6 "Rindu"

1.5K 195 5
                                    

Demam Kyuhyun makin tinggi. Wajahnya terlihat sangat pucat, bahkan perutnya semakin perih dan kembung. Ia berjalan tertatih-tatih sambil memegang perutnya. Kepalanya terasa berputar, dan kabur, namun ia terus memaksakan diri menuju busway.

Setibanya di lorong busway, Kyuhyun bergegas menuju toilet, karena ada sesuatu yang memaksa keluar dari tenggorokannya.

Di salah satu bilik, Kyuhyun memuntahkan isi perutnya yang berupa makanan dan cairan berwarna kuning karena asam lambungnya meningkat.

Ia terus memuntahkan isi perutnya, hingga ia tidak memiliki tenaga lagi. Tubuhnya sangat lemas.

"Eomma...appa..." gumamnya lemah dan ia menangis dalam kesendirian, hingga ia tidak sadarkan diri di dalam bilik toilet.

-
-
-

Seokjin duduk di depan meja belajar. Ia membuka laci meja. Sejenak ia memandang lekat gelang berwarna putih yang ia kenakan.

Airmatanya kembali mengalir. Ia memegang gelang yang melingkar di pergelangan tangannya, "Apakah...kau sengaja membuat gelang ini, karena kau berniat ingin menjual kami, hyung?" gumamnya

"Kenapa kau kejam sekali? Setelah eomma dan appa tiada, kau jadi berubah. Apakah karena kita diusir dari rumah, kau berpikir aku dan Kyungsoo hanya beban bagimu?"

Seokjin tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menguping gumamannya barusan. Ketika anak itu berniat ingin menjenguknya di kamar. Namun ia mengurungkannya saat mendengar bahwa Seokjin terdengar sangat kecewa pada saudaranya.

Anak itu merasa bersalah. Ia melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi, lalu ia mendekati Seokjin dan memeluknya dari belakang, hingga Seokjin terkejut. Namun ia enggan menoleh atau melepaskan pelukan anak tersebut.

"Saudaramu...pasti memiliki alasan kenapa dia berpikir kau adalah beban untuknya. Suatu saat, kau akan mengerti kenapa dia melakukan itu padamu, Jinseok" ucapnya, dan Seokjin hanya diam.

"Aku juga kecewa sewaktu mendengar appa mengatakan, dia menjualmu pada keluarga kami. Tapi...mungkin saja dia masih peduli padamu, Jin"

"Jika dia peduli. Dia tidak akan menjualku. Dia juga tidak akan menjual adik kecilku!" jawab Seokjin.

Anak yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya, hanya saja tangannya terlihat mungil dan bantet. Ia melepaskan pelukannya, lalu mengelus Puncak kepala Seokjin.

"Jangan membencinya. Bagaimanapun juga, dia adalah saudaramu"

"Kenapa kau mengatakan itu? Kenapa kau membelanya?!"

"Karena aku tidak ingin melihatmu membenci saudaramu sendiri." sahutnya

"Kau siapa? Aku tidak mengenalmu"

"Ah...iya. Aku lupa mengenalkan namaku. Aku Jimin. Panggil saja aku, Jimin hyung. Karena usiaku lebih tua darimu"

"Tapi kau pendek" jawab Seokjin dan menatap lekat Jimin.

Jimin terkekeh kecil mendengar ucapan Seokjin yang polos.

"Kenapa tertawa?" tanya Seokjin

"Hahaha. Aku memang pendek. Tapi aku lebih tampan darimu" sahutnya.

"Terserah" jawab Seokjin datar.

"Hei. Tidak bisakah kau tertawa? Atau tersenyum? Padahal aku sengaja ingin membuatmu tertawa atau membalas candaanku" ucap Jimin dan ia mempoutkan bibir mungilnya.

"Maafkan aku" sahut Seokjin merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Kau itu tampan. Akan lebih tampan lagi, kalau kau ceria dan membuang jauh-jauh wajah kusutmu itu. Kau tidak sendiri sekarang. Kau memiliki banyak saudara dan appa yang menyayangimu" pintanya, dan Jimin menangkup wajah adik angkatnya.

"Lies" (SJ,BTS,EXO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang