39. H-1

2.6K 614 94
                                    

Author's side.

"Ribet juga ya ternyata kalau orang mau kawin...."

"Nikah," potong Naya cepat, "Kawin mah buat kucing."

Devan cengengesan terus ndusel-ndusel ke Naya, "Hehehe."

Sore itu Naya dan Devan baru aja pulang dari gedung yang rencananya besok akan dijadikan tempat untuk proses ijab kabul sekalian resepsi pernikahan Ayah dan Mami.

"Ya itung-itung bisa simulasi dulu sebelum nyiapin rencana kawinan kita besok ya, Nay," kata Devan mengedipkan sebelah mata.

"Nikah!"

"Iya, nikah, married," kata Devan.

Semua sudah dipersiapkan dengan baik mulai baju seragam, katering, gedung, segala macem tetek bengek udah beres. Semua ini nggak lepas dari bantuan anak-anak Ayah dan para calon mantunya—ehem.

Masih Naya dan Ersa yang kelihatan. Yang lain masih abu-abu.

"Devan," kata Naya tiba-tiba.

Devan  memberhentikan langkahnya, "Kenapa?"

"Nanti agak malaman deh aku kasih tahu," kata Naya setelah terdiam cukup lama.

"Apaan?"

"Nanti aja."

'Kok perasaanku nggak enak ya?' batin Devan.








•••






Surya dan Ersa sedang jalan-jalan ke Mall. Katanya Ersa mau kasih kado pernikahan buat Ayah dan Mami. Udah dibilangin sama Surya nggak usah mahal-mahal tapi cewek ini ngeyel.

Hubungan Ersa dan Surya benar-benar melesat jauh setelah perkenalan awal mereka di Cafe setahun yang lalu. Di bulan yang sama mereka intens ketemuan, saling ngobrol dan ternyata nyambung. Topik obrolan mereka tuh beneran beragam. Dari mulai bisnis, julidin atasan, sampai pada akhirnya ungkapan Ersa yang bilang, "Kita cocok nih. Mau melangkah ke arah yang lebih serius?"

Disitu Surya kaget banget. Asli. Bisa-bisanya dia ditembak duluan padahal dari awal Surya selalu cari waktu yang tepat buat confess ke Ersa. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Karena sama-sama merasa cocok, akhirnya Surya setuju. Hubungannya dengan Ersa benar-benar berbeda jauh dari model pacarannya Surya zaman jahiliyah bersama Tiara.

Ersa ini sangat dewasa dan mandiri. Bahkan waktu Surya main ke rumah Ersa, cewek itu lagi ganti tabung gas elpiji. Rumahnya luas banget. Orang tua Ersa ramah. Tapi jarang di rumah karena sering keluar untuk urusan kantor.

Ersa ada ART tapi beneran nggak manja sama sekali. Malahan kayak sama keluarga sendiri. Makan bisa satu meja dan akrab banget.

"Kamu mau beli jam tangan lagi? Punya kamu masih bagus tuh," kata Surya.

"Bukan buat aku," kata Ersa, "Buat kamu."

Kedua mata Surya melebar, "Heh?? Nggak usah, Ersa."

Ersa ketawa, "Sekali aja. Aku mau kayak cewek-cewek yang mau kadoin pacarnya."

"Tapi ini terlalu mahal," kata Surya berusaha dengan halus menolak permintaan Ersa, "Mending duitnya ditabung."

"Kamu pernah beliin aku tas. Sekarang gantian," kata Ersa lalu lanjut lihat-lihat jam tangan mewah di dalam etalase.

Aku Panggil Mereka : Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang