21

2.6K 219 0
                                    

Hari ketiga Indonesia Masters, ada berita baik maupun berita buruk.

Berita baiknya adalah banyak perwakilan dari indonesia yang melaju di babak ketiga ini.

Dan berita buruknya adalah banyak juga perwakilan dari Indonesia, yang melawan saudaranya sendiri. Dalam kata lain 'perang saudara'.

Contohnya kali ini, Fajar dan Rian akan Berry dan Hardianto.

Ada kejadian lucu saat mereka akan bertanding, wasit menyuruh salah satu dari mereka untuk mengganti jerseynya.

Ada kejadian lucu saat mereka akan bertanding, wasit menyuruh salah satu dari mereka untuk mengganti jerseynya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaimana tidak? Fajar/Rian dan Berry/Hardi memakai jersey yang warnanya hampir sama persis.

Bukan itu saja yang lucu, Fajar dan Rian lupa membawa celana pasangan jerseynya tersebut, alhasil mereka menggunakan jersey yang warna atasan dan bawahan tidak sama.

Bukan itu saja yang lucu, Fajar dan Rian lupa membawa celana pasangan jerseynya tersebut, alhasil mereka menggunakan jersey yang warna atasan dan bawahan tidak sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tapi itu tak memudarkan semangat mereka, sesudah berganti baju mereka langsung bergegas menuju court karena sekitar 5 menit lagi mereka akan mulai bertanding.

Sesampai di sidecourt, Rian tak melihat ada Dinda disitu. Hanya ada Melin dan Ilham.

Melin mungkin menyadari jika Rian mencari Dinda, dia segera menghampiri Rian.

"Jom, nyari si Dinda?"

Rian mengangguk.

"Dinda lagi ngurusin Jorji dia cedera, tapi Dinda titip ini nih buat lo"
Melin memberikan sebuah gulungan kertas berukuran kecil.

Rian mengambil kertas itu."Thanks ya Mel"

"Urwell, yaudah gue balik dulu ya?" Melin kembali ke tempat semula.

Dengan cepat Rian membuka gulungan kertas itu.

'Selamat bertanding, jangan lupa untuk semangat selalu, gue disini mendoakan lo -Dinda'

Tanpa sadar Rian tersenyum setelah membaca surat kecil itu.

"Terimakasih Din" Gumamnya.

Tiba tiba Fajar memanggilnya untuk segera in court, Rian memasukan kertas itu kedalam Tasnya,Lalu ia segera in court.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pertandingan kembali di menangkan oleh Fajar dan Rian dengan skor 21-18 dan 21-19. Dengan keberhasilannya ini Fajar dan Rian masuk ke babak semifinal.

Setelah pertandingan usai, seperti biasa Fajar dan Rian langsung menuju Ruang tunggu atlet.

Namun sebelum mereka sampai di Ruang tunggu atlet, Rian melihat Dinda keluar dari arah toilet.

Rian menyuruh Fajar untuk kesana terlebih dulu, fajar pun mengangguk dan pergi ke Ruang atlet.

Rian menghampirinya, dan menyadari bahwa Dinda sudah berganti baju  "Din, udah mau balik?"

Dinda terkejut dengan kehadiran Rian yang tiba tiba. "Eh iya, shift gue udah beres."

"Bareng yuk?"

"Gausah yan, Gue bawa mobil kok."

"Gue gabawa, jadi Gue mau nebeng ya?"

Dinda mengangguk. "Boleh, mau kapan?"

"Sekarang aja."

Dinda menyerahkan kuncinya pada Rian, lalu mereka pergi ke parkiran.

-----

Rian POV.

Keberhasilan hari ini harusnya bikin aku bahagia, namun setelah ingat siapa lawanku besok. Aku cukup pesimis.

Bagaimana aku bisa memenuhi janjiku untuk memberikan Dinda Gold medal ,jika esok aku kalah?

"RIAN AWAS!"

Aku sontak mendadak menginjak pedal rem. Untung jalanannya sepi banget.

Dinda melihat kearahku. "Lo kenapa sih? Kalau sekiranya gabisa fokus biar  gue yang nyetir!"

"Emang tadi kenapa?"

"Lo mau nabrak kucing bego!"

Dia terlihat sangat kesal padaku, huft seharusnya aku tak memikirkan ini dulu.

"Kepinggirin dulu mobilnya" perintahnya, dan langsung ku turuti.

"Sorry Din, lo ada yang sakit?"

Dinda menggeleng. "Apa yang lo pikirin Rian?"
Nada suaranya tak lagi setinggi tadi.

Apa gue jujur aja kalau gue khawatir tentang besok?

"Cerita aja, siapa tau bisa bikin lo lega gitu"

Aku menghela nafasku. "Besok gue lawan kevin"

"Dan lo takut?"

Aku menatap Dinda. "Gue takut gabisa nepatin janji buat kasih lo Emas."

Seketika Dinda tertawa terbahak-bahak, apa ada yang salah dari ucapanku?

"Din, kenapa ketawa? Ada yang lucu kah?"

"Hahaha iya lo lucu."

"Lucu belah mana?"

Dia mengganti tawanya dengan tersenyum, lalu ia memegang pundakku.

"Rian, dengan lo main dengan lancar aja gue udah seneng. Lo gaperlu sampe stress kaya gini buat mikirin nepatin janji itu."

"Lo jangan kaya gini lagi ya?" lanjutnya.

Ucapannya seketika membuatku merasa tenang, aku tak lagi merasa gelisah seperti tadi.

Dan aku baru sadar, Dinda manis juga  ya kalau lagi senyum.

Sepertinya bener kata Fajar, kayanya aku ada rasa lebih dari sekedar 'Baper' ke Dinda.

Aku merasa nyaman didekat didekatnya,

Ngerasa tenang juga.

Apa Dinda merasakan hal yang sama? Atau malah sebaliknya?

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang