19. Moodboster

1.2K 84 1
                                    

Terimakasih, kau membuatku bahagia meskipun dengan cara yang sederhana.

***

Allesya kini berada di kamarnya dengan posisi tidur telungkup.

“Nghh ... males banget gue hari ini.” Allesya melenguh. Ia segera bangun untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajar.

Ia menuruni kasur dengan posisi merangkak. Memang hari yang sangat membosankan. “Kepala gue pusing banget, duh.”

Setelahnya sampai di depan meja belajar, ia meraih ponselnya yang bergetar. Tertera nama Agil. Allesya sangat kesal dengannya. Enak saja mengucapkan cinta yang tidak romantis seperti kemarin.

Allesya segera menggeser tanda telepon hijau keatas. “Apa? Gangguin orang aja.” Ucapnya.

“Lagi dimana?” tanya Agil diseberang telfon.

“Kepo.”

“Gue ke apartemen lo, ya?”

“Gak boleh.”

“Kenapa? Gue kangen sama lo.”

Allesya melotot terkejut mendengar 4 kata terakhir. Ia merasakan panas di pipinya. “Nghh ... Gu-gue pengen malas-malasan hari ini. Gak boleh ada yang ganggu.” Jawabnya terbata.

“Halah-halah. Gue mau kesana. Cepet mandi, gue tau lo baru bangun tidur. See, ya.”

Belum sempat Allesya menjawab, panggilan diputuskan sepihak oleh Agil.

“Ngapain, sih, dia itu? Gak bisa banget ngehargai kata orang. Gue kan lagi pengen malas-malasan, lagi pengen mager-mageran.” Kesal Allesya. Ia memutuskan untuk segera berdiri dan menuju kamar mandi.

Sementara, Agil kini telah selesai memakai pakaian. Memang, ketika ia menelepon Allesya, ia belum memakai pakaian. Melainkan memakai handuk saja yang dililitkan di bagian pinggang ke bawah. Mengekspos dada bidang dan perut seksinya.

Selesai berpakaian kasual, ia segera menuruni tangga untuk segera menuju ke apartemen Allesya.

“Ayah ... Bunda?” panggil Agil sembari berlari-lari kecil menuruni tangga.

Bunda nya tersebut tengah membuat kue ditemani Ayah tirinya yang tengah membaca koran.

“Mau kemana, Sayang?” tanya Bunda.

“Iya, masih pagi kok mau pergi.” Ucap Ayah mengimbuhkan.

“Mau jalan-jalan.” Jawab Agil dengan cengirannya.

“Sama calon tunangan, ya?” Goda Bunda.

“Nghh ... iya, Bunda.” Jawab Agil malu-malu.

“Hmm ... Sepertinya kamu harus mengenalkan Ayah pada calon tunanganmu itu, Gil.” Ucap Sang Ayah.

Memang, ketika dulu Allesya berkunjung kerumah Agil dengan paksaan tentunya, tak ada sang ayah, karena beliau sedang mengikuti rapat di luar kota.

“Iya, Yah. Tapi gak sekarang. Agil berangkat dulu, ya.” Agil segera berpamitan dan memasuki mobilnya.

Membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di apartemen Allesya. Bukan karena macet, memang jarak rumah dan apartemen lumayan jauh.

ALLESYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang