"Apa Kyuhyun tidak pergi bersama mu?"Diam. Ryeowook menatap lekat pada tunku api yang menyala merah, menghangatkan suasana dingin membekukan akibat salju turun deras diluar. Entah apa yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya, dia sendiri tidak yakin dengan kehadiran Kyuhyun bersamanya dihari Natal pertama pernikahan mereka. Dia penasaran sekaligus khawatir dengan keadaan seohyun saat ini, jika sesuatu terjadi, maka apa selanjutnya. Dia mengetahui dengan jelas bahwa apa yang terjadi pada keberadaan Kyuhyun saat ini bukanlah sebuah pilihan ataupun berpihak, semua terjadi karna keadaan yang memaksa.
"Ryeowook! Ada apa denganmu, baby?"
Suara lembut sang ibu membuat Ryeowook menoleh, menatap penuh tanya ekspresi tak terbaca diwajah anggun wanita paruh bayah yang saat ini menyipitkan mata serupa milik sang anak.
"Apa maksudmu, Mom?" Ryeowook memperhatikan penampilannya sendiri yang menjadi tatapan menyelidik sang ibu, ada sesuatu ditatapan itu, dan Ryeowook tidak pernah merasa baik akan hal itu.
Park-Kim Jungsoo meremas kepalan tangannya erat, wajahnya berubah pucat pasi saat udara dalam ruangan masih terasa hangat. Ketakutan yang selama ini membayanginya kini telah terjadi, seakan langsung menerkamnya bulat-bulat, tanpa ampun. Dan setelahnya apa yang akan terjadi. Dalam gerakan lambat yang menyiksanya sekaligus sang suami disampingnya, Jungsoo menoleh menatap penuh arti pada sang suami. Tatapan itu menaut lama, mencari arti satu sama lain, tapi sepertinya lelaki paruh bayah itu tidak mengerti dengan maksud tatapan itu.
"Ada apa Jungsoo?" Lelaki paruh bayah itu bertanya, merasa khawatir melihat keadaan syok yang terlihat jelas diwajah sang istri.
Ryeowook yang memperhatikan semuanya tanpa jeda mulai merasa mual, sesuatu yang dia tahan sedari tadi ditenggorokan memaksa ingin keluar. Tiga butir obat pereda nyeri sudah dia konsumsi mulai pagi tadi, tapi itu sepertinya tidak berfungsi sama sekali, Ryeowook masih merasa mual dan melilit dibagian perut.
"Lebih baik kita istirahat sekarang."
Ryeowook hanya diam melihat sang ibu berdiri, berjalan lunglai menuju kamarnya, menyisakan dia dan sang ayah yang tampak kebingungan.
"Dia mungkin kelelahan," sang Ayah mencoba tersenyum, gurat kekhawatiran masih terlihat jelas diwajah tuanya yang berkerut.
"Daddy!" Ryeowook memanggil pelan, menghela nafas pelan sekali, mengumpulkan keberanian untuk menatap langsung mata tajam sang Ayah. "Bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Tentu! Ini adalah malam Natal, jadi kau bisa meminta apapun dari kami." Kenangan akan puluhan tahun lalu terbayang dalam benak Tuan Kim, mengingat bagaimana menggemaskan wajah Ryeowook kecil dulu saat meminta hadiah dihari Natal, membuatnya tidak bisa menahan senyum ketika mengingat itu semua.
Apapun. Ryeowook mengingat kata itu dengan baik, tidak berharap tapi dia ingin kata itu berlaku padanya, lagi.
"Bisakah aku hidup dengan Kyuhyun?"
Senyum diwajah Tuan Kim seketika menghilang, digantikan sorot mata yang berubah tajam, menusuk sanubari Ryeowook dan menggoyahkan keberaniannya. Ryeowook gugup, tatapan itu kembali dilihatnya, tapi untuk kali ini dia akan mencoba lebih kuat.
"Hanya itu yang kau inginkan?"
Ryeowook mengangguk tegas, memberitahukan bahwa dia bersungguh-sungguh akan hal itu.
Keheningan terjadi. Entah sudah menjadi keadaan yang harus selalu terjadi, Ryeowook sudah tidak merasa asing lagi dengan keheningan disekitarnya. Mungkin dengan jeda lama dalam pembicaraan mereka, bisa memberi waktu lebih untuk memikirkan apa yang harus mereka katakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/88284576-288-k383580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionBahkan saat dirumah, kita seperti orang asing yang kebetulan bertemu setiap saat.