Ze tengah memutar-mutar sendoknya di atas meja sambil menatap tajam cowok di hadapannya sedangkan ayah yang melihat adu mata itu hanya mengamati dengan tangan saling bertumpu.
"Apa kamu tidak lelah Ze, matamu seperti sedang memotong-motong Rehan, mematikan sekali."
Ze menatap ayahnya tajam sedangkan Rehan hanya tersenyum kecil, ya tamu tidak diundang itu adalah Rehan.
"Diamlah ayah, Ze sedang bicara hati kehati dengan Rehan."
Ze menatap tajam manusia yang makan dengan santai di hadapannya.
"Owww, baiklah itu berarti kamu sudah ada hati dengan Rehan, ikatan batin memang sulit dilepas."
Ucap ayah sambil bertepuk tangan. Sedangkan bunda hanya tersenyum saja.
"Bunda, mari kita ke kamar. Mereka ingin bicara dari hati kehati, kalau begitu kita juga harus bicara dari kulit ke kulit."
Ayah mengerling nakal pada bunda yang di balas pelolotan yang membuat ayah terkekeh.
"Cukup ayah! Jangan nodai kuping Ze yang suci."
Ayah hanya mengedikkan bahu berjalan mengandeng bunda.
"Nanti juga tidak suci lagi kalau di apa-apakan Rehan."
Ze terbelalak mendengar ucapan ayahnya. Ayahnya sungguh blakblakan sekali.
"Benar kan, Re?"
Rehan hanya tersenyum tipis membuat Ze mendengus. Setelah kepergian kedua orang tuanya Ze kembali menatap Rehan, ia berdiri memutari kursi Rehan dari kanan ke kiri dan sebaliknya.
"Kenapa lo ke rumah gue? Kan lo udah punya pacar baru, jadi jangan ke rumah gue entar pacar lo ma-!"
Ze tersentak saat Rehan menarik tangannya dan membuatnya duduk di pangkuan Rehan, Rehan melanjutkan makan dengan tenang sedangkan wajah Ze memerah karena terlalu dekat dengan wajah Rehan.
"Kalau makan gak boleh berisik."
Ze masih gugup dan sulit bernapas membuatnya tampak gusar.
"Bernapas, atau gue kasih napas buatan?"
Rehan masih terus melanjutkan makannya. Ze langsung menghirup napas banyak karena takut ancaman Rehan. Tanpa sadar Ze meletakkan satu tangannya di leher Rehan dan satunya lagi mengipasi wajahnya yang memerah.
"Gak usah modus."
Ze mengerutkan jidatnya sambil menatap polos. Rehan menarik pinggang Ze agar jauh lebih dekat.
"Dah gue peluk. Jangan pegangin leher gue terus. Ngode banget."
Ze langsung melepaskan pegangannya dan meniup tangannya. Rehan yang bingung terus menatap Ze.
"Ternodai tangan gue."
Ze berusaha turun untuk mencuci tangan. Baru saja hampir menyentuh lantah badannya kembali terangkat dan kembali ke tempat semula.
"Siapa yang bolehin lo turun?"
Ze hanya membuang napas kasar dan duduk diam sampai Rehan selesai makan dengan menangkup wajahnya dengan tangan yang di tumpangkan di bahu Rehan.
Rehan POV
Gue dengar dengkuran halus di pundak kiri gue, yaampun ternyata gadis cerewet ini tertidur. Gue nyelesain makan dan menggendongnya ke lantai atas.
"Re, mana? Yaampun dia tidur Re?"
"Iya om, Rehan tadi makan terus dia udah tidur."
Ayah hanya mengangguk dan menyuruhku naik ke lantai atas.
Gue ngebaringkan Ze di tempat tidur namun pegangan Ze di leher gue gak juga lepas.
"Ze kangen Rebin."
Ucap Ze dengan mata terpejam dan narik leher gue kuat membenamkan wajahnya si ceruk leher gue. Gue berusaha melepaskan pelukan Ze namun sulit sampai ayah masuk dan berkacak pinggang.
"Sungguh centil, dalam tidur saja masih sempat-sempatnya cari kesempatan."
Gue cuma senyum gak enak hati.
"Biar om bantu melepaskan anak musang yang tengah bergelayut manja itu."Ayah ngebantu gue melepaskan pelukan Ze, walau sedikit sulit, bukan sedikit tapi sangat sulit akhirnya terlepas juga.
"Rehan pamit pulang om."
Ayah hanya mengangguk dan nganter gue ke luar rumah.
🐾🐾
Seorang cowok duduk dengan manis di sebuah cafe sedang menunggu seseorang yang terlihat penting. Sesekali ia melihat jam tangannya dan menatap kearah pintu masuk.
Ia mendesa kecewa karena orang yang ia tunggu sudah sangat terlambat. Akhirnya cowok itu bangkit dari duduknya ingin membayar tetapi sebuah tangan menahannya.
"Mau kemana?"
Cowok itu berbalik dan menatap seorang gadis di hadapannya, tiba-tiba senyumnya mengembang.
"Gak kemana-mana."
Gadis itu hanya mengangguk dan mereka kembali duduk. Tangan mereka masih setia menggenggam saling tatap cukup lama.
"Kamu baik-baik aja?"
Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
"Selagi kamu disini aku baik-baik aja."
Tiba-tiba wajah cowok itu berubah menjadi sendu.
"Aku dijodohkan."
Tiba-tiba tangan gadis itu terlepas.
"Jadi kamu mau ninggalin aku? Kamu tau kan aku akan gimana kalau kamu gak ada, siapa yang mau sama cewek cacat kayak aku."
Ucapnya sambil berdiri dari duduknya dan berjalan cepat untuk keluar. Sampai di parkiran tubuh gadis itu di rengkuh ke dalam dekapan hangat seseorang.
"Maaf, walau aku udah di jodohin. Kamu tetap prioritasku."
Sedangkan dari jauh seseorang tengah mengamati keduanya dan tersenyum penuh kemenangan.
🐾🐾
Rehan Arbimantara
Awwwwwwww
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
RELVINA (Completed)
Teen FictionRevisi dan versi revisi bakalan di publis di storial❤❤ Semuanya tersembunyi begitu rapi sampai tidak ada satupun tanda yang kamu mengerti. Aku kira begitu, ternyata kamu tahu tapi tetap diam. -Rehan Untuk apa mengatakan apa yang aku tahu. Jika kamu...