"Mungkin bener kalau kehidupan masa lalu sama masa sekarang jauh beda. Bahkan rencana yang sedemikian mateng yang udah kita susun bakalan hancur cuma gara-gara garis tekdir kita yang berbeda. Jika di kehidupan selanjutnya kamu bakalan jadi satu-satunya orang yang aku sukai lagi, maka aku rela mengalami sakit yang sama tapi kali ini aku pengen egois. Aku pengen endingnya berbeda."
Hujan memang turun terlalu deras, tapi dinginnya rintik tidak membuat Rehan beranjak dari duduknya. Ia benar-benar sulit untuk saat ini. Bahkan detik ini tidak pernah ada dalam bagian rencananya.
"Gue begok ya? Sampai lo gak mau ngasih gue kesempatan untuk ngomong lagi. Bahkan lo bener-bener nepatin janji lo yang gak bakalan nunjukin muka lo di hadapan gue lagi. Gue cuma bingung gimana kalau nanti gue kangen sama lo? Gue gak bisa peluk lo lagi, gak bisa buat lo kesel lagi kan?" sebuah sentuhan tangan membuat Rehan mendongak.
"Relain dia pergi, bukan cuma lo yang sedih tapi gue juga. Dia satu-satunya orang yang gak pernah nuntut banyak. Orang yang selalu mikirin senengnya orang lain ketimbang sakitnya dia." Adam memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya. Hatinya juga pedih tapi ia sudah berjanji untuk tidak menangis.
Flashback on
Pintu ruang rawat Ze tiba-tiba terbuka dengan menampilkan sosok dokter perempuan yang melepaskan maskernya.
"Pasien mau bertemu dengan Adam dan Rehan." Bunda Ze semakin menguatkan tangisnya. Ia tahu maksud dari kata-kata dokter yang menyiratkan sudah tidak ada harapan. Adam dan Rehan masuk secara bersamaan dan mendapati sosok manis yang tengah terbaring lemah dengan beberapa alat bantu di tubuhnya. Bahkan ia masih bisa tersenyum untuk keduannya.
"Adam." Adam berdiri mendekat di sebelah kanan Ze dan menggenngam tangan Ze hangat. Adam hanya berdehem membalas panggilan Ze.
"Ze mau peluk bentar." Adam membungkukkan badannya dan memeluk hangat. Rehan sudah hampir marah tapi ini bukan waktu yang tepat.
"Adam baik-baik ya. Jangan cuek-cuek banget sama cewek. Nanti jomblo terus lo. Nanti gak nikah-nikah." Ze berucak dengan susah payah bahkan dengan terkekeh.
"Kalau lo mau jadi calon gue, gue bakan kerja keras. Gue gak papa nikah mudah asalkan pengantiinya elo, Ara." Adam merasakan pukulan kecil di punggungnya yang berasal dari tangan mungil yang tengah memeluknya.
"Gak boleh gitu. Ze masih kecil lo. Adam gak boleh jadi pedofil." Bagus! Padahal mereka seumuran tapi tetap saja dikatai pedofil. Adam semakin mengencangkan pelukannya. Ia takut ini menjadi yang terakhir dan pelukan terhangat yang akan ia rasakan.
"Adam harus janji. Bakalan kenalin pacar Adam ke Ze nanti ya dan satu lagi jangan nangis. Jelek." Adam hanya mengangguk saja. Lisannya benar-benar sudah bergetar dan hampir menangis. Ze melepaskan pelukan terhadap Adam dan memandang Rehan yang hanya diam di sebelah kirinya. Ze memanggil Rehan untuk mendekat, belum sempat Ze berbicara Rehan sudah lebih dulu memeluknya dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Ze. Rehan terdengar terisak membuat Ze tersenyum kecil.
"Anak cowok gak boleh nangis lo. Cengeng, kalah sama Adam." Padahal Adan sudah menangis sedari tadi di luar sebelum Rehan datang.
"Rehan baik-baik ya sama Dania. Ze seneng liat Rehan sama Dania kalau memang itu pilihan Rehan." Ze menepuk punggung Rehan pelan untuk menenangkan Rehan. Rehan hanya menggeleng.
"Gue maunya elo." Ze hanya tersenyum miris mendengar permintaan Rehan. Kalau ia mengatakannya beberapa hari yang lalu sebelum kecelakaan di taman. Mungkin Ze akan loncat-loncat karena terlalu senang. Tapi kali ini Rehan mengatakannya ketika Ze benar-benar sudah kehabisan waktu.
"Rehan bakalin dapetin yang lebih baik dari Ze. Ze sayang Rebin." Ucapan terakhir Ze membuat Rehan membeku. Badan Ze terasa lebih berat dari sebelumya dan disusul bunyi nyaring yang membuat air mata semua orang luruh.
Flashback off
Adam meninggalkan Rehan sendirian, ia memilih menungu di dalam mobil. Adam takut ingkar janji jika terlalu lama di sini. Sedangkan Rehan baru beranjak setelah beberapa menit dan berpamitan pada Ze.
*******
Rehan tengah terduduk di dalam kamar gadis manis yang tengah mengisi harinya beberapa bulan yang lalau. Lebih tepatnya dari beberapa tahun yang lalu. Rehan tengah memandangi foto-foto dirinya yang di bingkai rapi dan manis yang awalnya selalu di letakkan Ze di atas laci di dekat tempat tidurnya. Kini tidak akan ada lagi perempuan manis yang dia rindukan diam-diam. Ego telah membuat Rehan kehilangan kesempatan.
"Boleh ayah masuk?" Suara ayah Ze mengalihkan fokus Rehan. Rehan hanya mengangguk dan menggeser duduknya sedikit.
"Dia anak manis kesayangan ayah. Dari dulu dia selalu minta ketemu kamu tapi ayah gak pernah bisa ngabulin permintaan dia. Ayah pikir dengan jodohin kalian ia bakalan peka dengan sendirinya kalau kamu itu Rebin. Cuma itu cara yang ayah punya." Rehan masih pada posisinya diam membisu.
"Ada yang mau ayah bilang. Rahasia ini juga percuma di tutup-tutupin, sudah tidak ada artinya lagi. Sebenarnya-" Perkataan Ayah lebih dulu dipotong oleh Rehan.
"Ze yang udah donorin ginjalnya buat Rehan kan?" Awalnya ayah terkejut tetapi sesaat kemudian ia membuang napas kasar.
"Ayah gak bisa bilang langsung ke kalian berdua. Ayah sudah terlanjur janji dengan ayah Dania. Ibu dania meninggal gara-gara menyelamatkan Ze. Sebagai gantinya ayah Dania meminta agar donor ginjal atas nama Ze terhadap kamu harus diganti dengan nama Dania. Itu semua dengan alasan Ze harus merasakan Kehilangan sebagian kebahagian seperti yang Dania Rasakan. Tapi nyatanya Ze malah kehilangan segalanya bahkan bukan cuma Ze tapi kita semua juga malah kehilangan dia." Ayah mengusap air matanya yang sedikit keluar.
"Rehan, kamu harus lanjutin hidup kamu. Ze sudah tidak ada, sedangkan hidup kamu masih panjang." Rehan hanya mampu mengangguk. Bagaimana lagi? Ini sudah pada komposisi takdir yang sesuai dengan goresan yang di Atas. Rehan hanya mampu menjalani saja dan ia akan mencoba ikhlas dengan apa yang terjadi.
"Teruntuk kamu yang sudah bertahan sampai detik ini dan tetap bersamaku. Terima kasih telah sampai sejauh ini. Aku tidak akan pernah bertemu dengan orang sepertimu lagi di kehidupan selanjutnya. Apabila kamu ditakdirkan lahir kembali, aku berharap kamu masih menjadi bagian penting yang akan hidup denganku dimasa yang berbeda."
– Rehan Arbimantara."Teruntuk kamu orang yang tidak sempat aku miliki sebagai seseorang yang melebihi sahabat. Terima kasih telah memeberikan energi baik untuk kehidupanku. Terima kasih telah mengajari aku sabar dalam cinta yang sukar. Jika kamu terlahir kembali, aku berharap aku yang kamu cintai dengan hebat agar kamu tidak perlu pergi dengan cepat."
_ Adam Zafari."Teruntuk kamu yang sempat menjadi bagian yang seharusnya bukan milikku. Terima kasih telah memberikan aku cinta semu yang seharusnya milik orang lain tapi aku rasakan dengan nyata. Terima kasih telah memberi kesan manis di dalam dunia yang aku ciptakan dengan mengatas namakan cinta yang didasari kebohongan. Jika kamu terlahir kembali, aku ingin kita menegenal dengan cara yang selayaknya, jatuh cinta dengan cara semestinya dan bersama sebagaimana nantinya."
_ Reka Ardiantoro."Teruntuk kalian yang telah aku tinggalkan. Terima kasih telah memberiku cinta sebesar dan sebanyak ini. Terima kasih telah menjadikan aku perempuan kuat yang menutup mata dengan tenang dan terasa hebat. Jika suatu saat aku dilahirkan kembali, aku tidak keberatan jika harus mengulang pedih dan senang secara bersamaan hanya untuk memiliki kalian tanpa kurang."
_ Relvina Aurora Jasmin.-TAMAT-
25 OKTOBER 2019
Akhirnya setelah berabad-abad cerita ini kelar ❤
😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
RELVINA (Completed)
Teen FictionRevisi dan versi revisi bakalan di publis di storial❤❤ Semuanya tersembunyi begitu rapi sampai tidak ada satupun tanda yang kamu mengerti. Aku kira begitu, ternyata kamu tahu tapi tetap diam. -Rehan Untuk apa mengatakan apa yang aku tahu. Jika kamu...