9. Bad Day

1.5K 82 13
                                    

Allesya POV

Yaa, semenjak kejadian malam itu, kami--aku dan Mira-- menjadi orang yang sangat dekat. Kemana-mana selalu bersama. Sampai semua teman kami terheran-heran.

Hari ini kami berangkat bersama. Mira selalu menjemputku. Aku sedikit tidak enak dengannya, karena ia tidak mau ku beri uang untuk membeli bensin.

"Woi!" Kejut Illa dari parkiran.

Illa berangkat bersama Tasya, Alya, dan Mafina.

Aku dan Mira yang menyadari jika itu suara Illa pun lantas menoleh dan menatapnya datar.

"Ck! Mentang-mentang lo sekarang deket sama Mira, jadi gue dilupain, deh," ucap Illa sinis sembari bersedekap.

"Iya tuh, lo juga, Mir. Mentang-mentang lo sekarang deket sama Alle, jarang berangkat sekolah bareng kita," timpal Tasya.

Aku dan Mira hanya menatap datar mereka. Biarlah mereka mengungkapkan semua uneg-unegnya. Mungkin memang mereka sedikit jengah dengan sifat kami yang sangat bertolak belakang dengan mereka.

"Ck! Kalian itu apa-apaan sih, gaes?!" Ucap Mafina terlebih ditujukan kepada Illa dan Tasya.

"Kita ini udah gede kan, kita juga hampir menginjak dewasa. Harusnya kalian bisa mikir dong, jangan nyalahin satu sama lain. Temen Alle, bukan cuma lo, Illa. Dan temen Mira juga bukan cuma kita, Tasya. Dan gue juga yakin kalau dari kita berenam pasti kita punya teman yang lainnya. Apalagi Allesya murid pindahan, dia juga pasti butuh teman-teman yang lainnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, mungkin aja dia sungkan kalau minta tolong sama kita terus. Padahal kita sendiri juga gak masalahin itu. Tapi kalian tau kan kalau kepribadian orang itu beda-beda?" Ucap Mafina panjang lebar dan keheningan menyelimuti mereka.

Tasya dan Illa mengangkat bahu mereka acuh tak acuh. Aku dan Mira juga masih saja dengan ekspresi datar. Mau bagaimana lagi? Aku sudah biasa melihat drama seperti ini. Rasanya aku sedikit jengah dan ingin segera ke kelas, tapi bagaimanapun aku harus bisa menghargai mereka.

"Tapi mereka itu keterlaluan, Ma!" Ucap Illa.

"Keterlaluan yang mana?" Tanya Mafina.

"Hei, lo itu gak sadar apa bagaimana sih, Ma? Udah hampir seminggu loh mereka ngehindar dari kita," ucap Tasya sembari menunjukku dan Mira. "Malah gue sampe berpikir kalau ada yang disembunyiin mereka!" Ucapnya lagi dengan tersenyum sinis.

"Gue rasa emang ada benarnya sih si Tasya," ucap Illa.

"Udah gue bilang kan tadi? Ini masalah sepele. Lo harusnya jangan egois, dong. Masa gara-gara gini kita bertengkar? Toh, kalau ada masalah, kita gak usah maksa Alle dan Mira buat cerita. Gue juga yakin, kalau mereka udah bener-bener percaya sama kita, mereka bakal cerita sendiri tanpa kita minta." Ucap Mafina lagi mencoba untuk menengahi.

"Alah lo kok malah ngebela mereka sih, Ma? Dan lo bilang, gue sama Tasya egois? Lo emang gak nyadar disini yang egois itu siapa? Mereka, Ma! Mereka ngehindar dari kita tanpa ada sebab dan tanpa ada komunikasi! Bahkan ketika kita berpapasan juga mereka cuma senyum singkat, gak ngomong sepatah kata pun!" Ucap Illa lagi.

"Lo kan tau kalau Mira irit bicara. Dan Alle gue rasa juga dia irit bicara." Timpal Alya yang sedari tadi diam.

"Taa---"

"Stop!" potong ku.

"Kita sahabatan udah 3 tahun lebih loh, La. Gue kira lo udah tau semua sifat dan sikap gue. Ternyata lo juga belum kenal gue luar dalam." ucapku kepada Illa dengan sinis dan segera meninggalkan mereka.

Mereka terdiam dan sedikit tercengang. Yah, mungkin saja mereka sedikit kaget dengan pribadiku yang berubah.

***

ALLESYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang