Dinner

16 4 0
                                    

Ze memasuki rumahnya dengan senyum lebar ia sangat senang hari ini karena jadian dengan Reka, ah rasanya seperti mimpi.

"Ze, malem nanti Rehan mau jemput kamu untuk makan malam."

Suara bunda membuat Ze berhenti dan membeku. Makan malam? Dengan Rehan? Mana bisa! Ze sudah janji jalan dengan Reka.

"Maaf bun, tapi Ze udah ada janji sama temen."

Bunda menghentikan kegiatan membaca majalahnya.

"Temen yang barusan aterin kamu pulang? Pacar kamu maksudnya?"

Ze bingung harus menjawab apa ia takut bundanya marah.

"I-iya bun."

Bunda bangkit dari duduknya berjalan ke arah kamar.

"Batalkan salah satu janji kamu. Hubungi sendiri Rehan kalau kamu milih jalan dengan teman kamu itu."

Ze menghela napas kasar kalau bundanya sudah berkata seperti itu berarti ia harus melakukannya.

"Kenapa?"

Sebuah kepala muncul di sebelah Ze membuat Ze terlonjak.

"Ayah!"

Ayah menutup kupingnya dengan kedua tangan.

"Berisik Ze."

"Ayah juga ngagetin."

Ayah hanya acuh dan berjalan masuk ke kamar bersama bunda, Ze melanjutkan langkahnya menuju lantai dua.

Ze membaringkan tubuhnya yang lelah, sesekali tersenyum dan sesekali cemberut. Ia bangkit dari tidurnya berjalan kesana dan kemari mencari akal.

🐾🐾

"Ngapain si ngajakin dinner? Kan gue udah bilang gue gak mau tunangan sama lo."

Cowok itu hanya melanjutkan makannya tanpa menggubris gadis berisik di depannya.

"Rehan jawab dong."

Rehan menaikkan tatapannya dan meletakkan sendok dan garpunya.

"Karena gue bosen di rumah."

Ze membelalakkan matanya dan menghempaskan sendok dan garpunya.

"Jadi lo gak ada niatan romantis?"

Rehan hanya menggeleng dan melanjutkan makannya.

"Dasar manusia Es!"

Wajah Ze memerah karena marah. Sedangkan Rehan hanya terus makan tanpa perduli. Tiba-tiba ponsel Rehan berbunyi membuat Rehan berhenti dari kegiatan makannya. Rehan tampak berbicara serius dari jarak yang cukup jauh membuat Ze hanya memperhatikannya.

"Gue harus pulang sekarang. Lo bisa pulang sendiri kan, gue buru-buru banget."

Ze hanya melongo, ia ditinggal? Ia bahkan membatalkan makan malam bersama Reka, lebih tepatnya Reka yang membatalkan makan malam mereka karena ada acara mendadak dengan keluarganya.

Ze keluar dari cafe ia berjalan di trotoar, ia masih belum ingin pulang. Ia menghentikan langkahnya saat melihat taman di sebrang jalan. Ia mencoba menyebrang tapi ketika di tengah jalan sebuah mobil melaju dengan cepat, menghantam badan Ze, Ze terpental jauh dengan luka di sekujur tubuhnya.

🐾🐾

Seorang laki-laki tengah berjalan ke sana dan ke mari di sebuah ruangan rumah sakit, ia tengah menunggu seseorang keluar dan berharap mendapat kabar baik.

"Bagaimana dok?"

Tanyanya saat seorang berbaju hijau keluar ruangan dengan membuka maskernya.

"Buruk, benturan di kepalanya mengakibatkan penggupalan darah di sana, ditambah sepertinya dia kelelahan."

"Kelelahan? "

"Iya, pasien hanya memiliki satu ginjal, ia tidak bisa beraktifitas terlalu berlebihan mengakibatkan tubuhnya leleh. Kita harus segera mengoprasi untuk membersihkan gumpalan darah. Apa anda keluara pasien?"

"Iya dok, lakukan yang terbaik untuknya."

Dokter hanya mengangguk.

Ia memang sudah tahu Ze hanya memiliki satu ginjal, tapi ia tidak mengerti kenapa Ze kelelahan. Apa ia berjalan jauh? Sebelum ia datang. Laki-laki itu membuang napas kasar.

🐾🐾

"Lo pada liat Ze kagak?"

Naya tengah mencari Ze kesana dan kemari. Ia sudah menunggu Ze dari tadi, ia juga sudah menghubungi ponselnya tapi mati. Naya keluar kelas menuju meja piket untuk menanyakan pada guru, saat di koridor ia bertemu dengan Rehan.

"Han, lu bareng Ze gak?"

Rehan hanya menggeleng dan melanjutkan jalannya sedangkan Naya mendengus kesal. Naya melihat seorang cewek menghadang langkah Rehan, terlihat ia mengacak rambutnya cewek di hadapannya membuatnya tersenyum malu-malu.

"Dasar cowok berengsek."

Naya melanjutkan perjalanannya menuju meja piket, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Naya mengakat panggilan masuk yang tertera nama seseorang, setelah itu ia berlari kembali ke kelas mengambil tas dan keluar menuju parkiran.

Naya benar-benar harus sampai di rumah sakit sekarang juga.

Dirumah sakit Naya melihat seorang cowok tengah duduk di depan sebuah ruangan.

"Gimana?"

Cowok itu hanya menggeleng. Belum ada kabar hingga pagi ini. Dokter belum mengatakan apapun.

"Gue harus pergi dan jangan bilang Ze kalau gue ada disini, dia gak tau kalau gue pulang."

Naya mengangguk dan melihat cowok itu pergi menyusuri koridor rumah sakit menjauhinya.

Tinggalkan jejak

RELVINA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang