Kau tahu? Aku pun mencintaimu.
***
Agil bergegas pulang ke rumah untuk meminta izin kepada Intan -Bundanya. Didalam perjalanan Agil selalu mengukir senyum. Hatinya bahagia bisa mendengar ucapan Allesya yang baru saja diucapkan.
"Jadilah penguat gue, maka gue akan jadi penguat lo, Agil."
Rasa hatinya berbunga-bunga. Selalu terngiang satu kalimat yang keluar dari mulut Allesya.
"Gue masih harus berjuang lagi." Gumamnya.
Ia melihat jalanan yang sedikit lengang. Ia kembali fokus menyetir sembari berpikir, "Bagaimanapun hati lo itu keras, Allesya."
Lampu merah menyala, membuat Agil semakin berpikir keras. "Gue bakal cari penyebabnya. Gue emang bener-bener harus berjuang." Ucapnya sembari mengepalkan kedua tangannya diatas setir mobil.
Setelah itu, lampu hijau menyala. Agil fokus menyetir agar besok bisa menemani Allesya. Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan normal.
Terik matahari di waktu siang tak membuat pikirannya panas. Bahkan membuat hatinya sejuk. Ya, pasti sejuk karena ucapan Allesya.
Ia ingin menjadi yang terbaik.
Agil telah sampai dirumahnya. Ia segera memasuki rumah dengan tergesa yang kemudian memasuki kamarnya untuk mengambil dua stel pakaian.
Setelah itu ia turun ke lantai satu. "Bunda?" panggil Agil mencari Intan.
"Bunda, Bunda, Bunda?" panggil Agil cepat.
Intan yang mendengar suara anaknya itu segera menjawab dengan sedikit berteriak, "Di taman, Nak!"
Agil bergegas ke taman. Semangatnya semakin berkobar-kobar. Bunda pasti mengijinkan. Pikirnya.
"Bunda, aku minta ijin, ya." Ucap Agil setelah menyusul Intan di taman yang tengah duduk santai sendirian.
"Mau kemana?" tanya Intan mengernyit heran. Tak biasanya Agil meminta ijin seperti ini.
"Anterin doi pulang kampung." Jawab Agil malu-malu.
"Berapa hari?"
"Katanya perjalanan itu sehari semalam. Terus nanti kita nginepnya dua hari semalam."
"Oh, ya udah. Jagain Allesya, ya." Ucap Intan membuat Agil kesenangan.
Memang sosok ibu yang sangat baik.
"Yey, makasih, Bunda! Sayang, deh, punya Bunda yang kayak gini." Jawab Agil memeluk Intan.
"Iya, deh." Ucap Intan tersenyum hangat. Ia mengimbuhkan, "tapi, kamu kapan jadiin dia tunangan kamu? Kalian itu, kan, masih calon tunangan yang berati kalian masih pacaran. Jangan kelamaan, Gil."
Agil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ngh ... Agil masih usaha buat bujuk Allesya, Bunda." Alibinya.
***
Hari telah berganti, yang mana hari ini adalah hari mereka untuk pergi ke Jawa.
Mobil Allesya pun telah sampai pada pukul 9 tepat. Ia sudah memberitahukan kepada Agil. Berati mereka berangkat jam 10 tepat.
Kini, Agil telah menuju apartemen Allesya dengan naik taksi.
Selang beberapa menit Agil telah sampai. Ia segera menuju apartemen Allesya.
Tingtong ...
Allesya segera membuka pintu apartemennya. Menyuguhkan seorang yang tampan dengan senyuman yang terpasang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLESYA [END]
Teen FictionAmazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Kebahagian seakan-akan berpaling ketika gue berusaha meraihnya," ucap Allesya ditengah isakannya. Agil mengeratkan pelukannya, ia mengusap pun...