Last moment

996 128 50
                                    


Tiga hari berlalu...

Lorong rumah sakit masih terasa sama bagi semua orang, mencekam dan menakutkan. Kyuhyun masih duduk dikursi tunggu dengan penampilan berantakan dan wajah lelah. Pria itu sama sekali tidak cocok dipanggil manusia. Disebrangnya, Eunhyuk berdiri melipat kedua tangan didada, menatap Kyuhyun tanpa tahu harus mengatakan apalagi untuk menyuruh pria itu pulang agar dapat memberesi penampilannya yang tidak berubah selama tiga hari.

Keadaan Seohyun masih belum bisa dikatakan. Terkadang dia stabil dan dalam waktu berikutnya akan ada tanda kritis. Apa yang mereka bayangkan masih menghantui dan ada kemungkinan akan terjadi. Sedangkan Donghae tidak pernah keluar dari ruang Seohyun, menggenggam tangan sang adik dan membisikan sesuatu ditelinganya.

Eunhyuk tidak tahu harus melakukan apa. Dia terjebak dalam keadaan. Berdoa atau sekedar melihat Seohyun sudah dia lakukan berulang kali. Mengajak bicara Donghae saat ini sama seperti bicara dengan bayangan sendiri, hanya diam.

Suara langkah kaki menggema. Diwaktu hampir tengah malam di lorong ruang rawat VVIV. Sangat jarang bagi seseorang untuk datang. Kyuhyun menyadari itu, sehingga ia mengangkat wajahnya dan menoleh kearah suara langkah tersebut. Dan seketika hazelnut lelah itu bertemu dengan caramel cerah yang dia rindukan. Helaan nafas ia lakukan sedalam mungkin, baru merasakan udara masuk kedalam dadanya yang sesak akan beban. Ia berdiri lambat, berjalan dengan langkah ringan menuju sosok mungil tersebut.

Ketika wajah itu semakin jelas dimata, kedua kening saling bertemu, menekan lembut dan berbagi udara dalam tarikan nafas berlawanan. Kyuhyun merasa bahwa saat ini ia kembali hidup, beban yang dia rasakan perlahan mulai terangkat, melapangkan dadanya sehingga ia merasa ringan.

Ryeowook tersenyum kecil ketika Kyuhyun menggesekan kedua hidung mereka. Pria itu memejamkan mata sambil sebelah tangan menekan tekuknya untuk mempersempit jarak. Ketika mata itu terbuka, tatapan saling mengunci, tanpa kata tapi mereka tahu bahwa rindu lebih mendominasi diantara mereka.

Kyuhyun memiringkan wajah dan kejadian berikutnya mereka berpelukan erat. Kyuhyun sangat merindukan tubuh mungil itu dalam pelukannya, mencium aroma vanila yang menenangkan dan juga merasakan kelembutan sosok tersebut. Jika apa yang terjadi saat ini adalah mimpi, bahkan Kyuhyun rela untuk tidak bangun sampai ia merasa puas. Dan dia berpikir tidak akan pernah puas akan hal itu.

[...]

"Terima kasih karna kau bersedia datang kemari"

Eunhyuk memberikan secangkir minuman hangat pada Ryeowook yang sudah duduk didepannya, wanita mungil itu mengusap kedua tangannya yang berwarna putih pucat dan sesekali meniupnya. Eunhyuk menatapnya tanpa berkedip, sedikit merasa bersalah karna membuat Ryeowook menyetir dimalam hari ditengah badai salju.

"Tidak apa!" Jawab Ryeowook singkat, ia segera menggenggam cangkir minuman dengan asap mengepul, mencoba mencari kehangatan dari sana. "Bagaimana keadaan Seohyun?"

"Tidak ada kata yang bisa dikatakan untuk keadaannya saat ini" Eunhyuk menghela nafas, menyandarkan punggungnya disandaran kursi. "Segala kemungkinan bisa terjadi"

"Apa yang terjadi jika dia mati?"

"Ryeowook!"

Disuatu saat Eunhyuk sangat ingin berada disisi Ryeowook, membela wanita malang itu dari pelampiasan kemarahan Donghae dan mendukung hubungannya dengan Kyuhyun. Ryeowook berada disisi yang salah. Dia menikah dengan pria sempurna yang bahkan tidak memiliki ruang gerak karna sebuah hubungan persahabatan yang cacat. Dan kecacatan itu terjadi akibat perasaan serakah ingin memiliki yang berlandaskan rasa cinta.

Setelah panggilan tegas itu menggema dikantin rumah sakit yang sunyi, keduanya hanya diam saling menatap penuh makna.

"Aku hanya ingin tahu itu" Ryeowook membasahi bibirnya, mengerjabkan mata menatap wajah cantik Eunhyuk yang saat ini terlihat kurang tidur.

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang