“Jika kemarin lo perlakuin gue kayak ratu, maka hari ini lo perlakuin gue kayak sampah. Lo buang gitu aja. Gue gak mau jadi murahan hanya karena manusia yang benar-benar kayak sampah.”
***
Hari ini, Agil akan menjemput Allesya untuk berangkat sekolah bersama. Ia kini telah berada di parkiran depan apartemen Allesya. Ia membuka ponselnya untuk menghubungi Allesya.
“Hallo...” Ucapnya.
“Apa telfon-telfon?” jawab Allesya di seberang sana dengan kesal. Masih pagi seperti ini, ia langsung disuguhkan oleh makhluk yang menyebalkan.
Agil hanya tersenyum mendengar jawaban Allesya, “Pagi ini berangkat bareng gue. Gue udah di parkiran.”
“Apa?!”
“Lo budek, ya?”
“Gak. Gak bisa! Hari ini gue mau di jemput Bang Ilham.”
“Gue gak terima penolakan dalam bentuk apapun.” Pungkas Agil seraya mematikan teleponnya.
Sedangkan Allesya kini merutuki perbuatan Agil yang semena-mena. Ia terpaksa mengirim pesan kepada Ilham dengan takut. Masalahnya, ia masih berada di zona merah dengan Ilham. Pasti kakaknya itu akan tersulut jika membahas soal Agil.
Dengan berat hati ia mengirimi Ilham pesan.
Allesya Arfani
Bang, maaf ya aku ga bisa berangkat bareng.
Jeda selama 3 menit, Ilham segera membalas pesan Allesya.
Ilham Zaeyen
Kenapa? Berangkat sama Agil lagi?
Skakmat! Allesya menelan salivanya dengan getir. Mengapa Ilham selalu tepat sasaran? Membuat Allesya semakin kelimpungan.
Allesya Arfani
Iya, Bang. Dia gak mau terima penolakan katanya.
Ilham Zaeyen
Yaudah. Tapi besok harus sama Abang!
Allesya Arfani
Iya, Bang. Makasih
Allesya menghela nafas lega. Ia segera keluar dari apartemen dan menuju ke parkiran yang dimaksudkan oleh Agil.
Sesampainya di parkiran ia langsung masuk begitu saja dan memasang seatbelt, tanpa melihat Agil, sembari berkata, “Lo tuh, ya. Sukanya semena-mena. Kenapa sih, lo itu selalu aja ngelakuin hal tanpa mikirin orang lain?” tanya Allesya kesal.
Setelah memasang seatbelt dengan benar, ia segera menoleh kepada Agil. Ada yang berbeda dari Agil. Allesya mengernyitkan dahi dan alisnya, “Wait, lo pake kacamata?” tanyanya. Kekesalan yang tadi menguasai diri telah menguar sudah.
Membuat Agil terlihat semakin tampan.
Agil menoleh dan hanya tersenyum dengan mengangkat satu alisnya untuk memberi respon.
“Ya, selama ini mata gue itu min.” Jawabnya sembari menghidupkan mesin mobilnya.“Eh itu kacamata tebal banget, loh. Min berapa emang?”
“Min 8.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLESYA [END]
Teen FictionAmazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Kebahagian seakan-akan berpaling ketika gue berusaha meraihnya," ucap Allesya ditengah isakannya. Agil mengeratkan pelukannya, ia mengusap pun...