Musim berganti. Putih menjadi penuh warna, dingin yang menghangatkan, dan aroma ketenangan berhembus memenuhi ruang pernafasan. Hubungan baru akan segera tercipta. Kisah baru yang akan menyambung cerita lama. Sang pemeran semakin bertambah untuk menciptakan alur didalamnya.
Satu dari sekian banyak orang didunia dan yang terpilih adalah mereka. Mereka yang mencintai satu sama lain, mereka yang terluka karna rasa cinta, mereka yang rela terlupakan karna cinta, dan juga mereka yang berusaha menciptakan kebahagian dalam cinta cacat.
○●○
Kibum termangu, menatap pias lantai marmer. Keingin tahuan membuahkan hasil yang menyakitkan, Kibum tidak akan pernah melakukannya lagi. Dia bersumpah akan membuang semua rasa ingin tahunya, hanya untuk kali ini saja dia akan menikmati buah pahit dari rasa keingin tahuanya.
Disisi lain. Kecewa. Haruskah dia merasakannya lagi? Sudah cukup untuk kesekian kalinya, tapi kini kembali dia rasakan. Ryeowook sangat menyukai Kibum, segala hal tentang wanita tersebut. Senyumnya, kulit putihnya, rambut indahnya, juga ketangguhannya menjalani hidup. Tapi mungkin itu kemarin. Ryeowook menyayangkan hal tersebut. Donghae sangat tahu apa yang harus dia lakukan. Satu persatu hilang dan akhirnya dia akan tetap sendiri, Ryeowook.
"Apa kau senang dengan hadiah yang kuberikan?" Ryeowook bertanya, mempertahankan senyum tipis dibibirnya. Manik sewarna lelehan caramel itu menatap lekat pada tas selempang putih yang terlampir dibahu sempit Kibum.
Kibum hanya mengangguk singkat, enggan menatap wajah cantik wanita yang diberi julukan malaikat olehnya.
"Bagus!" Ryeowook menghela nafas, mengangkat gelas minumannya. Kali ini pandangannya teralih pada wajah cantik Kibum. "Kau tahu bahwa aku menyukaimu dari pertama kita bertemu," Ryeowook tersenyum tulus, meletakkan kembali gelas minumannya setelah meneguk sedikit kopi hitam didalamnya. "Aku menyukai segala hal tentangmu. Terutama kecantikanmu."
Kibum merasakan ketulusan disetiap kata yang dia dengar. Kata pujian yang belum pernah dia dengar dari siapapun sebelumnya. Kibum salah. Dia melakukan hal yang sangat salah. Bahkan walaupun itu belum benar-benar dia lakukan.
"Apa Oennie tahu?" Butuh hampir lima belas menit untuk Kibum bersuara. Dengan suara pelan dan berat dia bertanya tanpa menatap mata lawan bicaranya.
"Tahu apa?" Ryeowook bertanya dengan wajah yang sama sekali tidak penasaran. Terlalu santai dan sedikit meremehkan.
"Tidak!" Kibum membuang kembali semua kata yang sudah dia susun dikepalanya, sedikit lega dengan jawaban yang dia dengar.
Ada halnya sesuatu yang tidak perlu diulang saat kau sudah mengetahuinya. Cukup sekali dan itu sudah cukup untuk membuatmu berpikir.
"Ada hadiah lain untukmu. Dan ini cukup untuk membuatmu berpikir apa kau akan menyukainya atau membencinya."
●●●
Terabaikan. Sudah dua hari berlalu dan sama sekali belum ada perubahan. Ryeowook salah, tapi tidak berarti Kyuhyun benar. Pria itu pergi bersama dengan wanita lain tanpa sepengetahuannya, menghabiskan waktu seharian dan lebih sialnya lagi dia melihat langsung wanita tersebut. Sama halnya Kyuhyun yang melihatnya bersama Siwon. Mungkin Pria itu sama marahnya dengannya dan sepertinya tidak ada yang akan mengalah untuk memperbaiki.
"Ryeowook!"
Suara panggilan itu amat dia kenal. Ryeowook menghela nafas pelan, membalikan badan dan langsung melihat sosok Eunhyuk yang tampak berbeda. Wanita itu terlihat lesu, wajahnya pucat dan sedikit linglung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionBahkan saat dirumah, kita seperti orang asing yang kebetulan bertemu setiap saat.