Park Jiyeon
"Oke, cukup. " ucap Park Jiyeon jengkel. Maksud hati ingin menghindari rengekan sang ibu dengan menerima perjodohan itu, Jiyeon justru terjerumus masuk ke dalam dunia mesum sang fiance yang tidak bosan-bosannya menjadikan kata "making lo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu...
Dua...
Tiga...
Jiyeon udah ancang-ancang buat keluar dari lift tepat bersamaan dengan sebuah tangan melintang di hadapannya, otomatis Jiyeon mundur seribu langkah sampe mentok dinding di belakangnya. Kalo udah mentok-mentok gini, Jiyeon langsung inget kejadian semalem yang berhasil bikin bibirnya jeding bagai Kylie Jenner.
"Kayak kenal," ucap si cowok sambil tersenyum lebar. Lebar banget sampe Jiyeon bisa lihat deretan giginya yang rapi dan putih.
Pintu lift udah ketutup, mau gimana lagi. Jiyeon langsung pencet tombol ke lantai tiga setelah tangan panjang si cowok itu sudah tidak menghalanginya.
"Mau ke lantai tiga juga?" tanya si cowok pas mau ikutan pencet tombol lift.
Jiyeon masih diam, emoh jawab macem-macem.
"Diem aja," ucap si cowok, dia sudah berdiri di sebelah Jiyeon walaupun kepalanya masih anteng menghadap Jiyeon. "Ciuman kemaren bikin lo sariawan ya?"
Sontak Jiyeon menoleh ke arah si cowok dengan tatapan ga-bisa-diem-banget-nih-manusia-mesum. Dosa apa Jiyeon bisa ketemu cowok mesum kayak dia sampe dua kali berturut-turut begini.
"Baru tiga menit," ucap si cowok ogah berhenti bicara, setidaknya sampai Jiyeon membalas ucapannya.
"Maksudnya?" tanya Jiyeon tidak mengerti.
"Baru tiga menit ciuman, lo udah sariawan," ucap si cowok menjelaskan. "Gimana yang sisanya nih? Sanggup gak?"
Jiyeon masih belom mengerti, tapi tangan dan kakinya udah ancang-ancang banget kalo-kalo si cowok mesum berani deketin dia lagi.
"Masih ada lima puluh dua menit lagi." Jiyeon bener-bener bingung maksudnya menit-menitan itu apa. Jelas aja, kemaren kan dia dalam keadaan belom napak bumi, masih ngos-ngosan pula, jadi gimana mau paham dengan ucapan si cowok. "Kalo gak hari ini dilunasin, bunganya bisa gede lho."
"Ngomong apaan sih," gerutu Jiyeon pelan tapi si cowok bisa dengar jelas banget.
Gemes karna Jiyeon gak konek juga, si cowok tiba-tiba sudah berdiri di depan Jiyeon dengan posisi tangan melintang bertumpu pada dinding di belakang Jiyeon. Seperti dejavu, posisi bahaya seperti ini kembali Jiyeon rasakan. Jiyeon masih inget aroma wangi yang menguar dari rambut si cowok, tapi kali ini tidak hanya rambutnya yang wangi, sebadan-badan wangi juga. Ini orang mandi parfume kali ya. Mana matanya ngebius Jiyeon banget. Jujur aja, nih orang paket lengkap banget. Kalo saja Jiyeon bisa fokus memperhatikan keseluruhan penampilan si cowok, Jiyeon pasti dengan yakin menobatkan si cowok sebagai tipe pacar idamannya. Ganteng, tinggi, wangi, perut bak roti sobek (ini sih belom pernah Jiyeon lihat, tapi semalem kan ga sengaja kepegang perutnya waktu lagi cipokan) dan matanya itu bikin Jiyeon gak ngeh bahwa lift sudah sampai di lantai tiga.
Ting! Pintu lift kebuka dan empat pasang mata tidak jauh dari pintu lift spontan melotot, melihat posisi absurd Jiyeon dengan si cowok yang tiba-tiba saja langsung menjauh dari Jiyeon.
