Kehangatan yang dirindukannya kembali terasa. Melingkupi tubuhnya yang lelah dan dingin. Helaan nafas terlepas disusul pelukan erat yang membaur. Dua pasang mata senada saling bertemu, kerinduan mendominasi dibalik emosi lain. Ryeowook tersenyum samar ketika sebuah tangan penuh kasih mengusap pipinya yang basah oleh air mata pengaduan dan kecupan yang selalu diterima ketika sedang merengek dulu mendarat dikeningnya."Bagaimana kabarmu, Baby?"
Panggilan itu terdengar asing dan kekanakan, tapi nyatanya amat dirindukan olehnya. Ryeowook meremang ketika angin malam menerpa tubuhnya. Suasana asri yang telah membeku dimusim dingin sama sekali tidak menutupi keindahan sekitarnya. Sudah berapa lama Ryeowook tidak datang kekampung halamannya. Sejak kedua orang tuanya memutuskan bisnis di Seoul mereka sudah sangat jarang pulang ke Incheon dan menjadi tidak pernah sama sekali ketika mereka membuka usaha Di Belanda.
"Dimana Daddy?" Tanyanya. Matanya mencari disekitar sosok tegap berwajah rupawan yang sangat dirindukan.
"Dia menunggu mu didalam!" Yang tua menghela nafas. Membiarkan sang putri masuk tanpa menjawab pertanyaannya dulu.
Ryeowook masuk kedalam rumah minimalis yang menjadi tempat ia bermain sewaktu kecil. Tidak ada yang berbeda dari rumah semi adat Korea itu. Semua sama. Ryeowook masih merasakan kehangatan dari sisa-sisa kenangannya dulu.
"Ryeowook!"
Sebuah suara tegas memanggilnya. Ryeowook menoleh untuk melihat sosok yang memanggilnya. Manik cerah sewarna caramel itu terpaku, berhenti mengerjab ketika melihat sosok tegap yang dulu ia lihat kini duduk diatas kursi roda, membalas tatapannya sambil tersenyum amat lembut.
"Daddy." Panggilnya lirih. Matanya tidak pernah lepas ketika ia melangkah mendekat. Cubitan terasa menyakitkan ketika melihat tubuh yang dulunya tambun kini tampak mulai menipis. Wajah itu. Ryeowook menahan nafas, berjongkok saling berhadapan untuk melihat lebih jelas. Wajah idamannya kini mulai terlihat kusam dan tampak tua. Dan terlihat jelas gurat kelelahan disana.
"Kau datang?"
Ryeowook mengangguk. Matanya mulai memburam dan wajahnya tidak bisa melepaskan ekspresi datar hanya untuk membalas senyum kasih sayang dihadapannya. "Apa yang terjadi? Kenapa kau menggunakan kursi roda?" Pertanyaan itu hanya dua dari sejuta pertanyaan lain dikepalanya. Sesak yang ia coba hilangkan sama sekali tidak berkurang, malah semakin menekan dadanya.
"Aku hanya merasa semakin tua dan menggunakan kursi roda sangat membantu untuk menghemat energi."
Ryeowook memaku tatapannya. Sedikit banyak tidak mempercayai apa yang dikatakan ayahnya. Bagaimana mungkin seseorang menggunakan kursi roda tanpa alasan apapun selain menghemat energi.
"Daddy mu benar. Dia menggunakannya hanya untuk menghemat energi."
Itu sedikit melegakan. Ryeowook mencoba tersenyum. Memeluk tubuh yang semakin mudah diraih untuk melingkarkan lengan kecilnya. Dia kehilangan banyak berat badan. Helaan nafas saling menyahut. Kelegaan akan rasa rindu yang mendalam mulai terhapus.
"Kau terlihat baik-baik saja."
Semua tahu apa maksud ucapan itu. Ryeowook tidak baik. Dan kedua orang tuanya juga tidak baik. Mereka memiliki sesuatu yang membuat semua tidak baik. Rasa bersalah yang tak kunjung hilang dirasakan kedua orang tua walaupun orang yang disesali tidak masalah sama sekali.
0O0
Diluar salju kembali turun. Ryeowook merasa tidak ada yang berbeda dimanapun saat musim dingin. Salju dimana-mana. Semua sama. Ryeowook memaku tatapannya pada sebuah pohon maple tua yang saat ini membeku, rantingnya tampak kaku tanpa ada selembar daunpun yang menutupinya dari bulir salju. Berapa jam dia pergi? Sudah berapa lama ia bersama orang tuanya? Dan bagaimana keadaan Kyuhyun disana?. Ryeowook menggapai ponselnya diatas nakas. Keinginan untuk menghubungi seseorang disana mencekiknya, sampai ia tidak merasakan air liur ditenggorokannya yang telah meneguk dua gelas air putih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionBahkan saat dirumah, kita seperti orang asing yang kebetulan bertemu setiap saat.