Seorang gadis berjalan sambil sedikit bersenandung, ia sesekali memutar tubuhnya, ini bukan hari yang buruk untuk menebar kesenangan.
"Ze, lo udah balik?"
Naya berdiri memandang Ze dari atas sampai ke bawah.
"Gue seneng."
Naya memeluk Ze erat, Ze mengembangkan senyumnya membalas pelukan Naya, ia juga merindukan teman menyebalkannya ini.
"Eh lo tau gak Ze, ada anak baru loh."
Naya memberitahu dengan semangat,membuat kening Ze berkerut.
"Ganteng?"
Naya menoyor kepala Ze.
"Gak semua anak baru cowok ganteng, dia cewek. Kita bisa ajakin dia gabung sama kita kan?"
Naya menaik turunkan alisnya, membuat Ze menoyor balik kepalanya.
"Emang kita apaan? Emang dia mau punya temen kayak lo? Gue aja kalau bisa milih temen yang lain udah gue tuker lo di tukang loak."
Naya melotot pada Ze yang mau menukar dirinya di tempat penjual rongsokan. Benar-benar tidak berperi kemanusiaan sekali.
Ze berjalan meninggalkan Naya yang terus mengupat di belakangnya, untuk hari pertama sekolah setelah beberapa lama vacum mengerjai Naya bukan hal yang buruk. Ini meningkatkan energi baik untuk diri Ze.
Ze duduk dengan tenang di bangkunya sambil melihat keluar jendela. Ze memikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rehan, sikap apa yang harus ia tunjukkan? Huh membuat Ze harus menompang dagunya dengan tangan.
"Hai!"
Kepala seseorang keluar dari jendela membuat Ze terjungkal ke belekang.
"Ups maaf. Ngagetin ya?"
"Iya."
Reka terkekeh melihat Ze mengelus dadanya karena jantungnya berdentum kencang. Reka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, melihat ke kanan dan ke kiri.
"Jalan yuk nanti?"
Ze menautkan alisnya melihat tingkah Reka. Apa dia sedang gugup atau bagaimana? Terlihat sekali wajahnya memerah karena terus Ze pandangi.
"Boleh."
Reka langsung menatap Ze berbinar. Ia pamit dan berlari menuju kelasnya dengan mengepalkan tangan di angkat ke atas, semua itu tidak lepas dari pengamatan Ze, ia terus memperhatikan Reka sambil tersenyum kecil.
"Serius banget."
Sebuah kepala berada di sebelah kanan Ze, Ze menoleh dan membuatnya kembali terjungkal.
Plak
Ze memukup jidat Rehan kuat. Membuat Rehan meringis kesakitan.
"Ngapain lo? Jangan cari kesempatan ya!"
Ze menunjuk wajah Rehan. Rehan memundurkan wajahnya menatap Ze datar.
"PD banget."
Ia berjalan dan duduk manis di bangkunya, mengeluarkan buku dan pura-pura mengacuhkan Ze.
Ze memutar pandangannya, melipat kedua tangannya. Ia benar-benar dendam dengan Rehan. Sampai akhirnya ia merasakan sesuatu yang dingin di pipinya. Ze mendongakkan kepalanya. Menatap sebal pada pelaku di sampingnya.
"Buat lo. Ucapan maaf gue."
Ze memicingkan matanya dan membuang pandangan ke samping. Ia masih mempertahanka posisi marahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELVINA (Completed)
Teen FictionRevisi dan versi revisi bakalan di publis di storial❤❤ Semuanya tersembunyi begitu rapi sampai tidak ada satupun tanda yang kamu mengerti. Aku kira begitu, ternyata kamu tahu tapi tetap diam. -Rehan Untuk apa mengatakan apa yang aku tahu. Jika kamu...