5

4K 290 1
                                    

"Lah mbak, bukannya gue yang ke Thailand sama Melin?"

"Asalnya sih Iya, cuma berhubung lo tau detail tentang lukanya si Jombang, jadi lo yang harus megang dia."

"Yaudahlah Din gapapa, kali aja bisa peluk pelukan lagi hahaha"

Dinda melempar pulpen pada Ilham. "Sialan lo, lo pikir gue mau meluk dia hah?"

"Santai, santai bu..", Ilham kembali tertawa.

"Mbak, gue kaga ke thailand juga gapapa dah asli, yang penting gue jangan nge-handle dia ya?" Rajuk Dinda pada Ella.

"Din, selain lo siapa lagi yang bisa? Ilham udah fix ke Thailand, gue mau prepare segala macem kebutuhan Indonesia masters."

Dinda menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Yaudah deh, pasrah aja gue mah."

"Nah gitu dong Sye" sarkas Ilham

"Gue Dinda bukan Sye! Napa sih orang-orang jadi nyamain gue sama Sye mulu." Dinda menyenderkan kepalanya pada tembok.

"Abisnya lo mirip sih sama Sye si manusia pansos sih"
Ucap Ella.

"Gue ga ngerasa mirip tuh, tapi aneh kenapa ya kemarin si Rian sampai sebegitunya banget sama gue?"

Ella dan Ilham tertawa mendengar ucapan Dinda. Dinda hanya bisa menarik nafas dan tabah akan hal ini.

------
Flashback on

"Beneran lo gada niat buat bunuh diri?"

Rian tak menjawab, dia masih menatap lekat pada Dinda.

"Rian? Can you hear me?"

Rian masih tak menjawab, namun dengan tiba tiba Rian mendorong tubuh Dinda agar menjauh.

"Setelah lo jatuhin gue, lo datang kesini tiba tiba meluk gue lalu mencoba menahan gue buat bunuh diri. Maksud lo apa?"

"Hah?"

"Gausah belaga bego gitu, lo mau datang buat hancurin gue lagi?buat jatuhin gue lebih dalam lagi hm?"

"Maksud lo apa sih?" Dinda melihat ke arah orang-orang. "Maksud dia apa sih?"

Kevin dan Fajar langsung mendekati Rian, sedangkan Ihsan mendekati Dinda.

"Vin, usir dia, Gue gamau liat wajah dia sedikitpun" Ucap Rian, pandangannya masih lekat menatap Dinda.

"Jom, dia bukan Sye! Dia itu Dinda! Dokter baru kita"

Rian mengerutkan keningnya, dia langsung memandang Kevin dengan seraya minta penjelasan.

"Ini Dinda Jom, bukan Sye. Emang mereka mirip. Tapi jelas mereka orang yang berbeda Jom!" ucap Fajar.

"Apa jangan jangan lo adiknya si Sye? Mau sekongkol buat ngancurin gue lebih hancur lagi?"

Dinda hanya menatap heran pada Rian, kenapa dia terlihat begitu membencinya?

Posisi saat ini adalah Rian masih duduk dilantai dikanan kirinya ada Kevin dan Fajar,
Sedangkan Dinda sedang berdiri di samping Ihsan.

Dinda menghembuskan nafas dengan kasar. "Jo, tolong panggilin Melin di Ruang medis"

"Iya Din" Jojo langsung bergegas sesuai perintah Dinda.

"Mau apa Din, lo panggil Melin?" tanya Ihsan,

Tanpa menjawab, Dinda menghampiri Rian, dan duduk persis di depannya.

Saat Dinda akan menyentuh kaki Rian, tangannya di tepis begitu keras.

"Jom, Dinda cewe Jom!" Ujar Kevin.

"Mau dia cewe atau cowo, selagi dia sekongkol sama Sye gue gamau disentuh dia"

PLAK

Hal yang tak terduga membuat seisi ruangan hanya bisa menatap Dinda terkejut. Dinda menampar Rian.

Dinda menatap Rian. "Nama gue Dinda, kenal atau enggak gue sama si 'sye' gue gamau tau urusan lo sama dia. Niat gue dari awal cuma nolong lo. Udah itu aja."

Rian diam, dalam hatinya dia merasa bersalah karena dia sudah cukup kurang ajar untuk kasar padanya.

Tak lama kemudian Melin datang beserta Jojo. Melin menghampiri Dinda. "Ada apa ini Din?"

Dinda mendekati Fajar. "Tolong bantuin bawa Rian ke kasur, biar gue sama Melin lebih gampang meriksa kakinya dia."

Flashback off.

Flashback off

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinda POV

Sekarang aku sedang berada di Gelanggang tempat para atlet berlatih, dan saat ini aku sedang berkumpul bersama duo Fajri, ci Susy, dan beberapa coach untuk membicaraan perihal duo FajRi yang harus mundur dari Thailand masters.

" 2 minggu itu mepet banget loh Din sama indonesia masters, apa kamu yakin bisa?" Tanya koh Ar,

"Kalaupun gabisa pun gapapa, mereka bisa mundur juga di Indonesian masters." Ucap Ci susy

Ucapan ci Susy membuat raut wajah Fajar dan Rian berubah menjadi kecut,sepertinya mereka kecewa akan hal ini.

Fajar menghembuskan nafasnya. "Saya gak mau memaksakan keadaan, kalau fisik Rian tidak bisa---"

"Bisa" aku memotong ucapan Fajar. Saat ini mereka tidak boleh pesimis.

"Apa kamu yakin?" Tanya Ci susy

"Sisa hari menuju Indonesia masters itu tinggal 16 Hari, kasih saya waktu 13 hari. Saya tidak berjanji, namun saya akan usaha sekuat tenaga saya."

Ucapanku sepertinya cukup meyakinkan mereka.

"Baik kalau gitu, gimana Rian, kamu sanggup latihan cuma 3 hari?"

Rian mengangguk. "Saya sanggup coach"

"Yasudah baik kalau gitu, Dinda kabari terus perkembangan kondisi Rian ya pada saya dan Coach" Ucap Ci Susy.

"Baik Ci"

Ci susy dan Coach pergi, menyisakan aku, Rian dan Fajar.

"Lo yakin Din?"

Aku tersenyum. "Kalau gue optimis kalian gaboleh pesimis."

Mereka berdua tersenyum, aku berhasil membuat mereka kembali optimis.

"Terimakasih Din, atas segalanya." Ucap Rian.

"No, jangan terimakasih dengan ini"

Rian mengerutkan dahi. "Terus dengan apa?"

Aku menghadap pada Fajar. "Jar, selalu ingetin Partner lo buat selalu on time minum obat dan oles salep ke lukanya. dan tolong Bilangin juga, itu caranya bilang terimakasih ke gue"

Aku pergi meninggalkan mereka sebelum mereka sempat menjawab.

Aku harus berjuang membantu mereka, mereka gaboleh pesimis.

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang