambah sepuluh kali lipat begitu otaknya memutar kembali rekaman ucapan jeno beberapa menit yang lalu,

"gue mau ngomong sama calon istri gue dulu, baru lo boleh ngoceh."

calon istri katanya?

drama apa lagi yang jeno mainkan? berlagak lembut mengajak orang yang dimaksud calon istrinya itu menuju rooftop untuk mendiskusikan sesuatu.

sesampainya di rooftop, jeno melepas genggamannya lalu menyuruh dean duduk di sofa yang terletak di depan tembok pembatas. sementara jeno duduk di atas tembok pembatas yang tentunya sudah terpasang jaring di atasnya.

"lo seriusan gatau?"

"ngga, apaan sih? gatau apa?" tanya dean balik.

jeno membuka ponselnya, menggeser-geser layarnya sampai menyodorkan layarnya ke hadapan dean.

tertulis sangat jelas disana kalau mama jeno menyuruh jeno untuk tidak macam-macam dengan perempuan lain dan jeno juga harus menjaga calon istrinya yang saat ini tinggal satu atap dengannya.

jeno menarik ponselnya lagi, kemudian ia memutar rekaman video mamanya yang sedang menelpon di ruang makan.

"ahahahaha jangan dulu, nanti kalo dean kaget bisa berabe ceu,"

"gimana gimana?"

"udah lumayan akur kok mereka, paling bersntem dikit."

"ngga lah, calon mantu gue masa pembantu. tapi dia rajin banget loh di rumah."

"iya kan sekalian latihan jadi istri yang baik,"

"jenoooo sini!"

jeno menatap dean dengan tatapan datarnya, sedangkan yang ditatap cuma menatap kosong pemandangan di depannya.

"kok bisa sih?"

"ya mana gue tau." jawab jeno seadanya.

"jadi ini alesan lo suka kasar sama gue jen?"

jeno menghela napasnya kasar lalu berdiri dan sedikit melangkah hingga membelakangi dean.

"bener."

"gue ga suka harus dijodohin gini sama lo, kenapa ga yang lain sih?"

emosi dean sedikit terpancing karena menurut dean perkataan calon suami yang tidak diinginkannya itu sedikit menyinggung.

"lo pikir gue mau? cih ogah." dean bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu rooftop.

"gue ga akan mau punya hubungan sama cowo kurang ajar yang udah melecehkan perempuan kayak lo, bajingan!"

sebelum membuka pintunya, dean melanjutkan ucapannya, "gue bakal minta sama nyokap gue buat batalin hal konyol ini."

setelah dean menghilang di balik pintu, jeno tak dapat menahan senyumnya.

"lo pikir gampang?"

entah senyuman tulus atau smirk yang terpampang di wajah tampannya itu.

***

"lo mau mampir dulu ga?"

hari ini dean pulang bersama haechan, alasannya haechan ingin bertemu dan berbicara dengan jeno mengenai kissmark di leher dean.

darimana haechan tau? dari somi tentunya, lelaki dengan marga yang sama dengan jeno itu memaksa somi untuk memberi taunya.

"mau lah, gue mau nyari sinyal dulu di teras, lo mandi aja gih,"

"gapapa nih gue tinggal,"

"iya santai." jawab haechan tanpa memalingkan pandangannya sedikitpun dari ponselnya.

dean meninggalkan haechan untuk mandi dan membereskan sesuatu bila ada yang harus dibereskan di dapur.

tak lama setelah dean masuk ke dalam rumah, bunyi motor jeno terdengar, ia terlihat bingung ketika melihat motor matic milik temannya itu.

"cepet amat?"

ya, sebelumnya haechan sudah menyuruh jeno untuk pulang lebih cepat.

jeno membawa masuk motornya ke halaman rumah, kedatangan jeno membuat haechan mengalihkan perhatiannya ke jeno.

"kenapa chan?" tanya jeno saat berjalan menghampiri haechan.

haechan tersenyum lebar menyambut temannya, mantan teman dekatnya mungkin.

"woi jen!"

"tumben maen? kenapa?" tanya jeno heran.

tetapi malah kekehan yang keluar dari mulut haechan.

"gini jen—ada yang mau gue omongin."

"apaan?"




***

ngegantung mulu lu din elah

emosi kan.

tbc

pembokat × lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang