Jessica terluka. Ujung telunjuk jari tangannya berdarah terkena paperpin yang tanpa sengaja disentuh olehnya. Bagaikan wanita tangguh yang mandiri dan terpelajar, tidak ada ringisan yang keluar dari bibirnya, hanya saja mata berlensa biru muda itu menatap kosong pada tangannya, tanpa melakukan apapun membiarkan darahnya terjatuh diatas meja, menodai kertas putih disana. Bayangan apa yang baru saja dia lihat membungkam semua keluhannya akan rasa perih dijari tangan, takut, kecewa, dan terkhianati. Tapi suara dari sisi hatinya yang lain meneriakan kata yang membuat ia tertegun. Apa pantas dia merasakannya? Jessica tercekat, mengerjab lambat. Dia melihat Kyuhyun memgikuti punggung Ryeowook yang berjalan kearah koridor, tempat yang sepi tanpa ada siapapun yang akan lewat disana. Membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka berdua membuat ia sesak, rasa kehilangan yang hampir memudar kini kembali terkuak, menghantuinya sepanjang hari.Dia tidak bersalah jika menginginkan Kyuhyun dalam hidupnya, pria itu melupakan masa lalunya, tentang istrinya dan menjadi seseorang yang bebas. Bebas. Kata itu menyadarkannya tentang alasan mengapa Kyuhyun mengikuti Ryeowook kekoridor itu. Pria itu merasa bebas, tidak merasa bersalah padanya karna telah mengikutu wanita lain, walaupun pada kenyataannya wanita itu adalah istri yang dilupakan olehnya.
Perlahan udara masuk kedalam rongga dadanya, mengantarkan dia pada perasaan lega. Dia memiliki cara untuk itu, ikatan, dia harus mengikat kebebasan Kyuhyun, dan untuk itu dia membutuhkan bantuan Donghae dan Eunhyuk. Pelan dan tidak jelas, bibir tipis itu mengeluarkan ringisan, terburu dan tak beraturan, Jessica meraih tissue didalam laci meja kerjanya untuk menutupi luka gores dijari tangannya. Lukanya akan segera mengering, tanpa bekas dan dia akan memastikan tidak akan ada luka lain padanya.
oOo
Dengan perasaan canggung dan gerakan pelan, Kyuhyun melepaskan Ryeowook dalam pelukannya, hampir lima belas menit mereka berdiri dengan posisi saling menempel. Kyuhyun hampir terlelap karna mencium aroma Ryeowook yang begitu menenangkan baginya, bagaikan obat tidur yang sudah lama tidak dikonsumsi olehnya.
"Aku mengantuk,"
Dari suara yang terdengar parau itu Kyuhyun bisa dengan jelas mengetahuinya. Wanita mungil bermanik caramel ini hampir terlelap dalam pelukannya, menggemaskan sekaligus menggetarkan hatinya.
"Tidak bisakan kita tidur bersama?,"
Kyuhyun tertegun merasakan suara hatinya yang berteriak antusias akan pertanyaan bernada ajakan itu. Hazelnut-nya menatap lekat pada wajah dengan pandangan sayu tersebut, menelisik dengan teliti, bersih tanpa noda dan sangat cantik. Kyuhyun menangkup wajah itu dengan sebelah tangannya, mengusapnya lembut.
"Kau ingin tidur?" Tanyanya, menatap kepala mungil bersurai madu itu mengangguk lemah. Wanita mungil ini terlihat tangguh sekaligus rapuh dalam bersamaan. Ada sesuatu, sesuatu yang membuat ia begitu rapuh, membuatnya akan meledak dalam hal yang berbeda, menangis mungkin. Tapi apa itu? Kyuhyun sangat amat ingin tahu, tapi dia tidak memiliki caranya.
"Aku akan menemuimu di Hotel. Besok!,"
Ryeowook menghentikan gerakan kelopak matanya yang ingin menutup sesaat, membalas sorot meyakinkan hazelnut kesukaannya. "Kau yakin akan datang?," tangan yang berada dipipinya kini berpindah ketekuk, menekannya untuk menghapus jarak sampai dua pasang belah bibir itu saling menggesek lembut. Ryeowook menahan nafasnya ketika bibir tebal Kyuhyun menekan lembut diatas bibirnya, perlahan ia memejamkan mata. Rasa rindu akan sensasi bibir Kyuhyun pada bibirnya langsung menguak, membuat dadanya dipenuhi kebahagian yang menyesakkan. Dia terharu, sedih dengan keadaan yang membuat ia menahan diri dan menunggu sampai berbulan-bulan hanya untuk mendapatkan sebuah ciuman dari suaminya, dan itu harus melalui banyak hal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionBahkan saat dirumah, kita seperti orang asing yang kebetulan bertemu setiap saat.