Menghilang

12 3 0
                                    

Rehan tengah mondar mandir di depan gerbang sekolah,  ia bingung karena sedari tadi tidak melihat Ze, di tambah Naya yang pagi tadi menanyainya.

Mama

Re,  kamu bareng Ze gak?

Rehan mengerutkan keningnya,  kenapa semua orang menanyakan Ze padanya bukankah Ze sudah pulang semalam?  Atau jangan-jangan dia tidak pulang?

Rehan berlari ke parkiran menancap gas keluar gerbang menuju rumah Ze.
Sesampainya di rumah Ze yang pertama kali Rehan lihat adalah mamanya sendiri,  mamanya berjalan cepat menuju Rehan.

Plak

Sebuah tamparan jatuh mulus dengan banyak beban.

"Mama kecewa sama kamu Re!"

Rehan memegangi pipinya dan melihat mamanya berlari memasuki mobil.

"Kamu harus cari Ze, Re. Kamu juga harus liat tante Teri. Dia panik Re dan kamu juga harus siap ngadepin om Ronal kalau kamu masih mau sama Ze, Re tapi kalau enggak berhenti dari sekarang Re."

Rehan menunduk lesu,  apa yang terjadi?  Kemana gadis cerewet itu?  Bukankah Rehan sudah menyuruhnya pulang?  Tapi kemana dia kalau sampai sekarang masih belum di rumah.

Rehan masuk ke dalam rumah Ze,  pemandangan pertama yang ia lihat adalah bunda Ze yang tengah duduk memandang keluar jendela,  pandangannya kosong.

Baru saja Rehan ingin mendekat senuah tangan besar menghentikan langkahnya,  Rehan mendongak.

"Kita harus bicara Re."

🐾🐾

Seorang laki-laki paruh baya tengah menatap anak muda seumuran putri kesayangannya yang tengah tertunduk lesu.

"Om kecewa sama kamu Re. Om kira kamu bakalan bisa jagain Ze. Kalau sampai Kara tau kamu giniin Ze,  om yakin kemarahannya bakalan jauh lebih beringas. Kamu bukan cuma dilarang deket Ze tapi mandang Ze dalam beberapa menit saja kamu bakalan dipukuli."

Rehan tau itu dari cerita mamanya Kara orang yang protektif dalam menjaga Ze. .

"Maafin Re om."

Ayah hanya mengangguk.

"Mungkin sekarang om bisa maafin kamu Re,  tapi gak tahu kalau setelah nanti ada apa-apa dengan Ze. Kamu tahu om orang yang paling ingin kalian bersama tapi om juga yang akan jadi orang yang paling nekat untuk kalian pisah.  Sekali kamu kehilangan Ze dan itu karena Kara dan om,  om sanksi kamu masih bisa ketemu Ze,Re."

🐾🐾

Naya tengah memandangi sahabatnya yang masih betah berbaring,  operasi berjalan lancar sesuai yang direncanakan tapi Naya lupa mengabari orang tua Ze.

"Hallo om,  ini Naya.  Ze sama Naya."

"_"

"Ze baik-baik aja om."

"_"

"Iya om."

Sambungan telfon terputus. Naya kembali memandangi Ze.

"Lo bodoh Ze, masih aja ceroboh. Seharusnya lo nyebrang liat kanan kiri Ze."

Naya mengusap matanya, menggenggam erat tangan Ze. Tidak terlalu lama Naya merasakan gerakan di jemarinya,  genggamannya terbalas.

"Nai."

Ucap Ze parau,  Naya buru-buru mengambilkan Ze minum dengan sedikit membantunya.

"Lo gak papa Ze?"

Ze hanya terkekeh kecil.

"Gak papa kok,  cuma agak pusing."

Ze menatap Naya lama.

"Lo nangis ya?  Cengeng banget."

Naya mencibir dan langsung memeluk Ze.

"Jangan gini lagi Ze."

"Iya."

Naya menegakkan tubuhnya dan mengembangkan senyumnya.

"Kenapa lo?"

Naya hanya menggelengkan kepala.

🐾🐾

Rehan tengah duduk di cafe yang semalam ia datangi.  Ia menayakan petugas parkir namun tetap saja mereka tidak ada yang melihat Ze.

"Lo dimana Ze?"

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh lengannya.

"Hai?"

Vote and comment

Vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reka Ardiantoro

Masih dipantau terus🔝

RELVINA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang