Jangan mengharap lebih. Tidak ada balasan setimpal dengan apa yang telah diberi, bukan dahlil tapi adalah hukum yang tak tertulis. Bagi semuanya yang telah menikmati cerita ini, untuk yang terjejak atau hanya bayangan. Syukur amat terasa saat merasakan usaha kalian untuk menjadi pembaca yang terbaik, dan kecewa harus ditelan utuh saat kalian meremehkannya. Tidak akan ada perjalanan indah tanpa kecewa, khianati, kesedihan, dan tertolak, karna itu adalah pelengkap perjuangan hidup menuju kebahagiaan. Setiap tokoh berhak mengalami apa itu kesedihan, merasakan asinnya air mata yang membasahi wajah mereka. Bukan sebuah paksaan dalam cerita, tapi keharusan untuk memperindah sebuah cerita.^•^
Penolakan. Inikah rasanya. Sesak, linglung dan terasa seluruh tubuh lemas. Seumur hidup kesempurnaan selalu berpihak padanya. Tahta, harta dan wanita manapun berlutut hanya untuk sesaat duduk disampingnya menikmati seteguk minuman. Tapi apa yang baru dia alami adalah sebuah kelangkahan yang bahkan sama sekali tidak pernah dia ketahui ada hal tersebut didunia. Sebuah penolakan tidak selamanya menyenangkan, bahkan untuk dia yang baru pertama kali merasakan.
Siwon merasa sunyi, keheningan tiba-tiba menerpanya setelah sosok Ryeowook menghilang dari pandangannya. Suara musik dan hiruk pikuk yang terjadi didalam cafe tak dapat terdengar. Dia masih begitu linglung, merasa asing dengan apa yang tengah dirasakan.
"Maaf!,"
Bahkan dia sama sekali tidak mempermasalahkan ponsel mahalnya telah basah terkena tumpahan air dari seorang pelayan.
"Kibum, apa yang kau lakukan?"
"Manager, maafkan saya."
Kegaduhan terjadi disekitarnya. Siwon menghela nafas, melirik lama pada ponselnya yang telah basah. Percuma, semua sudah terjadi. Ponselnya telah basah, hatinya kecewa, marah dan merasa terhina atau apapun itu yang jelas dia sama sekali tidak mengetahui dengan nama apa tentang perasaannya saat ini.
"Maafkan saya, Tuan."
"Lupakan!" Siwon menahan nada suaranya, mengetatkan dagunya. Dia berdiri, mengambil ponsel dan selembar tissue lalu pergi dari sana.
"Dasar tidak berguna!"
Pelayan mungil berkulit seputih salju dan bersurai hitam pekat sepunggung itu menghela nafas, menelan bulat-bulat ucapan sang menager sambil menatap sendu meja yang meneteskan air kelantai. "Tenang Kibum, semua akan baik-baik saja," lirihnya kepada diri sendiri. Gadis itu kembali bekerja setelah melihat mobil mewah yang dikendarai orang tadi tak terlihat.
^•^
Ingat saja namanya Kim Ryeowook. Seorang direktur diperusahaan besar. Berbadan mungil, berwajah manis dan bersurai caramel. Cantik dan lembut. Gadis seputih salju itu selalu mengingat hal tersebut, sesekali bibir mungil berwarna violet itu tersenyum tipis saat mengingatnya. Tidak terlalu sulit untuk mengingat seorang malaikat.
'Hidup tidak akan menakjubkan jika hanya merasakan satu perasaan'
Pernyataan apa itu sebenarnya? Kibum tidak mengerti tapi tetap membenarkannya. Kim Ryeowook terlihat bahwa hidupnya tidak seindah sosoknya, tak semulus kulitnya yang membuat iri wanita lain. Semua terlihat jelas dari sorot wajah dan kebijakan dalam ucapannya.
Tas selempang berwarna putih yang berada dipangkuannya adalah pemberian dari Kim Ryeowook. Berkat tas tersebut kini dia tidak merasa sulit membawa peralatan kerjanya. Kibum merasa amat sangat bersyukur tak sengaja bertemu dengan Kim Ryeowook.
•
"Oennie!"
Eunhyuk ingin sekali tidak mendengar suara tersebut, mengabaikannya untuk beberapa saat. Tapi berulang kali perasaan sayang dan kasihan menundanya untuk menjadi orang baik. Eunhyuk berbalik, menciptakan senyuman yang berusaha setulus mungkin pada wajah polos gadis yang tengah melambai kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionBahkan saat dirumah, kita seperti orang asing yang kebetulan bertemu setiap saat.