Full House

892 107 45
                                    


Untuk pertama kalinya Kyuhyun merasa percaya diri melakukan sesuatu, dia mempersiapkan segalanya dengan sebaik mungkin. Dimulai dari dalam dirinya, memperteguhkan hati dengan apa yang akan dia terima dan diberi, lalu penampilan. Salon. Belanja atau memilih baju. Lucu. Sedikit menggelitik hatinya yang tengah gelisah saat memikirkan apa yang baru dia lakukan didalam Mall tadi. Semua telah siap. Penampilannya lebih dari kata rapi. Sempurna. Ucap stylish yang mendandaninya.

Mobil marcedes hitam terparkir dihadapannya, seorang Valet keluar dari pintu kemudi, memberikan kunci lalu membungkuk sekilas kearahnya. Helaan nafas dia lakukan, matanya mengerjab menatap sebuah mobil yang bagaikan kuda putih menunggu untuk ditunggangi oleh sang pangeran. Tangan berjari panjang dan kokoh itu menyentuh lipatan jas yang memiring didada bidangnya, menghentakkan sekali lalu tanpa ragu kaki yang dibalut celana denim hitam mahal itu melangkah, menciptakan suara hentakan pada sepatu kulit mengkilatnya.

Terlalu malang baginya. Bagaimana dia tidak melihat sebuah mobil melaju cepat dari arah berlawanan yang melaju tepat kearah mobil didepannya. Tak terelakan sebuah kecelakaan terjadi, Kyuhyun dengan cepat membanting setir kekanan, membuat mobilnya menghantam pembatas jalan dan selanjutnya badan mobilnya terhantam sesuatu yang menimbulkan suara dentaman keras.

[•••]

Ryeowook terlalu takut membuka mata, bayangan akan apa yang terjadi tidak sesuai keinginannya membuat ia merasa ngeri. Kecelakaan lagi dengan korban yang sama. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya?

Dalam keadaan setengah sadar, Ryeowook merasa kehangatan menjalar diseluruh tubuhnya, aroma lembut yang menenangkan dan juga suara helaan nafas ditelinga. Dia kenal aroma ini, kehangatan yang tidak asing dan juga sebuah beban_lengan yang melingkar dipinggangnya. Ryeowook menghela nafas sedalam mungkin, perlahan membuka biji mata caramel-nya. Tatapan mata mereka bertemu dengan jarak sangat dekat, berbagi udara dalam tarikan nafas yang berlawanan.

Semua baik-baik saja. Jauh lebih baik dari apapun sebelumnya. Ini bukan mimpi. Ryeowook bersama suaminya saat ini dengan tatapan penuh perasaan cemas dan juga tatapan yang pernah Ryeowook lihat dulu. Rindu. Perlahan senyum tercipta dibibir tipisnya yang membeku, masih terasa lemas, tapi dengan tenaga yang dimilikinya ia mengangkat sebelah tangan menuju wajah pucat pria tampan disampingnya saat ini.

"Syukurlah kau baik-baik saja," ucapnya parau, menelisik seluruh wajah yang amat dirindukan.

"Kau lebih mencemaskan daripada keadaan orang yang menjadi korban kecelakaan." Kyuhyun menjawab jujur, detakan jantungnya masih begitu menyiksa, menakutkan sekaligus membuat ia tetap bertahan hidup.

Ryeowook terkekeh pelan, membiarkan tangannya menjadi pegangan erat Kyuhyun. Kedua matanya menatap lekat pada pegangan tersebut, merasa nyaman dan aman.

"Kau kelelahan itu kata Dokter yang memeriksamu beberapa saat lalu."

"Dokter? Apa di Hotel ada seorang Dokter?" Ryeowook memperhatikan tempatnya berada saat ini. Sebuah ruangan yang sangat luas, berwarna cream dan lengkap dengan perabotan yang memukau mata.

"Aku memiliki janji yang belum kutepati padamu." Ucap Kyuhyun, memperhatikan ekspresi diwajah Ryeowook yang terlihat sangat damai, tidak ada sedikitpun gurat keberatan diwajah manis itu.

"Kau masih mengingat itu." Ryeowook mengatakan dengan nada penuh suka cita. Mengabaikan wajahnya yang mulai merona dan juga jarak yang semakin tipis diantara mereka.

Kyuhyun tertegun menatapnya, bukan karna wajah cantik Ryeowook melainkan sesuatu yang baru saja terbayang dikepalanya. Sebuah rumah dengan background malam bersalju. Dua orang berdiri disamping mobil, satu diantaranya bertubuh mungil sambil membawa sebuah kantong belanjaan dan sosoknya tampak samar. Dan sosok lainnya lagi adalah dia dengan ekspresi wajah datar.

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang