Bukan tanpa sebab jika sampai sekarang Park Jiyeon belum juga sampai rumah, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia butuh satu alasan yang kuat dan tak terbantahkan untuk menolak perjodohan yang sudah sang ibu rengeki sejak dua minggu belakangan ini. Jiyeon masih ingin melajang dan fokus pada karirnya saat ini. Baru dua bulan yang lalu Jiyeon mendapatkan jabatan sebagai Chief Marketing Officer di kantornya dan untuk saat ini dia tidak mau semangat kerjanya sebagai CMO di campuradukan dengan urusan percintaan.
Ponsel Jiyeon bergetar untuk yang kesekian kalinya. Esom, si sobat yang paling setia nemenin Jiyeon dalam keadaan apapun sudah menguap hampir sama seringnya dengan panggilan di ponsel Jiyeon.
"Angkat sih," ucap Esom seraya mengecek kondisi wajahnya yang sudah setengah beler di layar ponselnya. "Gak bagus juga kabur-kaburan begini."
"Gue harus gimana lagi kasih pengertian ke Nyokap kalau..."
"Kalau lo belom siap masuk ke dunia percintaan karena karier lo lagi on fire-nya. Bisa keganggu...gak fokus...bentar-bentar ngecek hape cuma mau nanya udah makan belum, udah sampe rumah belum...." Esom berceloteh sendiri bagai beo. "Kalau gue jadi lo nih, pasti gue terima perjodohan itu."
"Lo kan emang murahan,"cibir Jiyeon sambil mengambil gelas winenya.
"Nyebelin!" sewot Esom. "Gue itu bukan murahan, tapi bisa melihat kesempatan baik, gak suka menyia-nyiakan cowok cakep."
Jiyeon tersenyum simpul, udah khatam menghadapi gaya ngeles sobatnya satu ini kalo udah disinggung soal "murahan" yang Jiyeon lontarkan tadi.
"Yah, kalo lo tetep keukeh gak mau dijodohin, bilang aja lo suka cewek..." ucap Esom nyablak tanpa tedeng aling-aling.
"Makin malam makin ngaco ngomongnya nih anak," desah Jiyeon seraya mengecek ponselnya sebentar. "Balik deh sebelum omongan lo makin nyeleneh."
Esom sontak berdiri sambil tersenyum. "Gitu kek daritadi, udah beler akut nih mata."
**
Dikantornya pagi itu, Jiyeon baru saja menyeduh kopi sachet dengan air panas di pantry. Matanya terlihat sedikit mengerikan karna dia baru berhasil tidur jam 3 pagi, setelah berhasil meyakinkan ibunya kalau kemarin dia harus lembur dikantor. Esom yang baru saja datang, dengan mulut setengah menganga langsung menghampiriJiyeon.
"Seriusan nih anak," ucap Esom seraya mengambil cangkir berkarakter minion miliknya sebelum di isi dengan air hangat. "Sampe segitunya menghindari Nyonya Besar."
Yep! Jiyeon emoh balik ke rumah dan lebih milih stay alias tidur dikantor. Walaupun dia udah sering denger rumor kalo kantornya ini horor banget kalo udah malem. Ternyata ketakutan akan niat sang ibu soal perjodohan itu lebih menakutkan buat Jiyeon.
"Mau gimana lagi," desah Jiyeon sambil meniup-niup cangkir kopinya. "Kayaknya gue udah kehabisan alasan buat nolak perjodohan itu."
"Coba deh lo jajal dulu." Saran Esom, dia sendiri ternyata penasaran seperti apa cowok yang hendak dijodohkan dengan Jiyeon. "Gue temenin deh kopdar-nya. Kalo cakep trus lo tetep gak mau, wess buat gue aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Pervert Fiance
RomansaPark Jiyeon "Oke, cukup. " ucap Park Jiyeon jengkel. Maksud hati ingin menghindari rengekan sang ibu dengan menerima perjodohan itu, Jiyeon justru terjerumus masuk ke dalam dunia mesum sang fiance yang tidak bosan-bosannya menjadikan kata "making lo...