Rencana

10 5 0
                                    

"Jadi gimana?"

Cewek di hadapan seorang laki-laki tengah menyandarkan punggungnya ke tembok sambil menyilangkan tangannya. Ia terlalu lama menunggu sedangkan orang di hadapannya tak kunjung menyusun rencana, Jika seperti ini ia akan ketahuan sebelum waktunya, ditambah targer sudah mulai curiga.

"Sebentar lagi."

Cewek itu tampak mendnengus kesal mendengar penuturan laki-laki di hadapannya. Ini sudah terlalu lama jika masih harus bersabar. Cewek itu melangkahkan kakinya menuju panggar besi, ia menumpuhkan badannya dengan kedua tangan.

"Sampai kapa? Sampai cewek sialan itu balik lagi ke Rehan? dan papa masih nyuruh aku sabar?"

Cewek itu tampak menggelengkan kepala.

"Sabar sayang, sebentar lagi papa bakalan jauhin perempuan itu dari kamu atau pun Rehan."

Cewek itu memeluk papanya erat, saat ini hanya papanya yang ia punya semenjak mamanya meninggal.

"Pa, Dania mau dia pergi kayak mama pa. Dania gak rela liat dia berkeliaran sedangkan mama nanggung sakit dulu."

"Iya."

Mereka menikmati kebersaan mereka sampai langit semakin menggelap.

------------

"Adam, jangan ganggu ih."

Adam hanya terkekeh melihat Ze yang mulai kesal, sedari tadi Adam selalu mengnggu Ze yang tengah memainkan game mewarani di ponselnya. Adam dengan sengaja menyenggol, menoel bahkan pura-pura menepuk tangan Ze dan mengatakan ada nyamuk dan itu membuat hasil mewarnai Ze menjadi rusak. Ze kesal melempar sepatunya ke arah Adam yang tengah berdiri di hadapannya cukup jauh. Tapi, bukan Adam yang kena melainkan sosok yang tidak Ze inginkan lihat saat ini. Sementara orang itu terus saja berjalan maju sambil memegang sepatu Ze, ketika ia mendekat dan menunduk membuat Ze menutup matanya. Tidak ada benda basah yang menenpel, tunggu dulu apa yang ada di kakinya? Ze membuka matanya melihat cowok di hdapannya tengah memasangkan sepatunya.

"Gak baik marah-marah, kamu gak cocok."

kamu? kosakata dari mana itu dan sejak kapan manusia es ini punya dan yang pasti kenapa ia disini sekarang? Ze tampak memandng Rehan dari atas sampai bawah dan Rehan memakai seragam yang sama dengannya.

"Lo pindah k sini?"

Rehan hanya menatap datar tanpa minat membalas sedangkan Ze sudah sebal setengah mampus dengannya.

"Enggak, aku pakai seragam ini biar bisa ketemu sama kamu."

Ada bahasa yang terdengar asing lagi dan apa tadi demi menemui dirinya? Bukankah itu gila dan tidak masuk akal.

"Lo-"

Rehan menurunkan telunjuk Ze dan menatapnya dalam. Membuat Ze menggigit birinya dalam.

"Bukan lo tapi kamu."

Ze tiba-tiba brgidik ngeri saat Rehan mengatakan itu, terasa ahen dan terdengar mengerikan. Belum lama Ze melamun tangannya sudah ditarik seseorang untuk menjahui Adam.

"Ara, ayo kita masuk kelas."

Ze hanya mengangguk tidak membantah begitupun Rehan yang tidak berniat mengejar dan berjalan berlawana dengan mereka.

"Rehan."

Langkah Rehan terhenti tapi ia tidak berbalik ia hanya akan mendengar kali ini.

"Makasih udah mau temuin Ze, tapi Rehan gak usah repot-repot kita udah gak ada hubungan dan lebih baik Rehan jagain Dania pacar Rehan. Ze udah ada Adam yang bakalan jagain Ze.

"Tolong bilangain juga ke Rebin eh maksudnya Reka, kalau Ze baik-baik aja dan jangan cariin Ze."

Rehan hanya diam bahakan saat ia mendengar langkah kaki yang semakin menjauh.

---------------

Ze jengah melihat Adam yang dari tadi tidak henti-hentinya tersenyum, membuat Ze mendengus kesal dan ingin sekali menjitak kepala Adam.

"Apa gigi lo gak kering?"

Adam hanya menggeleng tapi tetap dengan senyumnya dan memandang Ze dalam dan kembali tersenyum. Ze bergidik ngeri saat melihat Adam demikian. Ze beranjak dari duduknya dan berusaha melangkah, tapi manusia di sebelahnya kembali menahannya.

"Mau kemana?"

Ze melepas cekalan tangan Adam dan kembali berjalan, malas menjawab pertanyaan orang yang mulai gila. Ze berhenti di kantin sekolah memberi minuman dingin mendinginkan otaknya dan juga hatinya. Bertemu dengan Rehan benar-benar membuat hatinya berantakan. Ze berbalik setelah membayar minuman yang ia beli tapi sialnya kepalanya terbentur benda keras, bukan ini bukan benda tapi? Ze mendongak menatap seseorag dihadapannya dan meneguk ludahnya kasar. Gawat! jantung Ze berdetak kuat, kakinya lemas, ini terlalu dekat dan membuat anggota badannya tidak sehat.

"Udah puas?"

Ze kembali sadar dan membuang pandangannya ke samping. berusaha melewati Rehan tetapi Rehan terus mengikuti langkahnya.

"Kamu belum jawab."

Ze mendengus dan kembali memandang Rehan tapi kali ini sedikit tajam karen ketenangannya diganggu. Ia melangkah satu langkah lebih dekat.

"Jangan ganggu gue lagi."

Ze berusaha mundur tetapi ada tangn di sebalik badannya yang mengahalanginya mundur, Rehan tersenyum miring melihat tingkah Ze saat ini ditabah pipinya memerah. Rehan tahu di tengah malu. Rehan memajukan kepalaya tepat disamping telinga Ze.

"kamu manis kalau galak."

Ze terbelalak dan Rehan juga merasakan Ze sedikit bergetar karena kaget ataupun gugup. Ze berusaha kembali lepas tapi sia-sia. Untung ini masih jam masuk dan Ze bisa keluar karena jam sedang kosong.

"Lepas Re."

Mendengar Ze dengan suara hampir menangis membuat Rehan melepaskannya dengan berat. Ze bernapas lega dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Pertunangan kita gak bakal batal."

Ucap Rehan tanpa bantahan tapi itu malah membuat Ze tertawa.

"Apa lo bilang? Pertunangan? Kita? Jangan mimpi Re. Apa kabar pacar lo Dania? Lo mau selingkuhin dia? gak usah ngumbar janji yang lo sendiri juga gak tau jawabnannya Re."

Rehan bungkam, tapi setelahnya ia membalikkan keadaan.

"Kamu juga punya pacar. Kita udah sama-sama selingkuh."

Ze ternyum remeh.

"Kalau gue boleh milih, Gue bakalan lebih pilih Reka jadi tunangan gue. Karena gue udah tau dia lebih lama."

"Jangan terlalu percaya sama orang."

"Lebih baik gue percaya sedikit dari pada gak percaya sama sekali."

30/6/19

Jangan lupa vote

RELVINA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang