Author's side.
Arin menutup buku latihan soal untuk UTBK yang setebal beban hidup. Gadis itu bertopang dagu menatap layar HP yang sedari tadi seakan sunyi tak pernah hidup untuk notifikasi. Kalaupun ada, pasti dari Line Today atau pesan dari operator, hmm. Dia lalu mengambil penghapus lalu mengirisnya menjadi kecil-kecil dengan penggaris besi. Tidak diketahui apa motifnya tapi sepertinya dia sedang menimbang-nimbang sesuatu.
"Kok dia nggak ngabarin ya?" gumamnya, "Bahkan udah lewat seminggu semenjak dia ke Jepang."
Iya, Arin sedang membicarakan Yoga atau Gading. Awalnya Arin merasa dirinya nggak bisa seperti dulu. Meskipun Genta pernah nyeletuk bahwa dia dan Yoga tidak seperti orang yang baru putus, tapi justru itu yang membuat Arin semakin canggung.
"Mau gue telepon tapi pastinya dia udah ganti nomer pakai nomer lokal."
Hening.
"Ih, katanya teman kok nggak ngabarin sih?!" Arin jadi emosi.
"Apa beneran sesibuk itu?" katanya lagi, "Aduh!" Lalu mengacak rambutnya sendiri.
Tiba-tiba layar HP nya menyala ada panggilan masuk!
Arin langsung melemas kembali ketika mengetahui panggilan itu dari Genta.
"Apa?" tanya Arin ketika dia mengangkat telepon masuk dari Genta.
"Judes banget anjir."
"Kenapa?" ulang Arin dengan sesabar mungkin.
"Rin, gue lolos SNMPTN!" Terdengar suara bahagia disana.
Entah kenapa Arin jadi diam sejenak tetapi kemudian berkata, "Selamat Genta!"
"Yoi, thanks."
Tiba-tiba ada rasa iri yang menyelimuti hati Arin. Asal tahu saja, universitas yang dimasuki Genta adalah universitas impian Arin. Bahkan sejak dia duduk di kelas sepuluh.
"Berarti nanti lo bakalan disibukin sama daftar ulang ya?" kata Arin.
"Iya. Lo juga harus semangat buat kejar ujiannya. Gue tunggu nih."
"Tunggu apa?" tanya Arin.
"Biar kita bisa satu kampus," ucap Genta.
"Hah? K-kok lo tahu...."
"Hahaha iya gue pernah denger lo cerita sama Gading."
"Ah, Gading...." kata Arin.
"Dia nggak ngabarin lo, Rin?" tanya Genta.
Arin semakin murung, "Nggak..."
"Kayaknya dia beneran sibuk disana. Kemarin cuma ngabarin ke gue kalau dia udah sampai pakai nomer lokal," kata Genta, "Bentar banget."
Nggak ada balasan dari Arin kecuali mengatakan, "Oh, gitu..."
"Ta, lo berarti nggak ke Jepang, kan?" tanya Arin.
"Nggak. Gue tetep disini."
"Sama bokap lo?"
"Gue bakalan pindah ke apartemen, Rin. Nggak akan satu rumah lagi sama bokap. Bokap soalnya mau ngajak cewek barunya."
"Lo nggak apa-apa sendirian?"
Terdengar tawa di seberang sana, "Ngapain takut? Malah seneng gue bisa bebas hahaha."
"Jangan macem-macem ya," kata Arin.
"Bercanda, Rin. Nggak takut karena ada lo, hehehe."
"Apaan sih nggak jelas," kata Arin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Panggil Mereka : Mas!
Hayran Kurgu📌 OUT NOW @universe_publisher (shopee) Jadi Arindia nggak selalu seindah pandangan orang-orang. Kemana pun dia pergi, kelima masnya akan selalu ngintilin dan berlagak jadi bodyguard. Rasanya campur aduk karena meskipun ngeselin, Arindia bersyukur d...