27. Rencana Masa Depan

2.8K 637 42
                                    

"Kalian tuh emang suka rahasia-rahasiaan ya?"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Riri tampak meruntuki dirinya sendiri. Caca yang duduk disebelahnya juga nggak bisa menyembunyikan ekspresi panik di wajahnya.

"Maksud lo?" tanyaku.

"Ya rahasia-rahasiaan begini, Rin. Menurut gue lo tuh harus kasih tahu Gading. Ntar ribet lo kalau sampai dia tahu di akhir terus ngerasa dikhianati," kata Caca.

"Maksud gue itu," kata Riri cengengesan, "Aduh, gue nggak maksud bikin lo overthinking. Maaf, Rin."

"Oh," kataku, "Nggak apa-apa, Ri. Santuy aja."

"BTW, jadwal kita setelah ini bakalan padat banget. Sebulan lagi kita UN, kan?" kata Riri.

"Gue nggak siap anjrit," kata Caca.

Aku memperhatikan kedua temanku. Merasakan ada yang tidak beres tapi berusaha berpikir positif. 

'Ah, lagi pula buat apa juga mereka nyembunyiin sesuatu dari gue?'










•••








"Eh, malah ngumpul disini."

Aku mendongak. Ada Mas Surya dan Mas Jae. Saat ini, aku, Mas Devan, dan Mas Wirya lagi duduk bertiga di tepi kolam ikan.

"Ian mana?" tanya Mas Jae lalu join duduk di sebelahku.

"Mas Ian dari kemarin uring-uringan terus," kata Mas Wirya setelah selesai kasih makan ikan, "Kayaknya hubungannya sama yang kemarin agak seret."

"Yang namanya Misell itu?" tanya Mas Devan.

Semua mengangguk.

"Eh, aku belum diceritain masalah yang waktu Mas Ian bawa calon!" protes Mas Devan.

"Ya makanya jangan ngapel mulu," kataku menyindir.

Mas Devan cengengesan, "Hehehe."

"Udah jadi sama Naya, Dev?" tanya Mas Wirya.

Mas Devan malu-malu.

"Berarti udah," kataku.

"Mulus banget ya berarti PDKT kemarin? Enak pol," kata Mas Jae.

"Halah. Wes ah. Gak usah dibahas," kata Mas Devan. Dia malu. Telinganya merah.

Mas Surya kayaknya sengaja nggak ikut cepuin karena takut dicepuin balik.

"Aku nggak berani tanya macam-macam ke Ian. Tapi nek dibiarin terus nggak enak juga," kata Mas Surya.

"Masih ditentang sama Ayah, ya?" tanyaku.

"Nek tak lihat ceweknya yo mbingungi, Rin," kata Mas Jae lalu selonjoran.

"Bikin bingung kenapa, Mas?"

"Kayak apa ya... Ian tuh, kan anaknya meskipun agak nggateli (menyebalkan) tapi nek wes mau A ya usaha biar dapat A. Mas Jae bisa lihat keseriusan dia waktu itu. Tapi ceweknya kayak terus ngeraguin Ian. Ya Ian bener juga. Udah waktunya dia serius. Namanya hubungan kalau nggak diseriusin dari awal ya buat apa? Mainan?" jelas Mas Jae.

Aku Panggil Mereka : Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang