Ze dan Rehan tengah duduk di tempat makan pinggir jalan. Bukan keinginan Rehan tapi Ze yang memaksa. Ia tidak mau makanan di tempat mahal.
Rehan mengamati Ze yang makan dengan lahap membuat sudut bibirnya terangkat. Ia menjulurkan tangannya karena ada noda di ujung bibir Ze.
Bola mata Ze menatap polos Rehan yang memperlakukannya manis. Membuatnya hanya diam seperti boneka kanebo.
"Re."
Perhatian keduanya teralih pada sosok perempuan yang menatap mereka tajam. Tersirat kemarahan di sana membuat Ze bergidik ngeri.
"Dania."
Rehan berdiri dan mengejar Dania yang membalikkan badannya dan berjalan cepat menjauh.
"Tunggu Nia."
Rehan berusaha menggapai tangan gadis itu dan meninggalkan Ze sendirian. Ze memperhatikan sekitar jalanan yang bisa dibilang tidak terlalu ramai. Ia melihat penjual makanan sebentar dan membuatnya bernapas kasar.
"Tadi kok deg degan?"
Ze berusaha menormalkan detak jantungnya, mengibas-ngibas wajahnya yang sedikir memerah. Ia beranjak dari duduknya dan membayar makannan yang belum di bayar Rehan.
Ze menatap ke arah Rehan mengejar Dania tadi. Ia sudah tidak melihat keduanya. Helaan napas berat ia keluarkan. Ia berjalan menyusuri jalanna yang lenggang.
Saat sampai di taman ia melihat dua orang anak muda tengah berpelukan mesra. Mata Ze memanas melihat keduanya.
"Kok sedih? Kok dada aku sakit ya?"
Ze mengusap pelan ujung matanya dan melanjutkan perjalanannya. Ia berusaha naik angkutan tapi tidak ada yang lewat. Mau naik kendaraan online tapi ponselnya sudah menemui ajal terlebih dahulu.
"Aw."
Ia memegang bagian pinggangnya sebelah kanannya. Ia merasa sedikit nyeri. Dia berjalan sudah sangat jauh. Ia tetap memaksa jalannya.
Hujan turun dengan deras. Ze berusaha berlari mencari tempat berteduh. Ia hanya menemukan halte bus sepi dan berteduh di sana. Kepala Ze sedikit berat ditambah nyeri yang ia rasakan membuatnya terus meringis.
Ze membaringkan tubuhnya di tempat yang ia duduki. Memeluk tubunya dan memegangi pinggangnya.
"Bunda, tolong Ze."
Mata Ze terpejam. Ia benar-benar tidaj kuat.
🐾🐾
Ze terbangun dari tidurnya. Ia melihat tubunya yang kemarin basah. Ia tidur di halte sampai pagi dan tidak ada yang mencarinya. Orang tuanya menyangka ia tidur di rumah Naya karena Ze sudah mengatakan demikian.
Ze mendudukkan tubuhnya yang lemas. Memegangi kepalanya yang pusing. Nyeri di pinggangnya sudah mulai berkurang. Tapi sakit di kepalanya benar-benar hebat.
Ze berdiri mencoba mencari angkutan pagi. Baru beberapa langkah ia tubuh mungilnya sudah beda di aspal yang basah.
Ze mengerjapkan kembali matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit warna putih. Ze sudah tahu dimana. Ini tempat yang pernah menjadi rumah kedua baginya. Tinggal lihat saja siapa manusia yang berbaik hati mengantarkannya kemarin.
"Lo udah bangun?"
Ze mengerutkan keningnya melihat seorang gadis seumurannya masuk. Ia tersenyum ramah membuat Ze membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELVINA (Completed)
Teen FictionRevisi dan versi revisi bakalan di publis di storial❤❤ Semuanya tersembunyi begitu rapi sampai tidak ada satupun tanda yang kamu mengerti. Aku kira begitu, ternyata kamu tahu tapi tetap diam. -Rehan Untuk apa mengatakan apa yang aku tahu. Jika kamu...