Woo Do Hwan enggan melepaskan bibirnya dari lekukan bibir Jiyeon, padahal cewek di depannya saat ini sudah terengah-engah kehabisan nafas. Beberapa pekan tidak bersentuhan dengan sang kekasih, membuat Do Hwan menjadi gila. Bagai seorang pecandu yang sudah lama tidak menghisap kokain. Padahal hanya dengan mencium aroma tubuh Jiyeon saja, rasa rindu Do Hwan yang berlebihan sudah terobati. Tetapi dia serakah, dia memang ingin serakah atas diri Jiyeon. Tidak hanya ingin mencium aroma Jiyeon, Do Hwan pun ingin merasakan kehangatan bersentuhan dengan kekasih yang sangat dia cintai itu.
"Rasanya mencium dan memeluk kamu kayak begini aja nggak akan pernah cukup buat aku," ucap Do Hwan disela-sela lumatan bibirnya yang terus menjajahi tiap centi leher Jiyeon. "Kayaknya aku harus cepet-cepet nikahin kamu deh, sebelum candu ini makin bikin aku gak waras..."
Jiyeon tersenyum bahagia. Jika Do Hwan berpendapat seperti itu, apalagi dengan Jiyeon. Merindukan si abang mesumnya ini hampir membuatnya mati berdiri. Kalendernya udah penuh dengan coretan tanda silang yang sengaja Jiyeon buat untuk menghitung hari sampai hari kepulangan Do Hwan tiba.
Belum lagi ulah iseng Do Hwan sendiri yang kongkalikong sama Esom mengatakan bahwa kepulangan Do Hwan diundur seminggu lagi, fix bikin Jiyeon makin bad mood seketika. Kejadian salah paham dengan Kang Joon pun semakin memborbardir perasaan Jiyeon. Untungnya masalah itu tidak berlarut-larut. Intinya Do Hwan sudah kembali kepelukannya. Dan demi Tuhan Jiyeon bersumpah gak lagi-lagi ngelepasin abang mesumnya itu.
"Kita nikah minggu depan aja kalo gitu," jawab Jiyeon seraya menikmati tiap sentuhan bibir dan tangan Do Hwan pada wajah dan tubuhnya. "Aku rasa aku juga gak bisa nunggu lebih lama lagi."
Do Hwan sontak terkejut mendengar ucapan Jiyeon. Coba-coba, mari kita ingatkan bersama siapa yang dulu bilang kalo pernikahan mereka gak boleh terburu-buru dan harus dipersiapkan secara matang?
"Gue mengiyakan perjodohan ini juga bukannya minggu besok langsung nikah..." - Jiyeon.
"Gue belom kenal banget sama lo, begitupun sebaliknya," ucap Jiyeon mencoba memberi pengertian. "Ya minimal satu tahunlah proses pengenalan..." - Jiyeon.
"Ya gak satu bulan juga kali..." Kini Jiyeon yang nolak mentah-mentah tawaran Do Hwan. "Dikira nikah sesimpel itu apa. Banyak yang perlu di urus." - Jiyeon.
Nah kan! Sekarang pertanyaannya, kenapa Jiyeon yang jadi lebih nafsu untuk segera menikah ketimbang si Do Hwannya sendiri?
Jawabannya cuma satu saudara-saudara. Cinta. Jiyeon udah cinta banget sama Do Hwan. Ibarat magnet itu kedua kubu masih fresh saling mengikat, ingin terus nempel, gak mau lepas-lepas.
"S-serius minggu depan?" tanya Do Hwan mencoba memastikan telinganya sendiri.
Jiyeon mengangguk.
"Persiapannya gimana?" tanya Do Hwan lagi.
"Ya tinggal disiapin, cincin, pendeta dan saksi," jawab Jiyeon terdengar asal ditelinga Do Hwan. Jelas itu bukan Jiyeon banget.
"S-sesimpel itu?" Do Hwan makin ngeri sambil menatap mata Jiyeon yang terlihat sangat serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Pervert Fiance
RomansaPark Jiyeon "Oke, cukup. " ucap Park Jiyeon jengkel. Maksud hati ingin menghindari rengekan sang ibu dengan menerima perjodohan itu, Jiyeon justru terjerumus masuk ke dalam dunia mesum sang fiance yang tidak bosan-bosannya menjadikan kata "making lo...