Dimas & Stera

212 7 2
                                    

"Okey, bye.." ujar Bella seraya mematikan sambungan teleponnya.

Lalu Nadya datang membawa sebuah nampan berisikan snack dan minuman kotak.

"Abis nelpon siapa lu?" Tanya Nadya meletakkan nampan nya di buffet nya.

"Biasa.. temen sekelas gue, si Doni. Urusan kelompok lah." Jawab Bella, ia mengubah posisi yang tadinya ia tidur tengkurap menjadi duduk bersila di kasur Nadya.

Nadya manggut manggut, lalu suara ringtone hp nya berbunyi, ia buru buru mengangkatnya setelah ia melihat lebih dulu siapa yang menghubunginya.

"Halo Vin?" Tanya Nadya.

"Gua gabut anjir, gua kerumah lu ya?"
Ujar Vina.

Nadya berdecak, "ah elah lo kayak sama siapa aja, sini main ada Bella juga nih."

"Yaudah gua kesana ya, otw nih babay!" Vina memutuskan panggilannya.

"Gua seneng deh, kalian bisa baikan kayak gini lagi." Bella tersenyum.

Nadya mengangguk, "iya alhamdulilah deh, Vina udah sadar sama kesalahannya. Lagian, gua juga gabisa marah lama lama sama dia."

Bella manggut manggut, ia mengunyah stik keju yang dibawakan Nadya tadi.

"Assalamualaikum!" Seru Vina membuka pintu kamar Nadya dengan keras.

"Rusak itu rusak pintu sultan.." ledek Bella.

Vina terkekeh, lalu ia menghampiri kedua temannya yang sedang duduk santai itu.

"Cepet banget." Ujar Nadya.

"Iyalah.. tadi gue kesini naik roket baru.. beli di tanah abang." Jawab Vina bangga.

Nadya dan Bella tertawa ngakak, "sa ae lo centong nasi." Ujar Nadya.

"Eh iya, kayaknya.. gua cabut duluan deh, kata Doni kerja kelompoknya sekarang, sorry ya." Keluh Bella.

"Yaah.. yaudah deh, hati hati ya lo." Ujar Nadya.

"Iya beb, bye semua!" Lalu Bella melenggang pergi dari kamar Nadya bergegas keluar dari rumah keluarga Nadya.

Hening sejenak, Nadya dan Vina sama sama fokus pada handphone nya.

"Eh Nad." Panggil Vina memecah keheningan.

"Hm?"

"Kok tadi pas gue dateng gak ada orang, pada kemana deh?" Tanya Vina heran.

"Biasa.. Mama arisan, Papa kerja, Cindy bimbel, kalo Abang lagi sidang di kampus." Ujar Nadya.

Vina tersenyum simpul, sejujurnya ia iri dengan keluarga sahabatnya. Tidak seperti dirinya, keluarga nya sangat harmonis, dan selalu bahagia.

"Oh iya Nad, sampai lupa." Ujar Vina teringat sesuatu.

"Apa?"

"Bunda kangen tuh pengen ketemu lo, tolong ya kapan kapan main lagi kerumah gue.. lo tau lah Bunda paling seneng kalo rumah nya ramai."

Nadya mengangguk, tangannya tergerak mengelus punggung Vina.

"Sabar ya.."

Vina mengangguk, "udah lo gausah khawatir, Bunda udah mau sembuh.. udah gak sering ngamuk lagi kayak kemarin kemarin."

"Iya Vina.."

Nadya menatap Vina lekat, ia sangat curiga dengan ekspresi Vina. Sepertinya ada sesuatu yang enggan Vina ceritakan.

"Vin, kalo ada masalah itu cerita. Jangan dipendem sendiri, gua bisa kasih solusi kok. Kayak baru kenal gue aja.." paksa Nadya.

Vina menghela nafasnya, lalu ia tertunduk "kenapa terapi pengobatan Bunda mahal banget ya Nad? Bahkan hampir setengah warisan Ayah. Apa nanti gue ga kuliah?" Lirih Vina yang menahan tangisan nya kuat kuat.

JANGAN BAPER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang