37. Belanja Bulanan

2.6K 609 149
                                    

Author's side.

Semua sedang sibuk di ruang tengah. Duduk melingkar, ekspresi serius, dan tidak ada celotehan apapun.

Lampu yang biasanya bersinar seakan meredup. Nggak ada yang berani berbicara.

"Sekarang, Mas," kata Arin mengangguk ke arah Ian.

Ian yang menerima perintah tersebut lalu mengangguk.

Semua harap-harap cemas.

"Udah keluar hasilnya?" tanya Surya setelah dari tadi cuma diam.

Ian mengangguk lalu menunjukkan layar HP nya, "SELAMAT BUAT MAS JAE TERPILIH UNTUK BELANJA BULANAN DI BULAN INI!"

Jae langsung lemas di sofa, "Kok aku sih?"

Lampu jadi terang lagi, TV kembali dinyalakan. Semua kembali berwajah bahagia.

"Mas Jae dari bulan Januari nggak pernah kebagian belanja bulanan," kata Arin, "Akhirnya kena juga di bulan ini."

Jae cemberut di sofa. Sudah jadi tradisi kalau belanja bulanan selalu dilakukan bergantian antar anak Ayah. Jae tuh jarang banget kena (diundi melalui aplikasi giveaway) tapi bulan ini kena.

"Dek, kamu kan tahu Mas tuh suka bingung cari barang. Ntar malah ribet sendiri disana," kata Jae memohon ke Arin.

"Mau sama aku?" tawar Arin.

Kedua mata Jae berbinar, "Boleh ya?"

Arin berpikir sejenak lalu bilang, "Boleh deh."





•••







"Mas, maaf. Arin nggak bisa. Harus kerkel buat tugas kuliah. Deadline nya minggu depan. Mepet banget, kan?"

Disinilah Jae sekarang. Berdiri di antara rak-rak berisi barang-barang rumah tangga sambil perlahan dorong troli swayalan. Nggak ada yang bisa diandelin kecuali Arin dan Wirya dalam belanja bulanan. Tapi keduanya mendadak nggak bisa menemani Jae.

"Aku ada kerjaan di kantor, Mas. Nggak bisa ditinggal. Nanti sore aja gimana?"

Yang diatas itu kata Wirya. Tapi Jae menolak. Karena setiap sore tuh sekarang selalu hujan. Ya walaupun mereka bawa mobil tapi nggak enak aja rasanya belanja pas hujan-hujan. Bawaannya was-was mulu.

Kalau ngajak Surya yang ada Jae emosi. Kebanyakan mikir soalnya. Selalu ada aja yang dipertimbangin. Beli wipol wangi apa aja dipertimbangin. Mau yang wangi rumah sakit apa wangi hotel, banyak lah.

Kalau ngajak Bian, anaknya cuma kalap di rak ciki-ciki. Jae bakalan ditinggal. Suruh jalan sendiri. Padahal Jae itu suka bingung banget kalau disuruh belanja bulanan. Navigasi dia bagus untuk jarak jauh tapi kalau jarak dekat, dia payah banget. Nemuin barang apapun selalu gagal. Padahal yang dicari sebenernya ada di dekat dia.

Kalau ngajak Devan, paling malas kalau adiknya itu bilang, "Terserah." Kalau dimintai pertimbangan. Kebalikan dari Surya.

Kalau Arin itu cepat banget melesat buat cari barang yang ada di list. Tanpa banyak ba-bi-bu. Kalau Wirya, sama. Bisa disebut sebagai Arin versi cowok. Telaten banget.

Aku Panggil Mereka : Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang