Jiyeon mencoba berpikir keras, kira-kira apa saja yang harus dia jadikan sebagai syarat perjodohannya dengan Woo Do Hwan. Yang jelas sih no sex sebelum sah ijab qobul. Jiyeon gak mau belendung duluan sebelom sedunia tau siapa bapak dari si jabang bayik. Harus ada pernikahan yang sah dibalik niqmatnya berena-ena. Setelah cukup yakin, Jiyeon mulai mengetik sesuatu di laptopnya. Baris demi baris diketik Jiyeon dengan sangat mantab. Walaupun Jiyeon yakin, gak semua rules yang dia buat, Do Hwan setujui.
Setelah mengetik, Jiyeon langsung ngeprint di dua lembar kertas.
"Beres," ucap Jiyeon sebelum bebaring di ranjangnya yang empuk.
**
Siapa duga siapa sangka, Do Hwan beneran datang jam 5 pagi disaat ibu Jiyeon masih sibuk masak di dapur dan si anak masih terlelap di ranjangnya.
"Ji, bangun..." Si ibu berkali-kali coba bangunin Jiyeon yang gak bergeming sedikit pun. "Nak Do Hwan datang mau antar kamu ke kantor, Ji..."
Sontak mata Jiyeon terbuka.
"Hah?" Jiyeon amnesia. Dia lupa kalo dia nyuruh Do Hwan datang pagi-pagi buat antar dia ke kantor. "Emang sekarang udah jam berapa Bu?"
"Jam lima," jawab ibu Do Hwan. "Rajin bener lho nak Do Hwan dateng jam segini. Emang kamu udah janjian ya sama dia?"
Buset, jam 5? Mau ngapain sih tuh orang?
"Ya udah aku mandi dulu, Bu," ucap Jiyeon langsung bergegas masuk ke kamar mandi.
Kelar mandi dan make up, jam sudah menunjukkan pukul 6. Do Hwan keliatan lagi asik ngobrol sama ibu dan bapak di meja makan.
"Jalan sekarang aja yuk," ucap Jiyeon seraya menghampiri mereka.
"Lho, kamu sarapan dulu sini," ucap ibu. "Lagian masih jam 6, kamu masih sempat sara..."
"Aku bawa roti kok, Bu," potong Jiyeon seraya menggamit tangan Do Hwan. "Lagian ada urusan penting nih." Dikecupnya pipi sang ibu dan bapak sebelum bergegas masuk ke dalam mobil Do Hwan.
Di dalam mobil...
"Lo terniat ya, jam 5 udah bertengger di rumah gue," ucap Jiyeon seraya menatap heran Do Hwan.
"Lho, kenapa protes?" tanya Do Hwan. "Justru kebetulan kan lo juga butuh datang pagi buat ngurus sesuatu, sampe gak mau sarapan di rumah."
Jiyeon pun menghela nafas pelan sebelum menjawab, "Urusan yang gue maksud ya tentang kita." Jiyeon pun mengeluarkan dua lembar kertas yang sudah dia siapkan semalaman. "Mau baca sendiri atau dibacain?"
"Kan gue lagi nyetir," protes Do Hwan.
"Ya kalo lo baca sendiri biar yakin betul sama yang gue ketik ini, kita nepi dulu di depan Coffee Shop ujung sana," ucap Jiyeon menjelaskan.
"Bacain aja deh," pinta Do Hwan.
"Hem, okay." Jiyeon pun berdeham sebelum mulai membaca. "Ini beberapa permintaan yang gue buat sebagai syarat perjodohan kita. Yang harus menepati bukan cuma lo, gue juga kok."
Do Hwan pun tersenyum. "Kayaknya yang terniat lo deh, sebegitunya mikirin perjodohan kita, sampe bikin syarat hitam di atas putih segala," ucap Do Hwan.
"Ya perlu lah," ucap Jiyeon agak kesel, protes aja nih cowok. "Apalagi buat lo, tipe-tipe manusia yang suka melanggar aturan. Harus ada bukti hitam di atas putih, harus ada tanda tangan kita berdua, kalo perlu gue bikinin cap basahnya."
Tawa Do Hwan semakin melebar melihat muka nyolot Jiyeon di pagi hari.
"Lanjut deh lanjut," ucap Do Hwan mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Pervert Fiance
Roman d'amourPark Jiyeon "Oke, cukup. " ucap Park Jiyeon jengkel. Maksud hati ingin menghindari rengekan sang ibu dengan menerima perjodohan itu, Jiyeon justru terjerumus masuk ke dalam dunia mesum sang fiance yang tidak bosan-bosannya menjadikan kata "making lo...