[10] Tertunda pt.2

13.9K 655 13
                                    

"HELLO MAS BRO!!!"

Reza tersenyum lebar menyapa Alvin yang sekarang sudah menjadi adik iparnya. Masih dengan menggunakan seragam polisinya, Alvin bahkan heran mengapa cowok itu datang ke tempatnya tanpa mengganti baju dahulu.

Alvin mengacak rambut kesal. "Lo ngapain sih kesini!!?"

"Etdah!" Reza menyosor masuk tanpa diizinkan oleh pemiliknya. "Inget! Gue nih kakak ipar elo! Jangan durhaka jadi adek ipar! Eh-- rumah lo polos amat."

Reza mengelilingi pandangannya ke isi apartement Alvin yang memang belum banyak barang.

"Keila mana? Lo sendirian?"

Alvin menghela nafasnya gusar. Untung Keila sudah lebih dulu pergi ke kamar. Apa jadinya jika Reza melihat adiknya sedang mau ditelanjangi?

"Eh- abang? Nga-ngapain kesini?"

Keila datang dengan gugup usai membereskan pakaian dan rambutnya yang acak acakan.

"Adikku!!!" Reza berhambur memeluk Keila karena rindu. "Udah lama gue gak ketemu lo, anak manja!"

Keila melepas paksa pelukan Reza, lalu memukul dada kakaknya itu.

"Leher lo—luka? Kok ungu lebam gitu?"

Keila spontan menutupi lebam ungu yang dimaksud Reza—kissmark. Wajahnya terasa panas. Alvin pun ikut terkejut ketika dirinya meninggalkan bekas di tengkuk Keila.

"Ng-em—ini.. di jilat setan."

Alvin mendelik tajam. Apa Keila barusan menyebut dirinya setan?

Namun, Reza hanya mengangguk santai. "Oh-- lo emang sering banget dijilatin setan. Heran gue."

Maksud dari dijilatin setan, adalah lebam biru, ijo, atau ungu yang sering Keila dapatkan ketika tidak merasakan sakit apapun di lebam itu. Maka dari itu, Ibunya menyimpulkan kalau itu hasil jilatan setan.

Heran bukan?

Sama, saya juga.

Keila dan Alvin, bersyukur. Akhirnya, ada sisi lain yang membuat kebodohan Reza berguna.

"Lo kenapa gak pakai baju?"

Alvin yang semula bernafas lega, kembali memutar pikiran. "Gu-gue gerah."

"Cih! Gak malu apa sama Keila?"

Ngapain malu! Kan dia istrinya, Bambang!

Keila menepuk jidatnya keras usai mendengar ucapan Reza yang terlampau bodoh.

"Bacot lo! Udah ah, gue mau mandi!"

Alvin bergerak menjauh untuk menenangkan hati dan pikirannya, dan juga ... Nafsunya.

"Heh beraninya anda!"

"Udah ah bang, lebay mulu lo."

Keila berjalan acuh menjauhi Reza, meninggalkan kakaknya yang sedang melongo tak percaya dengan kelakuan adik adiknya.

"Heh! Gue ini tamu kalian!"

—••—

Seperti biasa. Setiap habis Keila dan Alvin melakukan kontak, Alvin selalu menjauhi Keila setelahnya. Tidak parah memang, namun Keila heran mengapa Alvin selalu diam dan jarang berbicara padanya.

Seperti saat Keila menghampiri Alvin di meja makan, dan cowok itu malah menghampiri Reza yang bermain ps.

"Bang, lo gak mau pulang?"

Keila menatap jengah terhadap Reza yang masih betah dirumahnya. Akibatnya, Alvin malah semakin punya alasan untuk menjauhinya.

"Kenapa? Mumpung gue libur nih, tar lo rindu."

Keila hanya memutar matanya. Sesuatu yang konyol terlintas di kepalanya.

"Pulang kek. Gue ada jadwal sama Alvin malam ini!"

Reza mendelik. "Jadwal apaan?!"

"Ya.. lo tau lah gimana suami istri kalo malem jum'at." Keila terkekeh dalam hati begitu Alvin mendelik tajam padanya.

"Tahlilan bareng? Gue bisa ikutan."

"Lo bego nya emang kebangetan, Bang." Decak Keila. Lalu pergi ke kamarnya.

Dua jam kemudian, mereka baru menyelesaikan kesenangan bermain PS. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Keila tak kunjung tidur, ia masih sibuk berkutat dengan ponselnya.

Sekaligus menunggu Alvin, sih.

"Lo tidur di kamar gue aja," Ucap Alvin, menunjuk kamarnya yang berkonsep abu abu.

"Hem." Reza mengucek matanya karena ngantuk. Ia berjalan, namun berbalik lagi. "Lo gak sekamar sama Keila emang?"

"Tidur sono." Ucap Alvin mengalihkan pembicaraan.

Reza mengedikkan bahu tak peduli, lalu berjalan ke kamar Alvin. Sementara Alvin masuk ke kamar Keila. Keila yang semula sangat serius dengan ponselnya, kini mengalihkan pandangan pada Alvin.

"Lo tidur disini?"

Alvin hanya mengangguk. Lalu berjalan kearah balkon kamar.

"Mau ngacangin gue lagi? Ngediemin berhari hari sampe akhirnya minta maaf terus peduli lagi?" Keila menghembuskan nafas gusar.

"Apa maksud lo tadi bilang kita mau malam jum'atan?" Alvin mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa? Lo mau lanjutin yang tadi?" Keila tersenyum menggoda.

"Gak tertarik."

Alis Keila bertaut, "Apa maksud lo!? Terus apa yang tadi?" Keila bangkit, sudah jelas bahwa wanita itu sedang marah.

"Itu karena lo goda gue!"

Keila terkekeh sinis. "Kalo nggak gue goda, apa lo mau nyentuh gue?"

"Nggak,"

"Lo emang gak normal!"

"Maksud lo?"

"Gay! Kurang jelas?"

Tatapan Alvin tiba tiba menjadi dingin. Tatapannya tajam melurus kearah Keila. Keila yang semula terkekeh sinis, menjadi gugup ketakutan.

Apa gue salah ngomong?

Keila meneguk ludah, tak bisa berkutik apapun ketika Alvin mendekatinya.

Alvin menyusupkan jarinya ke leher Keila, membuat wanita itu merinding seketika. Lanjut dengan Alvin yang menumpulkan seluruh rambut Keila dengan tangannya, sehingga seperti dijambak.

Alvin mengecup bibir Keila, dan cewek itu menegang ketakutan.

Alvin mengecup lagi. Kali ini setengah melumat.

"Apa lo mau gue buktiin kalo gue nggak gay?"

Suara Alvin yang serak penuh nafsu membuat Keila meremang seketika.

Alvin menarik rambut Keila yang ada di genggamannya. Keila memekik kesakitan.

"Jawab!"

Keila tak mampu berkata kata. Air matanya perlahan turun.

Alvin mengecup leher Keila, namun bukan perasaan melayang yang Keila dapatkan, namun rasa takut.

"Woi! Charge--"

BUGG!

Reza menarik kerah baju Alvin lalu menonjok keras adik iparnya itu.

"LO APAIN ADEK GUE?!!"

Keila menarik lengan kakaknya untuk menjauh.

"Lepasin Kei!"

Keila malah semakin keras menarik lengan Reza hingga menjauhi Alvin. Cowok itu sedang mengusap darah di sudut bibirnya.

"UDAH BANG!" Keila berteriak dengan air mata yang mengalir. "Udah, gue pengen tidur sama lo."

Keila membawa Reza menuju kamar lain. Tak peduli dengan Alvin yang sedang kesakitan di sudut bibirnya.

Ia sadar, ia telah melakukan kesalahan. Tak seharusnya ia memarahi Keila dengan cara seperti itu.

Dan sekarang, ia malah butuh Keila.

Pasutri Retjeh#1 - Ga Sengaja NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang