Versi baru, 2020.
©sourceofjoyful
Ayah pulang.
Semua ribut.
Semua sibuk.
Sibuk beresin kamar, dapur, kamar mandi, taman, pokoknya sibuk beresin rumah.
Segala macam sesuatu yang berserakan disimpan dulu. Mas Devan langsung nyimpen PS nya dan sekarang sibuk mandiin motornya.
Mas Ian beresin kamarnya sekalian nge-vacuum cleaner lantai atas. Lantai atas menjadi tanggung jawabnya.
Mas Surya tanggung jawabnya di dapur. Beresin kulkas dari simpanan makanan cepat saji yang menumpuk. Kami hidup dengan tidak sehat karena disponsori oleh Kuy-Food setiap hari.
Mau makan apa? Tinggal pesen. Dan rata-rata itu makanan cepat saji.
Kalau Ayah tahu, bisa-bisa bakalan ngomel.
Alhasil, kami makan sehat cuman waktu Ayah pulang.
"Mas, itu lukisan turunin dong. Banyak debu. Dibelakangnya pasti banyak cicak lagi nganu—bikin anak." kataku bergidik jijik.
"Suruh Mas Jae atau yang lain dong, Dek. Gak ndelok ta Mas Surya sek korah-korah. (Nggak lihat Mas Surya lagi cuci piring)." kata Mas Surya tanpa menoleh ke arahku.
Emang lagi cuci piring sih.
Mas Jae datang habis bangun tidur dengan rambut berantakan, "Kulkas isine opo ae gaiss? (Kulkas isinya apa gaiss?)."
"Loh, kulkasnya kelihatan bersih dari luar ternyata isinya pun sama." kata Mas Jae sambil nutup pintu kulkas.
"Isinya kebanyakan pizza, donat, sama kue-kue nggak jelas. Makannya dong kalau pesen pizza itu dihabisin dulu sampe habis. Jangan karena ada promo, main beli aja." Mas Surya ngomel, "Tak buang. Banyak yang udah basi."
Mas Jae ngusap-ngusap perutnya, "Luwe lurrr."
"Mas, bantuin nyopot lukisan itu dong." kataku sambil menarik kaos Mas Jae. Kebetulan karena dia, kan jerapah alias paling tinggi di rumah ini.
"Wirya ae itu loh nganggur atau Ian," tolak Mas Jae sambil mengulet.
"Mas Jae ini enak banget. Udah bangunnya telat, gamau ngapa-ngapain!" kataku emosi.
"Mas Jae baru tidur jam empat tadi. Lembur! Kalau gatau nggak banyak bacot deh!" Eh, dibales emosi.
"Lah, kok malah marah ke Arin? Mas Jae tuh emang sukanya merintah doang. Mentang-mentang paling tua!" bentakku lalu lari ke atas.
"Nangiso, nggondok o! Gak ngurus aku! Duwe adek kok suwe-suwe kurang ajar ambek mas e. Ngomonge bengak-bengok! Terusno cangkemmu! (Mau nangis, mau ngambek, aku nggak peduli! Punya adik kok lama-lama kurang ajar sama masnya bicaranya ngebentak-bentak! Lanjutin aja mulutmu!)." teriak Mas Jae dari bawah.
Aku udah nggak peduli dan memilih masuk kamar.
•••
"Nih katanya Ayah udah nyampai tol. Bentar lagi sampai." kata Mas Devan kasih info terkini tentang Ayah.
"Hmmm," jawab kami berlima kompak.
Kulihat Mas Surya dan Mas Wirya lagi fokus lihat TV sambil nyemilin kacang telur. Mas Ian dan Mas Devan kembali asyik dengan HP nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Panggil Mereka : Mas!
Fanfiction📌 OUT NOW @universe_publisher (shopee) Jadi Arindia nggak selalu seindah pandangan orang-orang. Kemana pun dia pergi, kelima masnya akan selalu ngintilin dan berlagak jadi bodyguard. Rasanya campur aduk karena meskipun ngeselin, Arindia bersyukur d...