38. Perlahan Mendekat

2.8K 633 161
                                    

⚠️ 1900+ words.









Author's side.

Seorang perempuan berjalan tergesa-gesa karena sore itu tiba-tiba mendung. Ia sedikit menyesali mengapa sore itu ia memakai sepatu warna putih yang baru dicuci.

Langkah kakinya tiba-tiba berhenti ketika berpapasan dengan seseorang. Kedua matanya seakan terpaku tanpa bisa fokus ke lainnya.

Hujan semakin turun dengan deras. Entah kenapa matanya semakin menikmati pandangan yang tersaji di depannya. Seorang laki-laki berdiri kokoh di bawah hujan. Kedua matanya menyipit dan bibirnya membentuk seulas senyum.

Tiba-tiba suara guntur memecah keheningan.

"ANJING KAGET BANGET BANGKE!"

Suara nyaring itu memecah suasana romantis yang terbangun baru beberapa detik yang lalu.

























"HAH!" Seorang perempuan membuka mata. Nafasnya tidak karuan.

Ia memegangi dadanya. Terasa detak jantung yang begitu kencang.

"Huft, cuma mimpi." Diana mematikan alarm yang sedari tadi berbunyi.

Perlahan-lahan nafasnya mulai teratur kembali.

"Siapa ya cowok tadi?" katanya.

Lalu kedua matanya membulat, "JAE?!" perempuan itu tersentak kaget ketika baru mengenali sosok yang hadir di dalam mimpinya tadi adalah lelaki yang baru ditemuinya dua hari yang lalu.

"Gue mimpi misuh di depan Jae?!" katanya tiba-tiba panik. Diana berlari keluar kamar.

"Kenapa, Kak?" tanya Arkan yang sedang sarapan menatap Diana yang masuk ke dapur dengan heboh.

Kakak sepupunya itu tidak menjawab tapi langsung meneguk segelar air dingin sampai habis.

Arkan geleng-geleng kepala lalu lanjut sarapan.

"Arkan, kalau misal kita mimpi tentang orang yang baru dikenal tuh tandanya apa?" tanya Diana tiba-tiba.

Arkan menatap Diana, "Kayaknya bakalan makin deket."

Diana kaget, "Masa?"

"Emang Kak Diana habis mimpiin siapa?" Arkan beranjak ke depan kulkas untuk mengambil air minum.

Pipi Diana memerah, "Ah...nggak."

Arkan menatap Diana dengan pandangan menyelidik, "Siapa ya...."

Diana mendorong adik sepupunya itu agar menjauh darinya, "Udah ah. Sana cepetan cuci piring terus beresin meja makan."

"Kak," kata Arkan.

"Apa lagi?" kata Diana masih berusaha sabar.

"Jae..."

"IH KOK KAMU TAHU?!" Diana histeris ketika Arkan menyebutkan nama 'Jae'.

Arkan bingung dengan reaksi Diana lalu menunjuk ke arah sesuatu dengan dagunya, "Ada telepon dari Jae."

Diana kemudian baru sadar kalau HP nya masih ada di atas meja makan. Beneran ada panggilan telepon dengan nama 'Jae' di layar pemanggil.

"Ada apaan nih? Pagi-pagi udah ribut," kata Aidan baru masuk ke dapur sambil menenteng jaket almamaternya.

Arkan mendorong tubuh adiknya, "Jangan diganggu ada orang mau pacaran."

"Hah? Siapa, Kak?" kata Aidan yang pasrah badannya didorong-dorong.

Aku Panggil Mereka : Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang