Nikah saja

11 2 0
                                    

Setelah acara makan malam kemarin Ze berjalan cepat menuju kelas untuk bertemu Rehan,  ia harus membuat perhitungan kepada laki-laki menyebalkan itu.

Flashback On

"Jadi tujuan kami datang kemari adalah ingin mewujudkan janji kami sebagai sahabat lama bahwa kami akan menjodohkan anak-anak kami."

Papa Rehan berucap santai membuat Zeze melotot ,  apa jodoh?  Siapa?  Dia dan Rehan?  Big No sama manusia kulkas.

"Iya saya juga setuju untuk itu."

Ujar Ayah sambil tersenyum pada Ze,  membuat Ze membuang mukanya, ayahnya itu menggodanya mati-matian.

"Tapi Ze sudah punya pacar yah."

Semua orang menoleh pada Ze,  membuat Ze bergidik ngeri,  baru bilang sudah punya pacar,  kalau sampai Ze bilang dia sudah tidak perawan sudah dipastikan umur Ze akan diperpendek detik ini juga.

Coret KK udah biasa tapi kalau ditutup pakek yang kayak cat itu, udah pasti nama Ze gak keliatan lagi.

"Siapa pacar kamu?  Setau ayah kamu gak punya pacar,  alias jomblo tanpa sentuhan."

Ze melotot pada ayahnya yang dibalas kekehan,  Ze mendengus kesal benar-benar sialan.

"Ada kok."

Ayahnya menatap penuh selidik sambil menyipitkan mata.

"Rebin."

Ucap Ze santai,  ayahnya hanya mengangguk paham dan menatap orang-orang di hadapannya.

"Perjodohannya tetap kita lanjutkan.  Sebagai klarifikasi Rebin itu teman kecil Ze,  dia tidak bisa Move On yang menyebabkan kadar sehat anak saya sedikit menurun,  saya harap nak Rehan bisa memulihkan gangguan hati yang diderita anak saya."

Ucap ayahnya sambil tersenyum dan melirik Ze dari ujung matanya, Ze melotot bukan main.

Flashback Off

Gubrak

Ze menggeprak meja Rehan kuat dengan berapi-api sedangkan yang dilabrak hanya mendongak dengan wajah datar,  hal itu membuat Ze makin geram.

"Lo ikut gue!"

Ze menarik Rehan keluar kelas menuju taman belakang,  saat mereka berjalan tidak sengaja berpapasan dengan Reka,  Reka tersenyum tipis pada Ze dan memandang tajam pada Rehan dan semakin berang dengan genggaman tangan mereka,  tapi Reka berusaha menutupinya.

Setelah sampai di taman belakang Ze menghempaskan tangan Rehan kasar dan melipat kedua tangannya didada dengan pipi menggembung.

"Lo."

Menunjuk Rehan tepat di depan wajahnya sedangkan Rehan tetap datar.

"Gue gak mau jadi pacar lo dan semalem lo malah ngajuin pertunangan langsung ke bonyok gue! "

Ze berteriak dan memandang galak,  Rehan masih datar.

"Kalau lo gak mau jadi pacar atau tunangan gue bisa batalin."

Ze menatap penuh harap.

"Beneran?"

Ze memastikan Rehan memangguk dan senyum Ze mengembang.

"Kita bisa langsung nikah."

Seperti disambar petir Ze melotot dan wajahnya merah padam.

"Rehan!"

Ze meneriaki Rehan yang pergi meninggalkannya.

Ze terus mengejar Rehan yang berjalan cepat tanpa disadari tali sepatunya yang lepas membuat ia terjatuh ke depan tapi belum sempat mencium lantai sebuah tangan besar memeluknya dari belakang.

"Lo gak papa? "

Ze menatap sebentar dan bernapas lega karena tidak mencium lantai.

"Gak papa, makasih, Ka."

Ze melihat nama Reka pada untaian nama di bajunya, Reka mengangguk. Sedangkan tidak jauh dari mereka Rehan tampak tidak senang,  ia ingin menolong tetapi Raka lebih dulu sampai sebelum dirinya.

Rehan melanjutkan langkahnya meninggalkan sejoli yang sedang adu tatap. Sementara Ze yang menyadari kepergian Rehan kembali sadar dan mengejarnya untuk membalas,  bukan untuk menjelaskan kejadian tadi toh Ze tidak suka Rehan apalagi cinta.

Ze menarik kasar tangan Rehan. Membuat empuhnya berbalik menatap datar.

"Apa lagi?"

Ze mengatur napasnya agar amarahnya bisa terkumpul dan meledak.

"Pokoknya gue gak mau tunangan sama lo!"

Rehan memaikkan alisnya dan mengangguk dan menggeleng,  Ze melongo ia tidak mengerti apa maksud angguk dan geleng.

"Re."

Panggil seseorang di belakang Rehan membuat keduanya menatap bingung,  terutama Ze,  saat melihat Rehan tersenyum manis kepada membuat hati Ze sedikit tersindir,  tidak-tidak ia tidak cemburu.

RELVINA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang