35

2K 182 0
                                    

Dinda POV

Seketika tubuhku rasanya menegang.

Ada rasa sesak di dada ini.

"Ya tuhan"

Tak terasa kotak yang tadi kutaruh di kakiku pun terjatuh.

"Kenapa Din?"

Ucapan Melin tadi seketika memecahkan lamunanku, aku segera membalikan foto itu dan menaruh di dadaku.

"Engga, emm bukan apa apa"

Ya tuhan, rasanya aku ingin menangis. Tolong bantu aku menahannya dulu sebentar saja tuhan.

Mungkin Melin melihat ada yang tak beres denganku, dia mencoba mengambil lembar sialan yang sedang aku tutupi.

Ah gawat, Melin berhasil mengambilnya.

Ekspresi Melin pun tak dapat diartikan saat sedang melihat foto sialan itu.

"Apaan sih itu?"

Sepertinya Rian harusnya jangan bertanya.

"Ikut Gue!" Melin menarik tangan Rian untuk keluar dari sini.

"Mel, Mel, udah Mel--"

"Gabisa! Kurang ajar ini! Lo ikut Gue!"

Melin menarik Rian keluar dari sini, hanya menyisakan aku dan Jonatan.

Kali ini air mataku tak dapat kubendung lagi, ada rasa sakit yang sangat menyesakkan dada.

"Ada apa sih Din? Kenapa nangis?" Jonatan mendekatiku lalu mengusap bahuku.

"Ada hubungannya sama isi surat tadi?"

Aku mengangguk. Ya tuhan, rasanya sulit menghentikan airmata sialan ini.

"Kenapa? Apa isinya?"

Aku mendongkakan kepalaku untuk melihat Jonatan, wajahnya terlihat khawatir padaku.

Aku menghela nafas.

"Itu foto Rian, difoto itu dia lagi ciuman"

Raut wajah Jonatan kali ini seperti sangat terkejut, sedetik kemudian dia bangkit dan sepertinya mengejar Melin dan Rian.

Ya tuhan, mengapa dada ini rasanya sakit sekali? Padahal aku dan Rian tidak dalam hubungan apapun.

Ya tuhan, mengapa dada ini rasanya sakit sekali? Padahal aku dan Rian tidak dalam hubungan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rian POV.

Entah apa yang terjadi, hingga Melin saat ini menarikku sangat kencang dan membawaku keluar dari arena.

Apa isi amplop itu hingga Melin terlihat begitu marah terhadapku?

Melin berhenti menarikku, aku tidak tahu ini dimana, yang jelas tempatnya sepi dan tidak ada yang berlalu lalang.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajahku, apa apaan ini?

"Kurang ajar!"

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang