8. Hari Senin

1.7K 93 15
                                    

Allesya POV

Dua hari telah berlalu waktu kejadian yang aku harus jadi pacar Agil. Yah, pura-pura pasti. Seumur-umur baru kali ini aku membohongi keluarga orang.

Ah lupakan saja lah!

Hari Senin.

Hari dimana pelajaran praktek, pelajaran olahraga, dan bahasa Indonesia dijadikan pelajaran di hari yang sama.

Oh, ayolah! Praktek selama 7 jam di bengkel kemudian disusul pelajaran olahraga. Apa itu tidak melelahkan? Kemudian disusul pelajaran bahasa Indonesia yang materinya sama saja dan pastinya sangat membosankan.

"Selamat pagi, Queen," Dito menyapaku dengan cengiran khasnya.

"Pagi juga, King, " sapaku kembali dengan kekehan kecil.

"Buset, lo manggil dia apaan, dah? Panas gue," sahut William.

"Iya nih, panas banget, ya!" Timpal Candra sembari mengipas-ngipaskan tangannya di mukanya.

"Kayaknya kita gak usah upacara deh. Panas gini. Nanti malah yang ada kita jadi ikan teri. Udah item, gepeng pula!" Beo Bima sembari mendongak melihat langit.

"Kalian apaan, deh?" Protesku.

"Kepo!" Jawab mereka serentak.

"Duh, apaan, sih. Upacara bentar lagi dimulai tuh. Ayo ke lapangan!" Ajakku.

Aku langsung mengajak mereka ke lapangan. Aku berjalan bersebelahan dengan Dito. Sedangkan Bima, William, dan Candra berada di belakangku. Aku merasa seperti dikelilingi bodyguard, haha.

"Eh tumben, tuh, baris ke lapangannya gak barengan sama teman kelas yang lainnya," oceh salah satu siswi. Sepertinya dia juga sama seperti ku. Kelas 11.

"Alah. Paling juga karena si murid baru itu kan." Ucap yang lainnya.

Mereka sedang membicarakanku!

Yayaa, aku tau jika aku ini cantik dan imut. Tapi itu terlalu berlebihan menurutku jika setiap hari aku dibicarakan oleh siswi seantero sekolah. Haha.

"Kok bisa, sih?" Bisik-bisik mereka masih dapat ku dengar.

"Ya iyalah! Kan orang itu merasa kayak putri raja. Pasti dia telat masuk kelas, terus para pangerannya pada nungguin putrinya kan!" Teriak salah satu siswi dengan sinisnya. Tapi aku mengendikkan bahuku.

Tak apa jika semua orang membenciku. Bukan urusanku.

"Bangsat! Pagi pagi gini udah mau nyari ribut!" Ucap Bima mengepalkan tangannya karena telinganya panas mendengar ocehan siswi siswi.

"Selow dong bro! Kayak gue nih!" Ucap Dito berusaha mencairkan suasana.

"Iya tuh. Gue aja santai kayak di pantai," timpal Candra sembari menumpukkan kedua tangannya di belakang leher.

"Tau tuh! Pagi-pagi aja udah tegang lo. Suka amat sih sama yang tegang-tegang," cerca William ambigu yang di hadiahi timpukan di kepalanya.

"Sstt. Udah deh, ribut mulu lo!" ucapku.

***

Upacara selesai 10 menit yang lalu. Sekarang aku harus buru-buru mengganti seragam OSIS ku dengan seragam praktek. Wearpack, namanya.

Aku sangat buru-buru mengganti seragam, aku tidak ingin terlambat dalam memasuki barisan.

Yaa, memang sebelum nge-bengkel, kita diharuskam untuk baris dan di breafing selama 1 jam oleh guru bengkel. Begitu kata Bima. Aku sangat tidak suka jika baris selama ini. Aku gelisah. Ingin sekali rasanya duduk, tapi aku takut jika guru tersebut marah.

ALLESYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang