Again

473 54 40
                                    

Dua minggu telah berlalu. Ryeowook menikmati waktu liburnya, menikmati pemandangan indah perbukitan dimusim semi. Mencoba melupakan semuanya walaupun itu mustahil.

"Masih banyak hal indah didunia ini yang belum kita ketahui."

Dan selama dua minggu ini, Ryeowook memiliki rutinitas meminum teh dibawah pohon maple bersama sang ibu. "Salah satunya apa yang tengah kita lihat." Ryeowook tersenyum lembut ketika melihat pohon mawar yang tumbuh subur dengan beberapa bunganya. "Aku masih membayangkan bagaimana dia jika hidup." Pada kenyataannya, tidak ada hal indah yang tidak menyakitkan baginya. Ryeowook masih merasakan penyesalannya, rasa bersalah yang mendalam pada pohon mawar tersebut.

"Dia pasti lebih baik daripada orang tuanya." Nyonya Kim tersenyum pelan, menghela nafas sembari memalingkan wajahnya menatap bentangan warna hijau kebun teh.

"Aku sangat menyayanginya walaupun aku tidak tahu seperti apa dia."

"Tidak perlu alasan bagi seorang ibu untuk mencintai anaknya." Ryeowook mengangguk menyetujui ucapannya. Nyonya Kim menatap lekat pada wajah manis menyerupainya itu, menyayangkan sinar diwajah itu yang tak seterang dulu. "Apa kau tidak akan kembali?." Dan sepenuhnya wajah itu kini terlihat murung.

Ryeowook menghela nafas, merasa dingin ketika angin menerpa wajahnya.

"Semua yang ada didunia memiliki tempatnya masing-masing, Baby. . . Dan semestinya semua itu berada diposisinya." Dua pasang manik caramel itu beradu, memberikan hal yang sangat diperlukan, kenyamanan dan kepastian. "Kau harus tau siapa dirimu dan dimana seharusnya kau berada baru setelah itu kau bisa bertindak."

Ryeowook merasakan udara memenuhi dadanya, menggantikan sesak dengan kelegaan yang luar biasa. Yang dia butuhkan saat ini adalah pengertian dan juga dukungan. Apa yang telah dia lalui tidak akan bisa hilang dalam ingatan, walaupun waktu diulang, maka kesalahan itu akan tetap ada. Karna sesungguhnya Ryeowook sama sekali tidak ingin menghilangkan apapun dari semua yang telah dia lalui.

Cinta. Tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta ibu kepada anaknya. Ketika sang anak sakit maka disaat itu juga seorang ibu akan menggantikannya untuk menangis karna merasa lebih sakit. Ryeowook beruntung karna mendapatkan dukungan dari sang ibu yang begitu dicintainya.

Bukannya bertindak tanpa memikirkan dimana seharusnya dia berada adalah hal yang kekanakan.

●●●

Eunhyuk jatuh dari tangga, kepalanya terbentur keras dan tak sadarkan diri. Kejadian itu terulang kembali. Donghae hanya bisa mematung dengan tangan mengepal dan mata menatap jauh menembus pintu Emergency. Didalam sana, hidup orang yang dia kasihi tengah bertarung dengan kematian. Menakutkan dan membunuhnya secara perlahan. Jangan lagi, kumohon jangan lagi. Berulang kali kata itu dia gumamkan hanya untuk dirinya sendiri. Dia bersalah, berdosa pada Eunhyuk karna telah mengabaikannya.

Kyuhyun yang berada disampingnya tak lebih baik dari Donghae. Pria itu terlihat berantakan, berkantung mata dan pucat. Kyuhyun hanya bisa diam, menyaksikan kehancuran Donghae karna kecemasannya. Dia pernah berada didalam sana, berjuang antara hidup dan mati walaupun sebenarnya dia tidak tahu apapun saat itu. Kehancuran Donghae saat ini memberi tahukan padanya tentang perasaan orang yang menyayanginya saat itu.

Bagaikan orang idiot. Dua pria tampan yang memiliki segalanya itu tak beda jauh dari orang gila yang diam setelah diberi makanan sisa. Kyuhyun hanya bisa mengerjabkan mata dan tak lupa menghela nafas, sesekali dia akan menoleh kearah Donghae dan sesekali kearah pintu. Kris yang berada tak jauh darinya hanya menyerngit bingung karna merasa asing dengan keadaan tersebut. Sedangkan Donghae hanya diam mematung dengan kepala menunduk.

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang