Maaf

11 2 0
                                    

Ze tengah duduk di taman belakang sekolah dengan setoples coklat dan novel, ia tengah menikmati anugerah Tuhan yang membuat hatinya sejuk. Sampai sebuah benda menempel di pipinya, membuatnya memutar kepalanya ke samping.

Itu Rehan dengan wajah kusut kurang setrika dan sedikit pewangi. Benar-benar buruk sekali. Ze kembali melanjutkan aktivitasnya tetapi Rehan menarik novelnya dan di sembunyikan di sebelahnya.

"Maaf."

Ze hanya diam. Malas menanggapi manusia es batu di sampingnya.

"Makan."

Ujarnya menyodorkan es krim stroberi kesukaan Ze. Walau batinnya ingin tapi egonya menolak dengan tegas. Ze memalingkan wajahnya.

Rehan berdiri dan menyisir rambutnya ke belakang.

"Maafin gue Ze, semalem ninggalin lo lagi. Gue gak maksud buat gitu. Tapi, Dania memang prioritas gue. Jadi gue mohon lo ngerti dikit aja. Lo memang pilihan nyokap tapi bukan berarti gue gak nerima. Cuma waktu yang sedikit salah Ze."

Rehan memutar badannya dan melotot.

"Sialan."

Rehan berjalan cepat menuju kelas mencari gadis menyebalkan yang meninggalkannya di taman. Sudah susah payah ia menjelaskan tetapi gadis keras kepala itu menghilang. Benar-benar sialan. Ingin rasanya Rehan mengupat sebanyak-banyaknya pada Ze. Ia membutuhkan banyak latihan untuk mengatakan itu tetapi gadis itu malah pergi dan yang lebih parah ia pergi dengan membawa es krim yang ditolaknya mentah-mentah.

Ze menyembunyikan tubuhnya di balik pintu. Ia sudah mengintai Rehan melalui jendela. Ia melihat Rehan berjalan cepat dan itu menandakan Rehan murka. Ze bergidik ngeri ketika Rehan membanting pintu yang tertutup. Untung Ze bersembunyi di sisi yang lain. Bisa-bisa kepalanya benjol jika salah tempat.

Semua orang menatap Rehan bingung dan sedikit takut. Pasalnya cowok berwajah tenang itu tidak pernah tampak seburuk sekarang. Wajahnya benar-benar merah.

"Ada yang liat Ze?"

Semua orang melirik ke arah pintu membuat Ze memelototi mereka satu persatu agar tutup mulut tapi naasnya si lambe tura Clara yang menyukai Rehan malah memberi tahu Rehan.

"Ze sembunyi di belakang pintu Re."

Rehan memutar tubuhnya mendapati gadis itu meneguk ludahnya dan cengengesan ketika Rehan mulai melangkah mendekatinya Ze langsung berusaha melarikan diri tapi naasnya. Bajunya tersangkut gagang pintu dan robek. Mata Ze berkaca-kaca karena malu, semua orang menatapnya membuatnya semakin rendah. Ze memelankan langkahnya melewati Rehan berusaha mengambil cardigan miliknya. Tapi, Rehan menarik bahunya dan mendekapnya.

"Naya."

Naya yang mengerti mengambilkan benda yang diminta Rehan, ia menutupi bagian baju Ze yang robek. Ze menatap Rehan polos dengan bata berkaca ketika ia berkedip air matanya terjun bebas tanpa beban.

"Jangan nangis. Makin jelek."

Ze memukul Rehan kuat. Ia sedang malu tapi es batu di hadapananya tetap menyebalkan.

🐾🐾🐾

Naya mengaduk-aduk makanannya ia sangat tidak berselera makan karena mendengar celotehan sahabatnya. Naya benar-benar jengah dengan manusia di hadapannya.

"Berhentilah bicara Ze."

Dara memperingati Ze yang tidak berkesudahan menceritakan Rehan.

"Lihat Naya u-"

Ucapan Dara terpotong oleh panggilan seseorang.

RELVINA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang